Part 3

74 22 9
                                    

"Malas membuatku di paksa masuk ke pesantren"

"Tapi aku bersyukur karna hal itu"

----***----
Ternyata yang memanggil ku adalah Dzakirra Waftani, dia adalah sahabatku satu-satunya, dia sangat baik, aku memanggilnya Kirra

"Ada apa Kirra? Kamu mengejutkan aku!" kataku sambil melihatnya yang tengah tersenyum.
"Nggak papa, aku cuma manggil kamu aja!" jawab sahabatku.

Aku langsung duduk di kursi paling depan dan Kirra duduk di belakang ku, sambil menunggu bel masuk berbunyi.

"Afifah nanti pulang sekolah, jalan-jalan yuk!" seru Kirra yang sudah memasang wajah memelas.
"Hmm..ayo" ucapku setuju.

"Oh iya, jalan-jalan kemana??" tanyaku pada Kirra.
"Hmm, ke taman kota aja!!"
"Oke.."
----••••----
Akhirnya bel pulangan berbunyi, aku segera pulang sampai dirumah aku langsung mengganti pakaian, dan bersiap jalan.

"Mau kemana kamu Afifah?!" tanya mama yang berada di ruang tamu bersama dengan adek bayi yang sedang makan.
"Mau jalan-jalan ke taman dengan kirra ma!" jawab ku santai.

"Mau jalan tanpa izin mama!" kata mama.
"Mama tidak mengizinkan kamu jalan!" sambung mama lagi.
"Tapi ma, aku kan sudah janji sama Kirra!!" kata ku dan langsung melangkahkan kaki ku menuju ke luar rumah.
"Tapi mama nggak izinin kamu jalan, lebih baik kamu bantu mama mengerjakan pekerjaan rumah!" seru mama yang sedang berteriak agar aku bisa mendengar, karena mama melihat ku lari.

Aku jalan menggunakan motorku, tak lama aku sampai di taman kota, kulihat disana sudah ada Kirra yang menunggu dan aku menghampirinya.

"Maaf Kirra kamu jadi lama menunggu, soalnya aku tadi diomelin sama mama ku!" kata ku sembari duduk disampingnya.
"Iya nggak papa, tapi kamu kok bisa diomelin sama mama kamu?" tanya nya lagi.
"Karna aku tadi sebenarnya nggak dibolehin jalan!! Tapi aku tetap nggak dengarin apa kata mamaku!" jujurku.

"Oh.. Yaudah kita keliling taman yuk!!" seru Kirra dan langsung bergegas berdiri.
"Ayo!!"
----•••----

Aku sudah pulang dari taman, setibanya dirumah, sudah ada mama yang menunggu ku didepan rumah. Aku melihat muka mama yang terlihat marah.

"Aku pulang" kataku sambil menuju mama.
"Kamu ya Afifah, nggak dengarin yang mama bilang, jadi mama sudah memutuskan setelah kamu lulus smp kamu mama masukin ke pesantren aja, titik!!" kata mama yang lagi emosi.

Aku yang mendengar hal itu menjadi terkejut, dan hal itu adalah hal yang tak ku inginkan sama sekali. Aku membujuk mama agar aku tidak dimasukin ke pesantren.

"Ma, jangan lakuin itu aku janji nggak akan malas lagi dan aku bakal nurutin apa kata mama!!" bujukku dengan wajah memohon.
"Nggak bisa, keputusan mama udah bulat!!" seru mama dan langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan aku.

---*SKIP*---

Tak lama waktu berlalu, sekarang di sekolahanku melaksanakan Ujian Nasional untuk anak kelas 9.

Aku sudah mempersiapkan diri untuk UN tapi aku masih belum siap untuk masuk ke pesantren.

Ini adalah hari pertama aku UN aku sudah belajar dirumah, tapi agar aku lebih lancar mengerjakan soal nanti, aku belajar lagi di sekolahan.

Bel masuk pun berbunyi. Aku langsung memasuki kelas, aku duduk di depan, karna nomor urut yang sudah ditentukan. Hari pertama UN rasanya jantung ini berdegup dengan kencang. Syukurlah walaupun jantungku berdegup kencang tapi aku tetap mengerjakan soal dengan lancar.

---**---
Langsung ke inti aja ya.hehe 😊

Tak terasa lama setelah beberapa hari melaksanakan UN, hari dimana pengumuman hasil dari jerih payah belajar dan mengerjakan soal, akhirnya datang, aku mendapatkan juara ke 2, lumayan tapi aku sedih karena melanjutkan sekolah di pesantren.

