Part 3

2.9K 507 49
                                    

Wira melangkahkan kakinya dan terhenti dihadapan Larisa. Ia menjentikkan tangan ke kening istrinya. Larisa mengaduh kesakitan. Ia mengusap-ngusap keningnya.

"Sakit tau!!" bentak Larisa.

"Lagian siapa suruh bengong. Dipanggil malah diem aja. Kenapa?" tanya Wira.

Dari dekat Larisa bisa melihat betapa tampan dan manly nya Wira. Ingin rasanya berteriak. Namun ia malah memukul pelan pipinya agar sadar. "Aku sepertinya udah gila," gumamnya. 

"Emang udah gila," celetuk Wira sambil menahan tawanya.

"Aish! Sarapannya udah ada di meja. Aku mau mandi dulu."

"Dasar kucing liar, perasaan nggak ada sopannya sama suami." Wira menatap kepergian Larisa ke kamar mandi dengan sebal. Di atas meja yang ada hanya sepiring buah-buahan dan juga sepiring nasi goreng.

Harumnya nasi goreng menggugah selera. Tapi Wira menahannya. Ia sudah berjanji untuk hidup sehat. "Tahan Wira, jangan ke goda sama itu nasi goreng." Ia menggeser kursi lalu duduk. Di ambilnya roti gandum dan mengolesinya dengan selai coklat yang memang selalu tersedia. Wira mengunyah dengan tidak semangat. Sesekali melirik nasi goreng buatan Larisa.

Tidak lama Larisa muncul. Wira belum juga menyelesaikan sarapannya. Larisa mandi dengan sangat cepat. Wira mengira jika Larisa tidak mandi.

"Nasi gorengku dimakan ya?" tanya Larisa yang telah duduk di kursinya.

"Apa kamu nggak liat itu masih utuh. Kamu nggak mandi ya?!"

"Cuma gosok gigi sama cuci muka." Larisa mulai menyuap nasi gorengnya.

"Aish! Jorok banget kamu. Bukannya tadi mau mandi?"

"Nggak jadi, males.. Hehehe." Wira tidak membahasnya lagi. Percuma juga buat apa.

"Hari ini kamu ambil semua pakaianmu. Aku nganterin kamu ke rumah. Jam 12, aku jemput." Larisa hanya mengangguk patuh.

***

Larisa sampai dirumah disambut Hadi. Pria itu sengaja tidak masuk kerja biar Jamal yang menjaga bengkel. Ia ingin bertemu adik semata wayangnya. Wira pamit setelah mengantar Larisa karena ada rapat.

Dikamar Larisa mengepak pakaiannya. Boneka dan juga buku-buku yang dibutuhkannya. Hadi turut membantu.

"Ri,"

"Eum,"

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Hadi.

"Iya, kak. Aku baik-baik aja. Memangnya kenapa?"

"Kakak khawatir sama kamu. Gimana kalau ada apa-apa?" Hadi menunjukan rasa kecemasannya pada wajahnya.

"Aku tinggal sama Kak Wira. Kayak yang kakak bilang, dia baik dan nggak bakal macem-macem." Bayangan Wira sedang mengancingkan kemejanya terlintas. "Dia juga gan..." hampir keceplosan. Menyebut Wira 'ganteng'.

"Apa?"

"Bukan apa-apa. Pokoknya dia baik itu aja, kak." Larisa berpura-pura sibuk mengambil ini-itu.

"Setelah beberapa bulan kalian menikah. Kakak minta Wira untuk menceraikan kamu," tangan Larisa melipat pakaiannya terhenti lalu menatap sang kakak.

"Aku nggak bisa bercerai begitu aja, Kak. Gimana dengan keluarga Kak Wira. Mereka pasti kaget. Lagipula, Pak Tommy punya penyakit jantung. Kalau beliau tau pasti bisa kumat penyakitnya. Jadi nanti aja ngomongin masalah itu ya.."

Last Love (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang