Dua

18.2K 698 11
                                    

Mentari bersinar di balik korden, sinarnya sampai mengusik tidur Risya.

"Hei tukang tidur, bangun bukankah kalian akan ketinggalan pesawat"

Entah suara dari mana namun kalimat itu dapat membangunkan Risya dari alam mimpinya.
Dikerjabnya kedua mata cantik itu perlahan sampai kesadaran Risya terkumpul, ditengoknya sisi sebelah tempat tidurnya dan kosong.

Aneh..kenapa ada yang aneh ya? Tapi apa yang aneh? Apa yang janggal???

Risya mengerjab dan mengucek matanya lagi dan lagi sampai hendel pintu kamar mandi terbuka, barulah Risya tau apa yang aneh.

"Sudah bangun? Cepat mandi nanti kita ketinggalan pesawat" ucap Ian dengan tubuh tegapnya lagi seolah menguji keberanian Risya untuk menatapnya.

"Baik" jawab Risya patuh sambil memalingkan wajahnya dari tubuh Ian.

"Jangan seperti itu, nanti kau menabrakku lagi"

Risya terkaget dengan ucapan Ian dan malu karena kejadian kemarin, "Aku tidak biasa melihat laki laki telanjang ada dikamarku"

Ian menarik tangan Risya membuatnya menghadap kearahnya, "Kalau begitu beradaptasilah, karena setelah ini setiap hari kau akan melihatku bertelanjang dada" Ian berhasil membuat Risya memerah seperti kepiting rebus, Risya langsung melepaskan diri dari cengkraman Ian dan masuk kedalam kamar mandi.
Dalam kamar mandi jantung Risya masih saja berdetak sangat kencang hampir saja mencelos keluar.

Ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar?

15 menit Risya ada dikamar mandi dan saat saat keluar kamar mandi adalah saat yang sulit untukknya, bagaimana tidak Risya yang masih harus beradaptasi dengan situasi barunya menjadi Nyonya Adrian harus terus bersabar menatap suaminya yang tampan itu. Belum lagi kata kata Ian tadi sungguh membuat Risya canggung.
Baru saja Risya keluar dari kamar mandi Ian sudah melemparkan kata katanya.

"Aku tunggu di luar dan cepatlah, kita bisa ketinggalan pesawat" ucap Ian lalu keluar sambil membawa koper mereka.

"Baik" jawab Risya meskipun Ian sudah keluar. Risya bergegas dan memilih memakai pakaian formal, sebuah dress bercorak bunga bunga yang manis membuat Risya sangat menawan.

"Kalian sudah siap?" tanya Dady

Risya dan Adrian mengangguk, tiba tiba degub jantung Risya berdetak lebih kencang.
Risya diantar oleh Papah dan Ibunya sedangkan Dady dan Mamy menaiki mobil yang lain.

"Kamu baik baik saja Ca?"

Risya tersenyum menyembunyikan perasaannya, "Ica baik Bu, jangan khawatir ya Bu, nanti kalau sudah sampai sana Ica kabarin Ibu ya" ucap Risya. Risya bisa saja menyembunyikan perasaannya tapi jantungnya tetap berdegub seakan ingin mencelos keluar. Diliriknya Adrian yang dengan tenang memainkan jarinya diatas handphone genggamnya.

Sesampainya di bandara Risya dan Adrian berpamitan pada orang tua mereka.

"Kami berangkat ya, nanti kalau sudah sampai kami hubungi"

Ibu memeluk Risya "Kalau ada apa apa kabari Ibu ya Ca"

"Ia Bu" jawab Risya

"Kalian hati hati ya, Mamy mau denger kabar baik setelah kalian kembali dari sana" goda Mamy sambil melambaikan tangan

Risya hanya melirik Adrian sekilas dan menunduk menyembunyikan muka merahnya akibat godaan Mamy tadi.
Risya dan Adrian memasuki pesawat, Risya memilih duduk didekat jendela.

"Sudah pernah naik pesawat kan?"
tanya Adrian

"Hmmm... sudah" jawab Risya, "Pernah kok tapi cuma ke Jogja dan perjalanannya hanya 1 jam, tapi sekarang..." ucap Risya melanjutkan perkataannya dalam hati.

My Wedding (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang