Pagi pagi sekali Risya dan Adrian sudah berada di dalam pesawat, kali ini bukan untuk melanjutkan perjalanan ke Amerika tapi mereka akan pulang ke Indonesia.
Risya menatap wajah Adrian yang terlihat serius, datar dan keras secara bersamaan.
"Ian" panggil Risya hati hati takut mengganggu Adrian yang sedang membaca buku.
"Hemm" jawab singkat Adrian antara acuh atau kesal.
"Pasti dia kesal" ucap Risya dalam hati.
"Ada apa?" tanya Adrian
"Maaf, kalau kita harus kembali" ucap Risya tulus.
"Ia, jangan ganggu aku, lakukan yang kamu mau. Alihkan pikiranmu dan jangan bersikap seperti anak kecil lagi" jelas Adrian lalu menutup bukunya menaruhnya di meja kecil di depan kami dan melipat tangannya di depan dada lalu memejamkan matanya.
Risya yang melihat sikap Adrian hanya bisa menghela nafas, dia tau pasti suaminya itu merasa kesal dengan sikapnya, tapi mau bagaimana lagi? Risya benar benar tidak bisa.
Sepanjang perjalanan Adrian dan Risya melakukan aktivitasnya masing masing. Sampai matahari sudah meninggi, mereka pun sampai di bandara Soekarno Hatta.
Nampak beberapa orang ber jas hitam menjemput mereka tanpa ada keluarga yang ikut, Adrian memang sengaja tidak memberitahu keluarga mereka karena nanti Adrian akan repot menjawab berbagai pertanyaan dari semua keluarga mereka.
Adrian yang sedari tadi tidak mengatakan sepatah katapun pada Risya hanya mengarahkan Risya untuk masuk kedalam mobil yang menjemput mereka.
Sekitar 3 jam mereka sampai dirumah Adrian, dan ini pertama kalinya Risya datang kesini.
Risya mengedarkan pandangannya menatap setiap tanaman yang tersusun rapi dan indah dipandang, ada lagi air mancur yang menambah keindahan rumah ini. Para pegawai berbaris menyambut kami, lalu ada seorang pria paruh baya menghampiri kami.
"Selamat sore nyonya saya Felix dan saya adalah kepala pelayan disini" ucap laki laki yang baru Risya ketahui namanya adalah Felix dengan ramah namun tegas.
"Saya Risya, salam kenal" ucap Risya
ramahKemudian laki laki itu menyuruh beberapa pegawai untuk membawa koper mereka, dan baru Risya sadari bahwa Adrian sudah jauh meninggalkannya. Risya mengambil langkah besar agar bisa mengejar Adrian.
"Ikuti aku!!" perintah Adrian
Risya hanya mengangguk dan mengekori Adrian menuju lantai 2.
Masih dengan kagumnya Risya melihat sekeliling rumah mereka."Ini kamar kita" ucap Adrian tiba tiba didepan sebuah kamar, membuat Risya tersentak kaget karena masih menikmati sekelilingnya.
"Oh" Risya masih hanya ber Oh ria lalu sedetik kemudian dia tersadar kamar kita , Risya bersemu.
"Ada apa?" tanya Adrian yang menyadari sikap Risya berubah.
Risya lalu secepat mungkin menggelengkan kepalanya dan merubah ekspresi malu malunya, "Tidak. Tidak ada apa apa" ucap Risya
"Bagus, aku akan ke kantor sekarang"
Risya menoleh kearah Adrian lagi, "Sekarang?" tanya Risya meyakinkan
"Ia, ada masalah? Disini banyak yang akan memberikan semua keinginanmu, kalau butuh sesuatu kamu bisa panggil Felix" jelas Adrian lalu pergi begitu saja, Risya hanya bisa menatap punggung Adrian. Entah kenapa Risya merasa baik baik saja padahal seharusnya mereka menikmati waktu berdua, Risya merasa semua karena sikapnya yang kekanakan tidak bisa meredakan fobianya, dan ini pantas ia dapatkan.
-----------------------
Adrian POV
"Turuti apa kemauannya, aku akan pergi. Jangan biarkan dia mencariku!!" jelasku pada Felix kepala pegawaiku.
"Baik Tuan" jawab lelaki tua itu.
Aku melajukan mobil sportku membelah keramaian kota, aku tidak tahan berada di dekatnya berlama lama. Aku mengambil samartphone dan menekan nomor yang sudah aku hafal.
"Aku akan menemuimu"
----------------
Risya POV"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Aku memilih keluar kamar setelah selesai merapihkan pakaianku dan barang barangku.
"Permisi apa ada yang saya bisa bantu Nyonya?" sapa seorang pegawai.
"Ah, tidak saya hanya berjalan jalan saja. Saya merasa tidak tahu harus melakukan apa, jadi saya keluar rumah mencari udara segar" jelas Risya
"Baik kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada yang Nyonya butuhkan Nyonya bisa panggil saya" ucapnya lagi sopan.
"Ah, ia baiklah"
Risya berjalan jalan melihat lihat betapa indah kebun bungan Adrian, "Pasti bukan dia yang menata ini" ucap Risya sedikit berbisik sambil memegang bunga bunga yang bermekaran.
"Memang bukan Tuan Adrian yang memilih ini"
Risya berbalik seperti orang yang tertangkap basah saat mencuri, "Ah maaf"
"Nyonya tidak perlu meminta maaf, semua ini adalah kepunyaan Tuan Adrian dan karena Nyonya adalah istri Tuan Adrian jadi semua ini juga milik Nyonya" jelas pria yang ada di hadapan Risya saat ini yang tidak lain adalah Pak Felix.
"Oh, begitu ya? " jawab Risya canggung.
-------------
Adrian POV
"Kenapa lama sekali membuka pintunya?" tanyaku di depan makhluk Tuhan yang selalu aku puja.
"Ada apa? Bukannya kamu sedang berbulan madu ?" ucap lawan bicara ku dengan menekannkan pada kata berbulan madu
Aku melewati wanita itu yang berdiri di depan pintu dan lalu merebahkan diriku diatas sofa berbulu itu, "Oh, ayolah aku tidak berbulan madu, aku hanya mengantar anak bayi naik pesawat" ucap Adrian ketus
"Maksudmu?" tanya wanitaku dan ikut merebahkan tubuh indahnya kesampingku.
"Dia hanya anak manja yang takut naik pesawat, bayangkan saja kita sudah sampai Singapore untuk transhit tapi dia sudah minta pulang ke Indonesia" jelasku dengan ingatan akan kelakuannya yang seperti anak kecil.
Wanitaku hanya tertawa meledek wanita yang aku bicarakan.
"Jadi kamu kesal? Lalu mendatangiku gitu?" tanyanya lagi dengan nada tak tertebak.
Aku memiringkan tubuhku menghadapnya, aku selalu saja bergairah menatap wajahnya, dia wanita yang selama 5 th ini menjadi kekasihku dan mungkin untuk seterusnya. Menikah bukan berarti aku akan meninggalkannya, lagi pula aku tidak mencintai Risya.
"Bagaimana kalau kita membelikan sesuatu untuk leher indahmu?" ucapku memancingnya, Natasya memang wanita yang mudah dirayu dengan perhiasan, uang atau apa saja yang aku berikan.
"Hemmm, akan aku pikirkan dulu" jawabnya jual mahal
Aku memeluk tubuh indahnya masih dengan merebahkan tubuh kami "Ayolah, kamu akan terlihat sangat cantik jika memakai berlian yang akan kita beli nanti" rayuku
"Baiklah" ucapnya pada akhirnya
Entah sudah berapa angka yang aku keluarkan untuk wanitaku ini, tapi aku membutuhkan Natasya dan dia pun membutuhkan uangku. Bagiku itu tidak masalah apa lagi sebentar lagi aku akan mengepalai dua perusahaan besar milikku dan milik keluarga Risya.
------------------
Selesai part 4,Semoga ga ada yang bilang bingung lagi, semoga semua menikmati alurnya, dan masih butuh vote juga komennya nih...
Doedesten
8 - 8 - 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding (Revisi)
RomansaMenikah dengan seseorang yang baru memang sangat menguras emosi terlebih "dia" datang dalam kehidupan kami dan membuat kami terpaksa harus berpisah. *** cerita ini sudah pernah di posting dan sudah selesai tapi karena beberapa hal akhirnya saya revi...