CHAPTER 3

1.6K 65 44
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 16:30 yang artinya jam pulang sekolah sudah berlaku sejak satu jam yang lalu.
Namun sepertinya menjadi ketua osis membuat ino harus rela pulang lambat.
Ya salahkan kepala sekolah yang menahannya tadi dan memberinya pidato yang tentu saja terdengar menyebalkan.
Salahkan juga si brandal nomor satu yang tidak mau mengikutinya bertemu dengan kepala sekolah.

"Cihh. Dasar kepala sekolah. Seenaknya saja mengataiku tidak becus. Dia kira gampang apa membawa anak orang ketemu dengannya. Dasar"
Sepertinya ino sedikit menyesali keputusannya menjadi ketua osis.
Ino dengan langkah gontai berjalan untuk keluar dari sekolahnya.
Entah bagaimana awalnya, ino mulai melihat siluet pria berambut pirang jabrik sedang berjalan santai di depannya.

"Bukankah itu naruto? Jam segini dia masih ada di sekolah" ino tentu saja heran melihat naruto masih berkeliaran di lingkungan sekolah . bukankah jam pulang sudah dari tadi.

"Woe naruto. Naruto tunggu aku." dengan menggunakan sisa-sisa tenaganya, ino memacu kecepatan nya untuk mengejar naruto

"Hah hah hah.... Woe naruto tunggu aku. Hah.. Akhirnya" akhirnya ino dapat menyusul naruto, namun tentu saja dengan mengeluarkan tenaga yang tidak sedikit.

"Woe naruto, kau baru pulang ya." tidak ada jawaban.
"Hei naruto, sopanlah sedikit dengan kaichomu." masi tidak ada respon.
Twich...
Urat kekesalan mulai terbentuk di kepala ino.
"WOE NARUTO. KAU MENDENGARKAN KU KAN."
"ah ino. Kau mengejutkan ku." akhirnya naruto mulai merespon. Tampak naruto mulai mencabut handshet dari telinganya.
DONG...
Ino cuma bisa mangap-mangap tidak jelas. Hei, pantas saja naruto tidak merespon nya.
"Dasar naruto. Pantas saja kau tidak meresponku."
"Hn." dan huruf menyebalkan lagi yang keluar dari mulut naruto. Tidak lupa dengan muka tembok yang terlihat menyeramkan bagi anak-anak lain, ya kecuali tidak buat ino.
Setelah kejadian absurd tadi, kini naruto dan ino berjalan di sepanjang trotoar yang sedikit sepi. Ino yang notabene nya cerewet tentu saja tidak suka dengan ke sunyian dan berinisiatif untuk membuka pembicaraan, ya meskipun dia tau akan sia-sia.

"Ne naru-". Belum sempat ino menyelesaikan kalimatnya, naruto tiba-tiba memegang tangannya dan menyeretnya ke arah yang ino sendiri tidak tau kemana. Ia yakin 100% ini bukanlah jalan menuju rumahnya, bukan juga ke rumah naruto.

Lama ino di seret, akhirnya naruto melepas tangan ino.

"Hei naruto, tempat apa ini?"
Seperti yang sudah-sudah, ino kembali di acuhkan.

"Hei naruto. Aku tanya tempat apa ini, kenapa kau membawaku ke sini?"
Tidak ada jawaban, ino benar-benar marah melihat tingkah naruto. Sudah berkali-kali ia di acuhkan.

"Ya sudah, lebih baik aku pergi dari sini."
Ino langsung berbalik dan berniat pergi meninggalkan naruto.

Namun belum sempat melangkah lebih jauh, tiba-tiba ino merasakan tangannya di pegang. Tentu saja dia tau siapa pelakunya.

"Hei, lepaskan tanganku."
"Duduklah!"
Mau tidak mau ino harus menuruti ajakan atau lebih tepatnya perintah dari naruto.

WUSHH...
angin berhembus menerbangkan daun yang berjatuhan dari batangnya. Sepertinya musim gugur tidak lama lagi.

"Ino."
Akhirnya, setelah sekian lama terdiam, akhirnya naruto membuka suara.
"Apa kau tidak takut padaku. Eeh, maksudku, aku ini kan brandalan. Apa kau tidak merasa takut bila aku berbuat kasar padamu."

Hening, ino menatap naruto lama. Naruto yang di tatap seperti itu merasa risih.

"Hei, jangan menatapku seperti itu. Jawab saja pertanyaanku."

"Baiklah. Apa aku harus menjawabnya dengan jujur?". Bagus, sekarang ino malah balik bertanya.

"Tentu saja kau harus jujur. Apa lagi".
"Baiklah. Pertama, aku tidak pernah merasa takut padamu. Untuk apa aku harus takut, toh kau kan juga manusia." baiklah, jawaban yang bagus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE A BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang