Bab 16

11 2 0
                                    

Dengan wajah yang bersimbah darah, Milo terbaring diatas kasur Emily dengan bantuan adiknya, dan Emily. Natasha sedikit panik melihat darah yang ada diwajah kakak yang terus mengalir. Sesekali didengarnya Milo sedikit meringis menahan sakit, sedangkan Natasha hanya bisa meremas tangan Milo mencoba untuk menenangkan Milo, dan ia juga tahu jika itu tidak mempan sama sekali. Emily datang dengan membawa perlengkapan obat-obatan dan semangkuk air ditangannya, lalu ia membuka lemarinya dan mengambil handuk kecil.

Natasha mencoba membersihkan darah yang ada diwajah Milo dengan handuk kecil yang sudah direndam di air, sedangkan Emily membersihkan luka dikaki Milo. Sekujur tubuh terasa sakit bagi Milo. Luka dimana-mana membuat tak tahan untuk tidak menjerit saat luka-luka dibersihkan.

"Jangan meringis! Ini semua karena ulahmu." Ujar Emily ketus.

"Dia juga manusia, Em. Wajar dia merasa sakit." Bantah Natasha.

"Oh. Begitu sayangnya kamu pada kakakmu hingga kau masih menganggapnya manusia?"

"Emily!" Natasha mengeluarkan nada tingginya secara spontan. Ia bangkit dari duduknya ditepi tempat tidur dan langsung menghadap Emily dengan mata yang menyala.

"Tenanglah, Sha." Milo memegang tangan adiknya dan menarik adiknya perlahan untuk duduk kembali ditepi tempat tidur.

"Aku memang salah." Milo bersuara.

"Ya, memang kamu salah. Sangat salah." Emily menimpali.

"Aku hanya terkejut dengan kejadian malam ini, Em. Maafkan aku."

Tidak ada satupun yang menggubris perkataan Milo setelah ia meminta maaf. Emily hanya menunduk dengan amarah yang ia coba tahan, dan Natasha pun diam sambil melirik kebelakang ke arah Emily duduk. Dalam hati Emily berasumsi bahwa Milo masih dibawah alam sadarnya. Karena tidak mungkin seorang Radmilo Pradjaya mengucapkan permintaan maaf dengan baik dan benar jika ia sedang tidak mabuk.

"Dan satu lagi," Natasha membuka suara.

"Wanita itu ...."

"Dia bukan Reisha." Sanggah Emily cepat.

"Tidak mungkin. Dunia ini sudah gila jika ada tiga orang dengan wajah yang sama, nama yang sama, tinggal di negara yang sama, dan kenal dengan orang yang sama."

"Dunia tidak akan gila, jika kalian tidak gila."

"Apa maksudmu, Em?"

"Apakah aku harus menjelaskan sekali lagi padamu Tasha, wanita itu bukanlah wanita yang selama ini kamu kenal?" Emily mencoba merendahkan suaranya dengan menekan suaranya pada kata sekali lagi, dan Tasha juga tahu, dibalik nada rendah itu ada luapan amarah yang sangat besar padanya.

"Aku harap kau cukup pintar untuk mengerti maksud dari pertanyaanku, Tasha." Emily melanjutkan, "Istirahatlah dikamar ini dulu. Permisi." Emily meniggalkan kakak-berakdik tersebut dengan keheningan.

Dan ya, Natasha cukup pintar untuk mengerti maksud dari Emily tadi, dan ia membiarkan Emily pergi meninggalkannya dan keheningan yang tercipta dikamar ini membuatnya semakin mengerti apa yang sudah terjadi di masa lalu-lah yang membuat masa sekarang sangat keruh dan mencekam. Salah satu orang yang membuat kekeruhan dan kekecaman itu sekarang sedang terbaring tertidur dibawah pengaruh alkohol. Tanpa sadar Natasha menitikkan airmatanya saat ia memandang wajah Milo yang sedang tertidur pulas.

"Memang benar, kak. Kau-lah yang bersalah dari semua ini."

****

Keyna bersandar dibahu Kevin sejak tiga puluh menit yang lalu. Setelah Kevin selesai membersihkan lukanya, Keyna mencoba untuk menenangkan amarah Kevin yang menggebu pada Milo. Keyna sendiri mencoba menahan kegundahan dihati dan pikirannnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold Me Tight [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang