Bagian 3~Keputusan

19.2K 1.1K 23
                                    

Disebuah ruangan yang penuh dengan rak-rak besar dengan banyak sekali buku-buku yang tertata rapi, seorang pemuda berambut hitam, bermata hijau muda, dan berseragam kerajaan berwarna hitam. Sedang asik membaca buku di dekat jendela besar, dan bersandar di rak buku terdekat.

"Huft..." helaan nafas terdengar dari pemuda itu lalu menutup bukunya dan memandang keluar jendela di sampingnya. "Terkadang aku ingin sesekali keluar, tapi mereka selalu melarangku, sebelum umurku dua puluh tahun," lanjutnya.

"Sebentar lagi kau bisa keluar, Zen." Suara seorang pria membuat lamunan Zen buyar dan langsung membalikkan badan, ia melihat seorang pria berambut coklat, bermata keemasan dengan seragam kerajaan berwarna coklat dan mahkota yang bertengger di kepalanya yang sangat ia kenal.

"Ayah," panggilnya kepada sosok Raja Western di depannya.

"Zen bersabarlah, kau akan keluar istana, dan melakukan pejalanan panjang sesuai dengan ramalan yang pernah ayah katakan," ucap Alan tegas.

"Benar, ini demi rakyat dan kerajaan Western," ucap Zen tajam.

Tanpa mereka sadari Rai mendengar pembicaraan mereka lalu ketika mendengar suara langkah kaki, Rai segera beranjak dari tempatnya berdiri dengan cepat sebelum di ketahui oleh Alan.

***

Di lorong kerajaan Western, Rai berjalan dengan langkah gunda. Ia masih memikirkan ucapan adiknya bersama dengan pamannya. Ramalan? Ramalan apa? Dan kenapa harus ketika umur Zen dua puluh tahun? Banyak sekali pertanyaan yang berada di pikiran Rai. Tiba-tiba Rai menghentikan langkahnya lalu memandang kearah pemandangan dari lorong kerajaan Western yang terlihat sangat indah itu.

"Apa aku harus tanyakan?" tanya Rai pada dirinya sendiri.

"Tanyakan ke siapa kak?" tanya sebuah suara yang sangat ia kenal tiba-tiba membuat Rai terkejut dan langsung membalikan badan.

Ia melihat Zen yang memandangnya dengan raut muka bingung. "Zen," panggil Rai. "Ada apa kak?" tanya Zen semakin bingung. "Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu," ucap Rai. Zen hanya diam sampai sang kakak yang berbicara. "Ayo ikut aku, kita tidak mungkin berbicara di sini," ajak Rai tiba-tiba membuat Zen semakin bingung namun tetap mengikutinya.

Zen semakin di buat bingung oleh Rai. Kenapa kakaknya ini membawanya ke taman belakang istana? Sepertinya pertanyaan yang akan di lontarkan oleh kakaknya ini akan sangat serius, sampai harus membawanya ke taman belakang istana yang jarang di lewati pelayan kecuali prajurit yang berjaga malam.

Tepat di depan danau taman, Rai berhenti lalu membalikkan badan menghadap Zen yang masih bingung. "Zen aku ingin menanyakan sesuatu yang sangat penting," ucap Rai tajam. "Apa kak?" tanya Zen bingung. "Apa maksud paman tentang ramalan yang harus kamu lakukan? Dan kenapa harus kamu? Kenala juga harus ketika umurmu dua puluh tahun?" tanya Rai bertubi-tubi. "Dari mana kakak tahu?" tanya Rai tidak percaya.

"Aku mendengar percakapanmu dengan paman di perpustakaan, jadi jelaskan apa maksud dari ramalan itu?" jelas Rai sedikit kesal. "Huft ... baiklah, ramalan itu mengenai pergerakan pasukan kegelapan. Pasukan kegelapan akan menyerang kerajaan Western empat tahun lagi, selama itu aku harus menemukan putri legendaris yang ada di ramalan, aku harus melakukannya ketika umurku dua puluh tahun," jelas Zen membuat Rai membulatkan matanya sempurna.

"Lalu kenapa harus saat umurmu dua puluh tahun? Apa kau tahu siapa putri legendaris itu?" tanya Rai tidak sabar. "Kata ayah, karena pada saat itulah aku akan mengetahui putri legendaris sebagai takdir hidupku. Dan untuk pertanyaan 'apa aku mengetahui siapa putri legendaris itu?' Jawabannya adalah aku tidak tahu," jelas Zen tajam.

[Dibukukan] The Legendary Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang