Koushi memandang lurus ke depan, menatap ke arah kereta yang sedang lewat di depannya. Angin yang menerpa wajah dan tubuhnya membuat Koushi merasa segar untuk setidaknya beberapa saat.
Rasanya begitu lelah setelah kemarin berlatih voli hingga larut malam. Koushi bahkan tertidur di gedung olahraga sampai pagi bersama anggota klub yang lainnya. Daichi meniadakan latihan untuk hari ini, karena latihan yang berlebihan juga tak baik bagi kesehatan.
Ugh, padahal di rumah itu membosankan... Koushi mencengkeram grip pada stang sepedanya erat-erat. Meski melelahkan dan banyak menguras tenaga, tapi itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan besar rasa cintanya terhadap voli.
Palang kembali terbuka, namun Koushi tidak menyadari hal itu karena ia mulai kehilangan konsentrasinya. Kedua kelopak matanya pun perlahan mulai menutup.
"Ano..."
"Whoaaa!" Koushi memekik kaget ketika sebuah jari menyentuh lengannya. Ia menoleh dan mendapati seseorang sedang mengangkat satu jari telunjuknya. Gadis itu. Spontan, kedua mata Koushi berbinar. Keinginanku terkabul...
Gadis itu sempat terlihat keheranan saat melihat binar di mata Koushi, tetapi ia memutuskan untuk mengabaikannya. "Mengendarai sepeda ketika mengantuk itu berbahaya..." ucap gadis itu dengan suara pelan.
"Ahaha... Maaf, maaf," Koushi menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. "Aku hanya terlalu lelah setelah berlatih voli hingga larut malam."
"Kau bergabung dengan klub voli?" gadis itu bertanya.
Koushi mengangguk. "Benar! Turnamen akan diadakan tak lama lagi, jadi kami harus banyak berlatih."
Gadis itu terdiam sejenak sebelum menanggapi dengan singkat. "Oh, begitu..."
"Omong-omong, kau hendak pergi ke mana?" Koushi bertanya.
Gadis itu tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangan ke kanan dan kiri, tampak menimbang-nimbang sesuatu. Lalu tatapannya kembali ke arah Koushi yang terlihat masih menunggu jawaban. "Pemakaman," jawabnya lirih.
"Eh?" Koushi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dalam hati, Koushi sibuk bertanya. Keluarganya? Temannya? Siapa?
"Onee-chan..." tanpa melihat lawan bicaranya, gadis itu berkata. "Makam Onee-chan."
"Begitu..." Koushi mengangguk-angguk. "Bagaimana kalau kuantar?"
***
Gadis itu berhenti di depan sebuah batu nisan. Koushi mengekor di belakangnya. Rasanya Koushi seperti pernah kemari bersama anggota klub voli. Oh, apakah ia baru saja mengalami déjà vu?
Begitu pandangan Koushi terarah pada tulisan Shimizu Kiyoko yang tertera di batu nisan, Koushi menyadari sesuatu. Pantas saja Koushi pernah merasa kemari. Ia bukan merasa, melainkan ia memang pernah datang kemari. Koushi tentu saja mengenal baik pemilik nama itu. Shimizu Kiyoko, salah satu sahabat Koushi, sekaligus manajer klub voli putra SMA Karasuno.
Pandangan Koushi beralih pada gadis yang sedang berjongkok di depan batu nisan. Gadis ini pasti bernama Shimizu (Name). Kiyoko sering bercerita tentang adiknya kepada Koushi, tetapi Koushi sama sekali belum pernah melihat (Name) sebelumnya.
Kini, Koushi menemukan sebuah jawaban. Buket bunga di ransel (Name), serta (Name) yang selalu pergi ke suatu tempat sebelum berangkat sekolah. (Name) pasti datang kemari.
"Onee-chan meninggal karena melindungiku..." tanpa diminta, (Name) menjelaskan. Ia mengusap batu nisan, menatapnya dengan sendu. "Pisau yang dipegang pria tua sialan itu melayang ke arahku. Seharusnya aku yang mati, tapi Onee-chan langsung memelukku... Pisau itu, menusuk punggungnya..."
Koushi tahu benar tentang keadaan keluarga Kiyoko. Kiyoko sering menangis padanya, membicarakan tentang ayahnya yang tidak menyayangi keluarga. Ibu dari Kiyoko dan (Name) telah meninggal dua tahun lalu dan itu juga akibat perbuatan ayah mereka.
"Onee-chan meninggal seminggu sebelum upacara penerimaan siswa baru..." (Name) melanjutkan ucapannya. Suaranya terdengar pecah. Pundaknya mulai bergerak naik turun. Sebuah isakan mulai terdengar.
"(Name)-san," Koushi memanggil nama gadis itu.
Gadis itu terkesiap. Dia menoleh pada Koushi. "Bagaimana kau... tahu namaku?"
Koushi mengulum sebuah senyum. "Apa Kiyoko pernah bercerita tentang Sugawara Koushi?"
(Name) masih terperangah untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. "Jadi... kau adalah Sugawara-san? Sahabat Onee-chan?"
"Benar," Koushi berjongkok di sebelah (Name). "Kiyoko adalah gadis yang baik dan terlihat kuat di luar. Tapi begitu rapuh di dalam..."
"Aku tahu," butiran-butiran air mata membasahi pipi (Name).
Koushi menepuk punggung (Name) dengan lembut. "Kiyoko sudah tenang di alam sana. Kau tidak perlu khawatir."
"Maaf karena aku menangis seperti ini, Sugawara-san," (Name) mengusap matanya dengan punggung tangan.
"Panggil Koushi saja tidak apa-apa..."
(Name) mengangguk. "Koushi-senpai," katanya. "Kita baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Tapi sejak awal, aku tahu kalau kau orang baik. Dan ternyata benar. Kau bahkan adalah sahabat Onee-chan..."
Koushi tersenyum. "Omong-omong, kalau kau butuh tempat bercerita, datanglah padaku, (Name)-san."
Semburat merah menghiasi pipi (Name). "Hai'," ucapnya seraya tersenyum manis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel [Sugawara x Reader]
FanfictionSemuanya berawal ketika pemuda dan gadis itu menunggu terbukanya palang kereta. "Aku melihat gadis itu berdiri di seberang sana setiap pagi." "Ketika berpapasan dengannya, aku tahu diam-diam dia mencuri pandang ke arahku." --- Sugawara Koushi x Read...