Aku lagi berada di halaman depan rumahku, duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang, sambil merenungkan nasibku.

"Woii, ngapain kamu duduk sendirian disitu afifah?!" tanya Kirra yang mengagetkan ku. " Kirra kamu ngagetin aku tau!" seru ku yang masih terkejut.
"Hehee, maaf habisnya aku liat kamu sedih begitu, kenapa kamu sedih fah?" jawab sahabatku itu dengan tersenyum dan dengan cepat pula dia mengubah ekspresinya menjadi serius.

"Iya aku sedih karena setelah ini aku ngelanjutin sekolah di pesantren!!" kataku sambil menunduk.
"Kok kamu bisa di masukin ke pesantren?" tanya sahabatku yang terkejut.
"Karena, mamaku marah saat aku jalan ke taman waktu itu, sedangkan mamaku melarangku!!"

"Kalau begitu aku masuk pesantren aja, pesantren yang kamu masukin fah!" kata Kirra sambil tersenyum, menghiburku.
"Benarkah, kamu mau ikut aku masuk pesantren?!" tanyaku kegirangan.
"Iya aku mau kok, kan kamu sahabatku!" jawabnya sambil menyunggingkan senyuman manisnya.
"Terima kasih Kirra, kamu memang sahabat terbaikku!" gumamku dan langsung memeluknya.
---•••---
Setelah kirra mengatakan itu aku menjadi senang dan semangat menyiapkan barang-barang keperluan mondok.

"Tumben kamu semangat nyiapin barang-barang untuk ke pesantren?" tanya mama yang sudah memasuki kamarku.
"Iya ma, karena Kirra juga ikut ngelanjut sekolah di pesantren yang aku masukin!" jawabku yang tidak lagi kesal kepada mama.
"Baguslah kalau begitu. Besok kalian berangkat!!" kata mama sembari keluar dari kamarku.
"Oke ma!!" jawabku.
----**----
Hari ini adalah hari keberangkatan kami ke pesantren, cukup jauh dari rumahku butuh waktu hampir 3 jam. Aku menunggu Kirra dari dalam mobil yang berada didepan rumahnya, akhirnya Kirra keluar dari rumah beserta keluarganya yang ingin melihat anaknya pergi.

Tak lama kami pun berangkat, didalam mobil hanya ada suasana hening karena gugup apabila kami sampai disana karena kami akan bertemu dengan banyak santri-santri.

Sudah 2 jam setengah kami diperjalanan, akhirnya bapaku memulai percakapan.

"Kalian jangan gugup, disana pasti menyenangkan!! Kan kalian berdua jadi masih ada yang dikenalkan!" kata bapaku yang membuat ku sedikit tenang.
"Hmm, iya juga" jawabku
"Iya om, untung berdua kalau sendiri lebih gugup lagi!!" seru Kirra yang tengah melihat ke arah wajahku dengan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya, tapi tiba-tiba mobil kami terhenti.

"Ada apa pa? Kenapa mobilnya berhenti?" tanyaku pada bapaku.
"Kayaknya ban mobil bapa bocor, sepertinya terinjak paku!" jawab bapaku sambil melihat sana sini mencari bengkel.

"Disana om ada bengkel di samping minimarket itu!" seru Kirra sambil menunjuk ke arah kiri kami. Memang ada bengkel disana.
"Syukurlah kalau begitu kita berhenti dulu dibengkel ya!" kata bapaku sembari mengemudi mobil menuju bengkel.
"Iya!!" jawab aku dan Kirra bersamaan.

Sampainya disana, aku dan Kirra tak berkedip sekalipun, saat melihat seorang anak laki-laki seumuran denganku yang berada di minimarket. Seorang pria yang berpeci, memakai baju koko, dengan hidung mancung, kulit putih, pokoknya lengkap lebih tepatnya tampan.

Dia menatapku sebentar, lalu menengok ke arah lain. Aku berfikir pasti dia seseorang yang cuek.

-----^^^-----

Hay ketemu lagi 😊 , bagaimana penasaran nggak sama seseorang yang dilihat afifah, kalau begitu ikuti terus kelanjutan ceritanya ya ;)

Maaf ceritanya jelek.😢
Maaf yah kalo ada typo bertebaran.
Jangan lupa vote and comment, Terima Kasih🙏

Berawal Dari "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang