[About Tri]: Triplek

72 10 22
                                    

Tri ambilin air dari kamar mandi sebelah buat ngepel dong!

Tri peras pel woy!

Tri coba cek guru mapel ke ruang guru!

Tri beli sekardus air mineral ya!

Tri angkat tanaman masuk ke kelas!

Tri memang serbaguna. Bisa dibilang, dia itu yang paling sering disuruh-suruh dalam semua hal di kelas.

Tri ini berperawakan tinggi, kurus, dan berkulit kecoklatan. Laki-laki bernama Tri Hardianto ini juga disenangi teman-temannya karena ia sangat baik dan juga penurut, meski kadang-kadang juga menyebalkan.

"Tri, sini dong!" panggil Ika pada Tri.

Tri hanya memasang tampang kenapa?

"Lo mau ke kantin kan? Gue nebeng ya. Teh kotak doang." tutur Ika sambil mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari saku nya.

Tri hanya mengangguk lalu berjalan santai menuju kantin.

Tak butuh waktu yang lama, Tri datang dan membawa pesanan Ika. "Nih pesenan lo."

"Ah, Tri!  Lo emang the best!"

Selain penurut, Tri juga asik di ajak ngobrol. Dia salah satu pelawak di kelas 9a juga. Dia juga biasa dijadikan tempat curhat oleh teman-temannya seperti Uci dan Diba.

"Tri! Sini dong duduk." teriak Uci memanggil Tri.

"Apaan deh?"

"Gue mau curhat."

Tri menghela nafas panjang. Ia sudah menduga hal ini sebelumnya. "Oke. Curhat aja."

"Jadi kemarin tuh doi gue check in di path trus bareng cewek!" rengek Uci.

Tri mengernyitkan dahi. "Lalu?"

"Ya, gue kesel. Dia tuh gak peka banget kalo gue envy!"

"Ya siapa suruh lo gak langsung frontal aja ke dia, kalo lo suka sama dia."

"Masa cewek duluan yang bilang?"

"Uci, gue kan gak nyuruh lo buat nembak dia. Gue nyuruh lo frontal."

"Ih! Kan sama aja!"

"Sekarang udah ada emansipasi wanita kan?"

"Bodo amat. Yang jelas gue gak mau nyatain duluan." kata Uci sambil menekan kan kata gak-mau

"Asal lo tau ya, Uci. Laki-laki itu gak semua sehebat Albert Einstein dkk yang bisa nebak kode atau nebak isi hati seseorang. Laki-laki juga manusia. Jadi kalo lo ngasih kode, trus laki-laki nya gak peka, jangan salahin kita kita lah."

Ya begitulah Tri. Selalu mengeluarkan nasihat dan kata kata yang pedas. Mengiris hati. Tapi ada benarnya.

*****

Tri pun telah tiba di rumah nya. Memang sih agak telat, karena sekarang sudah pukul dua siang. Padahal ia pulang sekolah pukul satu siang. Tapi, seperti biasanya, dia melakukan rutinitas nya, yaitu mengantar Amin pulang.

Ya, Amin. Soulmate nya Tri. Mereka itu seperti saudara kembar siam, kemana-mana selalu bareng. Dimana ada Tri, pasti ada Amin. Dan begitu sebaliknya.

"Assalamualaikum! ian pulang!"

Jangan heran kalo Tri juga biasa di panggil Ian. Karena memang dia sering dipanggil seperti itu di rumah.

"Yan, gak makan dulu?" tegur Ibu nya.

"Gak deh, Ma. Mau langsung tidur. Tadi udah makan kok." Lalu Tri melanjutkan langkah kaki nya menuju kamar nya.

SolbioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang