22

2K 182 74
                                    

Hari yang di tunggu Mark datang juga. Ia sudah menyiapkan semua untuk melancarkan aksinya. Menembak Haechan dengan menggabungkan beberapa cara dari kelima sahabatnya. Ya memang awalnya keliatan ribet, tapi setelah di beresin macem-macemnya, ga ribet-ribet banget jatohnya. Lagipula kalau caranya di satuin, percaya, hasilnya bakalan romantis.

Mark meraih bucket bunga yang di berikan oleh si mba-mba penjual bunga. Senyum merkahnya terpancar melihat bunga mawar di tangannya. Ia mendekatkan wajahnya kearah bunga merah tersebut, kemudian mencium bau mawar yang khas. Ia yakin Haechan pasti suka ini. Ya, walaupun Mark tahu bocah itu lebih addict sama makanan manis ketimbang bunga. Tapi, mana ada sih sejarahnya orang ga suka bunga?

"Pasti kekasihmu akan suka itu." Mark tersenyum tipis. Ia melirik sebentar kearah jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul 11.

"Ya semoga saja." Ujar Mark sembari memberikan uang tersebut kepada si mba-mba penjual bunga. Setelah selesai,  Ia melangkahkan kakinya menuju mobil sedan hitam milik Jaehyun yang terparkir di depan toko. Tapi sialnya, pintu sedan itu terkunci. Mark sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian melirik kedalam mobil dan dia tak mendapatkan Jaehyun disana. Kayaknya Jaehyun gatau banget kalo dia harus cepet-cepet kesekolah.

"Nih, biar ga tegang-tegang banget." Jaehyun tiba-tiba dateng sambil bawa americano buat Mark. Pemuda blasteran itu mendelik sebentar sebelum akhirnya ia ambil americano itu dan menyesapnya.

"Udah ayo jalan." Jaehyun menekan tobol kunci kemudian masuk kedalam mobil di susul dengan Mark kemudian.

"Ga takut di tolak?" Mark menggelengkan kepalanya. Ia yakin sekali kali ini. Semoga saja tidak ada halangan seperti di bianglala kemarin.

Mark menaruh buket bunga tersebut diatas pahanya. Ia sedikit membayangkan bagaimana wajah Haechan saat dirinya memberikan bocah itu bunga.

"Jangan bengong aja." Jaehyun menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Mark dan tangan itu langsung di tepis oleh Mark.

"Disana udah pada stand by kan?" Mark menganggukkan kepalanya. Mata tegas itu ngelirik jam digital yang ada di dashboard mobil yang menunjukkan pukul 11:04. Jarak sekolahnya sih ga jauh-jauh amat, tapi masalahnya, jalan yang bakal mereka lewatin itu, rentan banget sama yang namanya macet. Wajar sekolah mereka itu letaknya di jantung kota, deket sama gedung pencakar langit yang isinya orang sibuk semua.

Mark merogoh saku jaketnya kemudian ngeluarin ponselnya yang geter karna ada pesan masuk dari Jaemin.

"Jaemin juga masih otw ke rumah Haechan kok." Ujar Mark sambil ngalihin pandangannya dari ponsel hitamnya dan masukin lagi ke tempatnya. Gantian, Jaehyun nganggukkin kepalanya ngerti.

"Emang gamasalah ya kalo ke sekolah ga pake seragam gini?"

"Tenang aja, udah diatur."

...

Haechan menggerutu kesal saat pintu kamarnya di gedor secara berutal yang pastinya itu bukanlah perbuatan ibu atau ayahnya. Saat Haechan hendak memejamkan matanya, pintu itu kembali di gedor oleh manusia tak tahu diri. Ia menyibakkan selimut tebalnya kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu dan wajah datar itu berubah menjadi merah menahan marah saat melihat salah satu teman dekatnya berada di depan pintu kamarnya.

"Ke sekolah sekarang."

"Hah?"

"Hari ini terakhir buat pengumpulan dan perbaikan nilai akhir." Haechan masih diem di tempatnya. Dia ga ngerti apa yang Jaemin omongin, sob. Wajar orang baru bangun tidur udah di suruh mikir, ya dijawabnya bakalan asal dan lama tentunya.

"Masih pagi ini please."

"Pagi darimana? Udah siang!" Haechan ngalihin pandangannya kearah jam dinding. Oh ternyata udah hampir setengah duabelas.

[✔] Shape of Me +MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang