Bab 8 - Pertama Kali Bersama Milo

25 3 6
                                    

terima kasih sudah ingin menunggu cerita ini..

aseekkk..

maaf jika lama untuk publikasi ceritanya...

miss you so much!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku terus memakan creamy fettucini-ku walaupun kurang berselera. Setelah beberapa suap aku makan, aku merasa ada seseorang yang sedang memandangku lekat. Membuat kurisih dan hal yang paling tidak aku sukai adalah dilihat oleh seseorang dengan begitu lekat dan dekat. Seperti sedang mengamati diriku secara detail.

Oh, aku sudah tidak tahan dengan tatapan orang itu. Aku mengangkat pandanganku dari piring ke arah wajah seseorang yang sedang menatapku. Dan benar saja, mata Milo tanpa berkedip menatapku. Mataku dan mata Milo saling bertemu sekarang. Dan aku baru menyadari jika Milo memiliki bola mata berwarna cokelat-kebiruan terang. Matanya tembus menerawang mataku dengan tajamnya.

Dengan tatapan Milo itu membuat sengatan listrik yang begitu kuat terhadapku hingga aku tak dapat berkutik melainkan membalas tatapannya. Aku tak bisa membaca arti tatapan itu karena aku terlalu terpaku pada bola matanya yang... sangat indah.

"Ada apa dengan melihatku seperti itu?"

Milo hanya bergeming sambil matanya tetap menatapku. Mulutnya bergerak mengunyah makanan dimulutnya tetapi ada sedikit senyuman miring disudut bibirnya. Aku tak mau terperangkap dimata Milo lagi. Itu membuatku menjadi salah tingkah. Aku mengalihkan pandanganku kepiringku lagi.

"Kamu mengingatkanku pada seseorang." Tetiba Milo berkata. Aku kembali menatap wajah Milo sambil menaikkan alisku sebelah.

"Maksudmu?"

"Yaa.. wajahmu mirip dengan seseorang." Milo mengangkat bahunya tak acuh.

"Siapa?" Tanyaku penasaran.

"Dia... dia..." Milo seperti kehabisan kata. Matanya melirik ke kiri-kanan seperti memikirkan sesuatu.

Aku terus memandang wajahnya. Dan akhirnya ia melanjutkan,

"Dulu aku punya hubungan dengan wanita itu. Tapi sekarang dia sudah tidak ada."

"Sorry? Tidak ada itu maksudnya... em..." aku ingin bertanya tentang wanita itu tapi aku takut akan membuat Milo menjadi tersinggung.

"Oh. Dia sudah meninggal." Milo menjawab tanpa aku tanya. Aku rasa dia mengerti apa yang ada didalam pikiranku.

"Oh, sorry." Aku bersuara rendah menandakan aku turut berduka cita. Aku tulus.

"Well, wajahmu mirip sekali dengannya. Membuatku menjadi sangat merindukannya." Aku melihat Milo tersenyum kecut. Ada tersirat kesedihan diwajahnya.

Mungkin wanita itu benar-benar dicintainya dan kepergian wanita itu sangat menyakitinya. Dalam hatiku terbesit rasa ingin menghibur Milo agar ia tak bersedih. Tapi, percayalah. Aku tak pernah menghibur orang sebelumnya. Jadi aku tak tahu harus berbuat apa agar Milo terhibur.

"Hem.. tapi kata orang didunia ini kita punya tujuh kembaran. Jadi mungkin aku salah satu kembaran dia."

Tiba-tiba saja Milo tertawa mendengar pernyataanku tadi.

"Tapi walaupun dikatakan kembar pasti berbeda."

"Ya pasti dong aku berbeda dengan wanitamu itu."

Milo menggeleng sambil tertawa.

"Kamu dan dia tak ada bedanya. Sangat mirip. Bukan sangat mirip, tapi seperti yang kulihat sekarang. Dirimu adalah dia."

Sekarang giliranku yang tertawa, "Tidak mungkin tak ada bedanya. Pasti ada lah perbedaanya. Kamu mengatakan aku mirip dengan wanitamu hanya dari sisi luarnya saja."

Hold Me Tight [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang