Part 1

4.5K 581 38
                                    

Wira tidak bisa berkutik lagi karena surat kontrak tersebut. Mau tidak mau harus diterima dan dijalani. Disebrangnya, mata Larisa berbinar melihat surat kontrak yang telah ditandatangani. Tujuannya sudah tercapai. Kini ia tidak pusing-pusing memikirkan jalan keluarnya maupun bekerja. Anggap saja ia bekerja dan digaji. Larisa akan mengurus apartemen dan juga Wira baik segi kebutuhan sehari-hari dan merawatnya. Tapi tidak untuk masalah ranjang. Anggap saja ia akan menjadi babysiter Wira.

"Aku mau keluar dulu. Papa menelepon sedari tadi." Wira bangkit dari sofa.

"Aku nggak perlu ikut?" tanya Larisa yang siap-siap berdiri.

"Nggak, Papa ingin bicaranya sama aku bukan kamu!"

"Ya, sekarangkan aku istri Kak Wira." Gadis itu mendelik.

"Urus aja rumah!" sahut Wira sebal sambil berlalu keluar apartement. Larisa berdecak.

"Punya suami kayak gitu harus extra sabar. Mana lima tahun lama juga ya, huft." Ia menghitung dengan jarinya. "Semuanya butuh perjuangan Riri!" ucapnya menyemangati diri sendiri.

Flashback

Hadi menatap keduanya bergantian. Wira biasa saja berbeda dengan Larisa yang ketakutan. Kakaknya pasti akan memarahi karena tindakannya. Apalagi dengan pernikahan. Tidak ada kata main-main dalam hubungan tersebut.

"Jadi sekarang mau gimana?" Hadi menanyakan pernikahan mereka. Mau dibawa kemana?.

"Gue juga bingung harus gimana," balas Wira. "Semua ini nggak direncanain."

"Gue kira sebaiknya kalian cerai aja," ucap Hadi seraya matanya tidak lepas dari Larisa yang menunduk. Mata Larisa terbelalak.

"Gue kira memang haru..." timpal Wira namun terpotong.

"Aku nggak mau cerai!" teriak Larisa. Wira terperanjat mendengar teriakan dari Larisa. "Riri nggak mau cerai dari Kak Wira, kak!"

"Apa maksudmu, Riri?"

"Aku mau mempertahankan pernikahan ini!"

"Apa?" Wira masih terkejut.

"Pokoknya aku nggak mau cerai, titik!" Larisa menggeleng kepalanya. Ia kekeh menolak untuk bercerai.

"Kenapa kamu nggak mau cerai?!" tanya Hadi. Larisa terdiam sejenak, memikirkan alasannya.

"Aku..." lidahnya terasa kelu. "Aku mau kakak bahagia. Aku nggak mau nyusahin kakak lagi," ucapnya dalam hati. Air matanya menetes dengan sendirinya. Wira menyadarinya. Tangan Larisa pun gemetaran.

"Gue kira maksud Riri itu untuk saat ini kami nggak bisa bercerai. Kami juga baru nikah dua hari. Masa iya udah cerai, Di." Hadi setuju dengan pemikiran tersebut.

"Lo bener juga. Pasti keluarga lo nanti bingung dan juga marah. Jadi gimana?"

"Untuk sementara gue dan Riri bakal jalanin dulu. Sampai waktunya tiba, gue bakal ceraiin Riri. Gimana menurut lo?"

"Tapi.."

"Gue nggak akan macem-macem sama adik lo, Di. Gue janji, lo pegang omongan gue." Hadi melihat kesungguhan itu dari mata Wira. "Lagian, ini kucing liar. Di deketin dikit cakarnya langsung keluar," seru batinnya. "Yang lo pikirin sekarang adalah hubungan lo sama Risa. Gimana ke depannya kalian?"

"Kak, nikahin Kak Risa.." Celetuk Larisa. "Sekarang kakak nggak perlu ngejagain Riri lagi. Riri udah nikah. Udah waktunya kakak bahagia. Kak Risa pasti nungguin kepastian dari kakak." Larisa memandangi Hadi dengan tersenyum.

Last Love (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang