Kehidupan yang lebih baik

30 4 8
                                    

"Oh, selamat datang Miss Micel. Mengapa anda datang pada jam sekarang?" ucap Merlin yang sebenarnya ia muak.

Namun wanita itu tidak menyahut tetapi hanya memberikan tatapan tajam. Untuk menghindari tatapan itu Merlin mencoba melihat sekeliling ruangan bergaya klasik itu dan menemukan ayahnya tengah berdiri disamping lukisan keluarga dengan ekspresi muka yang sama. Marah. Matanya melotot, menakutkan, nyali Merlin yang tadinya mengebu-ebu perlahan menciut ditelan kemarahan ayahnya.

" kau harus menghormatinya Merlin, ia akan menjadi gurumu untuk waktu yang lebih lama dan kau akan dibatasi untuk keluar rumah. " Ucap ayahnya kemudian membungkuk kearah Miss Micel meminta maaf atas kelakuan putrinya.

Setelah meminta maaf ayah Merlin pergi melewatinya tanpa memandang Merlin sedikit pun.

Huft, Merlin mendesah pelan. Kemudian merlin berjalan kearah Miss Micel lalu membungkuk meminta maaf.

"Maafkan aku Miss Micel, karena perlakuan ku yang tidak sopan kepadamu. " Ucap Merlin.

Namun wanita itu begitu angkuh, tidak mau menyahut perkataan Merlin. Dengan sombong dia mengibaskan kipas tangannya kearah wajah gadis muda itu.

"Well, mungkin aku harus memaafkanmu, tetapi semua itu belum cukup gadis muda." ucap wanita itu berjalan melewati Merlin dan duduk diatas sofa sambil menyesap tehnya.

"Baiklah, sekarang aku akan mengajarimu tentang cara menjadi putri walikota yang baik."

What?! Pelajaran macam apa ini?! Ayahku pasti sudah gila memilih pasien rumah sakit jiwa untuk menjadi guruku!!! Ucap Merlin dalam hati yang setengah terkejut.

Semalaman itu Merlin disibukan oleh pembelajaran yang tidak masuk akal, kebanyakan guru akan mereka tentang materi pengetahuan dunia. Tetapi tidak untuk Merlin, ia mengutuk semalaman bahwa malam ini adalah malam terburuk untuknya. Berbagai macam sepatu berhak tinggi berjejer rapi, dan guru gila itu memaksa Merlin mencobanya dan dipaksa berjalan bak model iklan sabun. Cara minum teh, penggunaan yang benar antara memakai garpu dan pisau, serta cara berbicara dengan orang lain.

Pelajaran yang tidak masuk akal itu telah menyita waktu tidur Merlin yang sangat berharga, sehingga esok harinya Merlin bangun seperti zombi yang memiliki kantung mata. Untunglah hari ini hari Selasa, sehingga Merlin tidak perlu repot-repot bertemu dengan wanita gila tersebut. Namun sepertinya ayah Merlin tidak memiliki toleransi, Disiplin. Itu yang lebih penting.

Dengan malas Merlin menyeret dirinya kekamar mandi lalu menanggalkan pakaiannya kemudian menceburkan diri kedalam kolam mandi berisi air hangat yang membangunkannya dari mimpi buruknya. Setelah mandi dan berpakaian seperti biasa Merlin langsung diberi polesan pada wajahnya serta pernak perni yang melekat di sekujur tubuhnya.

Sebelum Merlin melangkah ke ruang makan terdengar suara hentakakan kaki-kaki kecil yang berlari menuju ke kamar Merlin. Saat itu Merlin berharap itu bukan mimpi buruk yang kedua, namun dugaannya salah. Sebelum dia menyadari sesuatu, dua anak kecil telah lebih dulu memasuki kamarnya dan memporak-porandakan kamarnya menjadi kapal pecah.

Oh , akhirnya, mimpi burukku yang kedua.... datang.

Dengan kaki-kaki kecilnya, mereka menjelajahi kamar Merlin dengan kecepatan luar biasa. Seketika kamarnya berubah menjadi seonggokkan tempat pembuangan daripada disebut sebagai kamar.

Oh, bagus! Lengkap sudah mimpi burukku!

Kedua bocah tersebut ternyata kembar, yang satu perempuan dan yang satunya lagi laki-laki. Mereka memberikan senyuman lebar kepada Merlin berpadu dengan suara ingus yang dipaksa masuk kembali.

Srut!

Merlin jijik melihatnya, kedua bocah itu mencoba mendekat kemudian mulai menarik-narik bagian bawah gaunnya dan menunjukkan tampang memelas. Merlin mendesah pelan lalu tersenyum kearah mereka. Kemudian Merlin mengisyaratkan agar para pelayan membersihkan kamarnya. Para pelayan pun mengangguk sopan.

The Adventure Of MerlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang