BAB 1

80 8 4
                                    

Hai.. hai..
Ini adalah cerita pertamaku.hehe
Mungkin di BAB 1 ini ceritanya masih pendek, tapi aku bisa jamin kalian bakal ketagihan untuk membaca yang selanjutnya.heheh

Selamat membaca😉
_________________________________________________

Pagi hari ini cukup cerah untuk membangunkan tidurku yang semalam. Dengan bantuan suara berry--alaram strawberry-ku yang berdering menunjukkan ini sudah jam 8 pagi. Aku beranjak dari ranjangku setelah mematikan suara berry yang sudah--errr.. aku sudah tidak ingat dia sudah berapa lama bersamaku, dan seperti hari yang selalu aku jalani, aku bergegas untuk pergi ke kantor.

Aku hidup sendirian, tanpa orangtua-mereka sudah meninggal, dan aku tinggal di sebuah apartemen yang itupun dibelikan oleh orangtua angkatku. Aku diangkat oleh sepasang suami-istri sekitar 6 tahun lalu, saat aku berumur 20 tahun. Aku bertemu dengan mereka saat aku di rumah sakit. Aku pun tidak terlalu ingat apa yang terjadi padaku sampai aku harus dibawa ke rumah sakit.

Orangtua angkatku, Bramatama dan Candeline, kuakui sangat menyayangiku. Begitu juga dengan anak lelaki semata wayang mereka, Zello, juga menyayangiku dan menganggap aku seperti kakak perempuannya. Ayah Brama dan Ibu sudah sangat banyak membantu kehidupanku. Dari nol hingga aku akhirnya bisa menajalani hidupku sendiri. Aku tidak mau membebani kehidupan Ayah Brama dan Ibu lagi. Sudah cukup banyak mereka membantu kehidupanku karena itu aku mulai mencari kerja untuk menghidupiku dan sedikit membantu mereka dan uang kuliah Zello.

Aku bekerja disebuah perusahaan majalah ternama di Indonesia, E-Magz. Aku sangat menekuni pekerjaanku sebagai jurnalis di perusahaan majalah ini. Sudah 4 tahun aku bekerja disini dan pekerjaanku juga sangat diapresiasikan di E-Magz. Aku sangat dipercayakan dalam hal membidik setiap informasi yang terjadi di dunia. Karena itu terkadang aku juga diterbangkan ke luar negeri bersama timku untuk mencari beberapa informasi yang sedang panas di infotement.

Dan setelah aku mengikat ekor kuda rambutku yang berwarna coklat, aku sedikit memoles bibirku dengan pelembab bibir agar tidak terlalu terlihat kering dan pucat. Aku sedikit tersenyum didepan cermin sambil berdoa, "Ya Tuhan, permudahkanlah dan lancarkanlah urusanku hari ini. Aamiin" untuk mengawali hariku.

****
"Key,"

Aku mengangkat kepalaku dari komputer saat mengenali suara Laras memanggilku. "Ya?" Jawabku sambil menaikkan kacamataku ke batang hidungku.

"Nih, kopi. Deadline makin dekat, kan ?"

"Thanks" aku segera mengambil cangkir kopi itu dari tangan Laras dan langsung menyeruputnya. Dan aku bersyukur Laras mengetahui asupan yang sedang dibutuhkan tubuhku saat ini.

"Huh.. aku boleh ngeluh nggak sih? Ini banyak banget yang harus direvisi." Aku memijat kepalaku yang sedikit terasa pusing. "Gila, ya, Ras. Kenapa juga anak bawang ditaruh di bagian jurnalisa seperti ini. Aku nggak ngerti deh dengan jalan pikiran Bu Ranti. Anak magang yang masih nggak tau apa-apa dilempar gitu aja ke bagian jurnalisa."

Aku protes. Ya, sangat protes. Bagaimana bisa anak yang baru saja lulus kuliah langsung dilempar ke bagian jurnalisa. Padahal Bu Ranti, Direktur E-Magz, sudah tau aturan bagi para jurnalis. Bagian jurnalisa dimajalah ini bukan bagian yang main-main. Harus banyak pengalaman tentang mengeksplor dunia, pengetahuan sosial dan perkembangan lingkungan yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.

Biasanya jika ada pembagian anak baru, Bu Ranti selalu membuat seleksi dengan beberapa ujian dan wawancara. Dan selesai seleksi, Bu Ranti selalu menanyakan kepadaku apakah aku setuju anak baru itu dimasukka ke bagian jurnalisa atau tidak dengan beberapa penilaian tentang kemampuannya. Tapi, entah mengapa tahun ini Bu Ranti tidak ada mempertanyakan tentang persetujuan anak baru. Dan aku sangat menyesalinya.

Tiga minggu lalu aku menguji kemampuannya. Dan aku rasa itu adalah tugas yang sangat gampang dan sudah sering sekali dibahas di masyarakat. Hanya tentang "SAMPAH". Bagaimana masyarakat menanggapi sampah dikehidupan mereka. Segampang itu tugasnya dengan deadline tiga minggu. Itu waktu yang cukup lama sebenarnya dengan hanya memantau masyarakat dan wawancara beberapa warga tentang topik yang aku beri itu. Tapi lihatlah apa yang dilakukannya. Jurnalnya sangat berantakan dan itu membuatku pusing.

"Berarti Bu Ranti percaya sama kamu, Key"

"Percaya gimana, Ras. Jelas anak ini tidak tahu tentang ketentuan jurnal yang aku inginkan. Padahal aku sudah mengajarinya berkali-kali.
Ini membuatku emosi." Aku memijat kepalaku lagi dan melirik Laras yang sedang meniup kepalaku. Aku mengernyit.

"Kepalamu berasap, Key" katanya sambil mengibaskan tangannya beberapa kali diatas kepalaku. Sontak aku tertawa sambil memukul tangannya pelan.

"Haha.. apaan sih"

"Aku bantun deh ngajarin anak itu gimana cara buat jurnal sesuai kemauan kamu "

"Ya. Baguslah. Terima kasih, Ras" aku tersenyum riang

"Welcome, hon. Aku balik ke mejaku, ya"

Aku merasa bebanku sedikit berkurang. Syukurlah ada Laras yang aku percayakan sebagai orang yang mengerti luar-dalamku soal pekerjaan. Dengan bantuannya setidaknya dapat mengurangi pekerjaanku untuk mengajari anak bawang itu. Tapi tidak dengan kepalaku. Saat Laras pergi dari mejaku, aku merasa kepala sedikit bertambah pusing. Entah ini karena pekerjaan atau--...

_________________________________________________

Yey.. Bab 1 udah selesai😉
Silahkan vote dan komen yaa😊😊
Maaf jika cerita masih pendek. Dan jangan kapok untuk tunggu cerita selanjutnya😉
Terima kasih😍😘😘

Hold Me Tight [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang