BAB 10 - Pertemuan Kedua

27 3 5
                                    

Aku tetap berada ditempatku, aku tak berani bergerak sedikitpun. Alhasil akupun tak berani untuk bernapas. Pikiran negatif berkecamuk diotakku. 'Aku akan mati malam ini juga' pikirku.

"Perlu bantuan?" Sebuah suara bariton terdengar dibelakangku.

Aku masih tak berani untuk menoleh ke belakang. Aku takut bahwa sosok yang akan aku lihat bukanlah manusia, tetapi seonggok makhluk yang matanya keluar, baju bersimpuh darah, dan tubuh yang penuh luka bakar. Uh! Aku tak sanggup menanggung hidupku jika seperti ini.

"Jangan! Aku mohon! Aku masih mau hidup. Aku tak bermaksud mengganggumu disini. Mobilku sedang ada masalah. Aku mohon jangan bunuh aku! jangan ganggu aku." Aku berkomat-kamit tak jelas. Entahlah segala cara akan aku lakukan agar aku selamat.

"Apa maksudmu? Maksudmu aku adalah penjahat, gitu? Atau hantu?"

Aku hanya bergeming mendengar perkataannya. Otakku tak bisa berjalan dengan normal sekarang.

"Hey, jika kamu butuh bantuan, aku akan membantumu. Lihatlah sudah pukul berapa sekarang? Seorang gadis dipinggiran jalan pukul segini."

Aku memberanikan diri untuk melihat kearah belakang. Walau tubuhku bergetar ketakutan. Aku membalikkan tubuhku dan wajahku langsung berhadapan dengan seorang manusia, bukan yang lain.

Ia berpakaian sangat rapi, memakai kemeja cokelat muda dengan dua kancing atas terbuka, celana hitam dengan berbelit tali pinggang. Sepertinya ia baru pulang kerja.

Setelah itu aku mencoba untuk menengadahkan kepalaku, untuk melihat wajah pria itu. Dan aku terpaku! Pria dihadapankupun terlihat terkejut dan kami saling bergeming.

Dia.. pria yang ada dirumah sakit waktu lalu. Pria yang saat itu membuat hatiku tiba-tiba sesak dan tanpa alasan aku menangis didepannya. Sesaat mata kami saling menatap dan aku langsung menundukkan kepalaku. Oh tidak. Mimpi apa aku tadi siang? Ini sangat memalukan.

"Ehem.. jadi ada yang bisa kubantu?"

Oh Ya Tuhan... suaranya lembut sekali. Aku rasa aku terpesona padanya. Aku mengangguk tanpa melihat padanya.

Ia langsung berjalan kearah depan mobilku dan membuka kapnya. Lalu ia mengambil beberapa perlatan perbengkelan didalam mobilnya yang terparkir tepat dibelakang mobilku.

"Tolong bantu aku. Tolong senter kearah mesinnya." Katanya padaku dan langsung aku setujui.

****

Kurang lebih satu jam akhirnya ia selesai memperbaiki mobilku. Dan ini sudah pukul 12.00 dini hari. Pria itu kelihatan lelah. Sesekali ia menghembuskan napasnya kuat dan menghapus keringat yang dipelipisnya.

Entah mengapa aku suka melihat postur tubuhnya, cara berpakaiannya, potongan rambutnya, dan .... wajahnya. Sedari tadi aku hanya memperhatikan gerak-geriknya memperbaiki mobilku. Aku rasa aku benar-benar terpesona pada pria ini. Walaupun pada first impression-nya aku sangat memalukan.

"Sudah selesai. Tapi aku tidak bisa pastikan apakah ia tidak akan mati lagi atau tidak."

Ia menegakkan tubuhnya yang sedari tadi hanya terbungkuk untuk memperbaiki mobilku. Dan aku baru melihat wajahnya yang sekarang sudah kotor dan berwarna hitam. Aku menahan tawaku dan dia melihatku dengan alis yang berkerut.

"Mengapa kamu tertawa?"

"Tunggu sebentar. " aku mengambil tisu basah dari tasku. Dan aku berikan padanya.

"Wajahmu kotor." Aku tertawa kecil dan ia langsung terlihat malu dan mengambil tisu pemberianku.

"Aku akan mengikutimu dari belakang." Katanya tiba-tiba setelah membersihkan wajahnya.

Hold Me Tight [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang