Happy Reading - -
Aku mengendarai ninja merahku dengan cepat, namun tidak ugal-ugalan melintasi jalan raya. Kantong plastik bening tergantung di stang moge-ku. Kantong tersebut berisi kaset film Despicable Me. Ya, siapa lagi yang menyuruhku membeli ini kalau bukan Keenan.
Aku masih tak habis pikir dengan Keenan. Kukira yang ia maksud dengan mentraktirnya nonton adalah pergi, membawanya menonton film di bioskop. Ternyata, yang ia maksud adalah membelikannya kaset film dan menemaninya nonton kaset di rumah.
Keenan : Gerald. Nilai lo berapa?
Gerald : Gue pesimis Ke. Paling nilai lo sempurna lagi.
Keenan : kok lo jadi gak pede gini sih.
Keenan : tumben, biasanya pede lo over dosis.Gerald : udahlah, gue cuma dapet 95. Lo pasti 100.
Gerald : oke Ke, gue jemput lo jam 10. Kita nonton di jogja city mall aja ya.Keenan : eh Ge. Yang gue maksud traktir gue nonton bukan itu.
Keenan : lo beliin gue kaset film Despicable Me, lo ke rumah gue, temenin gue nonton tuh kaset film.Gerald : idih. Ogah. Mending lo download sendiri mah kalo gitu caranya.
Keenan : ih tepatin janji lo dodol. Lagian kan murahan beli kaset, bisa ditonton ulang lagi.
Gerald : yaudah deh mumpung gue lagi baik.
Gerald : jangan lupa siapin snacknya ye. Cogan nih yang mau ke rumah lo.Keenan : siap. Lo sukanya makan kerikil kan? Banyak kok di kebun. 😏
Gerald : yoi bener banget.
Gerald : jangan lupa minumnya air comberan.Keenan : btw, jadi lo beneran kalah? YES.
Gerald : sialan lo Ke -_-
Read.
Beberapa puluh menit telah berlalu. Aku dan moge-ku mulai memasuki kompleks perumahan yang cukup elit di Jogja. Aku pun menghentikan motorku di depan rumah bertingkat yang berwarna dominan abu-abu tua dengan pagar besi hitam mengelilinginya. Rumah yang keren dan terlihat adem.
"Mas, masnya cari siapa ya?" ujar satpam yang entah muncul dari mana.
"Saya nyari Keenan pak. Keenannya ada?"
"Oh Neng Keenan. Masuk aja mas. Neng Keenan ada di dalem kok."
Satpam itu pun membuka pagar dan mempersilahkanku masuk.
Segera saja aku masuk dan memarkirkan motorku di halaman rumah Keenan.
Aku melepas helmku, dan sedikit merapikan rambutku. Setelah itu memencet bel rumah Keenan berkali-kali. Iseng.
"Oh lo Ge. Masuk yok Ge. Maaf lama ya." ujar seorang gadis dengan rambut acak-acakan, baju tidur, koyo yang tertempel di kening dan betisnya, mata sembab, dan wajah khas orang bangun tidur.
Jujur aku sedikit kaget melihatnya seperti ini. Namun, aku tidak terlalu ambil pusing.
"Belum lama kok Ke. Santai. Betewe, orang tua lo mana?" tanyaku.
Entah kenapa, raut wajah Keenan tiba-tiba berubah. Kesedihan dengan jelas terpancar dari matanya. Ia tersenyum getir,
"Biasalah Ge. Sejak tahun kemarin belum ada balik ke Indonesia. Katanya sih masih ada urusan di Amrik sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionYogyakarta, DIY. Ada pepatah yang berbunyi "Penyesalan memang selalu datang belakangan". Beberapa bulan kemarin ia menyukaiku. Bulan kemarin ia menyayangiku. Minggu lalu ia selalu setia menantiku. Kemarin lusa ia berusaha tetap setia menantiku...