Jinwoon sudah sampai di kantor kepolisian Pusat Seoul, baru lima menit lalu ia tiba dan mengkonfirmasikan dirinya yang hari ini berniat mengunjungi anaknya, Oh Sehun.
Setelah menunggu panggilan yang di lakukan petugas, Jinwoon di bawa ke sebuah ruang yang akan mempertemukannya dengan Sehun. Ia duduk di salah satu kursi dan di belakangnya sudah siaga dua petugas polisi yang mengawasi, sedangkan di hadapannya kini ada sebuah kaca transparan dan di sisi kirinya ada satu buah telepon yang akan menjadi alat komunikasinya nanti.
Tak lama dari balik pintu di ruangan seberangnya muncul pria yang di kawal dua orang petugas, lalu setelahnya pria itu duduk di hadapannya kini. Lama Jinwoon saling melempar pandangan hingga ia memutuskan untuk meraih gagang telepon disisi kirinya lalu diikuti oleh pria di depannya.
“Aku kemari hanya akan memberitahu satu hal.” ucap Jinwoon. Pria itu –Sehun, setia mendengarkan suara diseberang.
“Luhan kecelakaan. Dia mengalami pendarahan hebat.” lanjut Jinwoon.
Bagai di hujam oleh bara api neraka, Sehun membulatkan mata sempurna saat mendengar apa yang ayahnya itu katakan. Genggaman itu melemas dan pandangan itu mengabur, namun ia masih bisa mengontrol agar goncangan batinnnya tidak terlalu meluap saat itu.
“La-lalu bagaimana keadaannya, Ayah?” bahkan untuk bersuara saja Sehun harus mengerahkan seluruh tenaganya, meskipun suara yang dihasilkan sangatlah kecil tapi Jinwoon masih bisa mendengar dengan jelas.
“Dan syukurnya dia baik-baik saja. Kandungannya pun baik-baik saja, tapi dia harus banyak beristirahat.”
Seolah beban di tubuhnya lepas begitu saja terbawa angin, Sehun menghembuskan nafas lega dan mengucapkan kata syukur berulang-ulang kepada Tuhan.
“Ayah, maafkan aku. Tapi sungguh aku tidak melakukan hal yang dikatakan oleh polisi itu Ayah, aku bukan orang yang dengan bodoh mengambil jalan kriminal seperti pembunuhan.”
“Ayah percaya padamu, Sehun. Meskipun polisi sudah menetapkan hukuman padamu, Ayah akan berusaha untuk meringankan hukumanmu. Di lokasi itu ada Choi Minki, 'kan?” Tanya Jinwoon.
“Ya, dia ada disana. Karena dia lah aku berada disini.”
“Sudah kuduga..”
JInwoon memang meragukan hasil laporan yang diberikan oleh pihak kepolisian kepadanya waktu itu. pasalnya ia tak percaya jika anaknya bisa berbuat hal seperti itu, dan kalaupun itu dilakukan Sehun, atas dasar apa Sehun melakukan pembunuhan itu? tidak masuk akal menurutnya.
“Tuan, waktu anda sudah habis.” seorang petugas memberitahu. Dan Jinwoon hanya mengangguk mengerti.
“Waktu sudah habis, Sehun. Ayah harus pulang. Kau tak perlu khawatirkan Luhan, kami akan menjaganya dengan baik. Kau juga baik-baiklah di dalam.”
Sehun mengangguk dan menutup teleponnya, Jinwoon pun di bimbing petugas yang mengawasinya tadi untuk keluar, begitu juga dengan Sehun yang kembali di bawa ke dalam selnya.
***
Tiga hari berlalu sejak tragedi kecelakan yang di alami oleh Luhan, kini kondisinya semakin membaik, Jinwoon dan Victoria sengaja memang tidak memberitahukan kabar kecelakaan Luhan kepada Kris maupun Xena yang berada di Cina, karena takut membebani pekerjaan mereka.
Victoria sekarang tengah menemani Luhan check up terakhir sebelum akhirnya Luhan di ijinkan untuk pulang, sedangkan Jinwoon sudah berangkat ke kantor sejak satu jam yang lalu.
Victoria dan Jinwoon juga belum memberitahu Luhan tentang penahanan Sehun dengan kasus pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu, mereka takut jika Luhan tahu itu akan berdampak pada kandungannya. Meskipun memang Luhan selalu menanyakan keberadaan Sehun tapi sebisa mungkin Victoria memberikan alasan yang masuk akal agar Luhan tidak lagi bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrousha
Fanfiction(HunHan - COMPLETE) Bermula dari sebuah perjodohan yang membawanya dalam berbagai masalah. Sejak awal pernikahan, berbagai kesulitan mereka hadapi, bahkan sampai hampir bercerai. Mampukah mereka melewati ini semua? Juli 2017 © Leadkloroform