Entity

521 17 1
                                    

Suara kicau burung gereja di pagi hari sudah menjadi khas di Chicago. Cahaya matahari yang tidak terlalu terik menyapu setiap sudut kamar melewati dua buah jendela yang terbuka lebar di salah satu kamar sebuah rumah tak berpenghuni. Angin pagi yang sejuk mengibaskan tirai-tirai jendela itu dengan lembut dan menerbangkan bulu-bulu putih yang bertebaran di lantai.

Seorang gadis menapakkan kakinya di ruang tersebut. Selembar kain sutera yang membalut tubuhnya dibiarkan jatuh menyelimuti lantai pualam. Gadis itu tidak peduli, dia melanjutkan langkahnya menuju ke cermin besar yang merefleksikan tubuhnya yang telanjang dengan sempurna. Tersirat ketegangan di wajah putih bersihnya. Matanya yang hijau menatap sayu refleksi dari tubuhnya sendiri. Tidak ada rasa bangga sedikitpun terhadap apa yang dimilikinya sekarang. Wajah cantik ataupun tubuh sempurnanya yang dapat menarik semua lawan jenisnya tidak berarti apa-apa baginya. Salah satu hal yang mengganggunya adalah menyembunyikan bagian dari dirinya yang merupakan kebanggaannya selama ini.

***

Hari kedua di sekolah baruku, Bloom High School, Chicago, Illinois, Amerika! Akhirnya aku terbebas dari boarding school di Fulham!  Sepertinya aku harus mengadakan pesta besar-besaran nanti! Tidak ada seragam, tidak ada jam malam, dan adios Lady Midwest! Semuanya terasa sangat longgar disini!

“Bridgett!” sapa gadis berambut cokelat gelap, Blake. Dan tahukah kau, namanya mirip dengan kucingku. Hanya saja Blake yang ini punya nama belakang Hammersmith. “Bagaimana keadaanmu?”

“Bagus! Tahukah kau, aku baru tahu kalau aku bertetangga dengan Bieber!” candaku.

Blake tertawa “Jangan banyak berkhayal! Ok, kau mau aku melanjutkan turnya?”

“Hmm… Maaf Blake, setelah aku pikir-pikir aku tidak mau jadi anak yang berasal dari pedalaman yang bersemangat mengikuti serangkaian tur di sekolah barunya,”

“Baguslah kalau begitu!” kami berdua berjalan menuju ke kelas Biologi, melewati lorong-lorong yang dipenuhi remaja-remaja seumuran dengan berbagai macam rupa. Mereka benar-benar ekspresif dan stylish! Baju-baju yang mereka kenakan menunjukkan kepribadian mereka. Ada yang mengenakan rok mini, ada yang mengenakan jeans beserta kaos oblongnya, ada juga yang masih terlihat old fashioned. Kaos kaki tinggi, rok selutut, dan baju hangat.

“Hei, kau anak baru di kelas matematika kemarin ya?” tanya seorang gadis berambut panjang kemerahan yang tiba-tiba saja menghadangku. Jujur, aku tidak tahu siapa dia. Dan aku juga tidak begitu ingat anak-anak yang ada di kelas matematika.

“A…ku rasa begitu,” jawabku sekenanya.

Dia memperhatikan tubuhku. Mengamati setiap senti tubuhku dan itu sangat mengganggu!

“Mmm… Baiklah, kau punya tubuh yang bagus,” pujinya sambil menyodorkan selembar pamphlet. Entah pamphlet apa itu, aku tidak sempat membacanya. “Bergabunglah dengan kami! Oh ya, namaku Rebecca. Panggil saja Becky,” lanjutnya lalu pergi meninggalkan kami begitu saja.

Aku dan Blake berpandangan. “Ok. Yang tadi itu cukup mengerikan,” kataku sambil melanjutkan perjalanan. Blake tertawa.

“Kau tahu siapa dia?” tanya Blake.

“Tidak, siapa dia?”

“Dia ketua cheers sekolah kita,”

“Nampaknya dia gadis yang baik,”

“Ya, kau belum melihatnya ketika sedang latihan,” kata Blake sambil memasang tampang horror. Aku suka wajah bulat Blake. Dia terlihat sangat imut, juga karena badannya yang memang sedikit gemuk. Ditambah mata hijau gelapnya yang bulat sempurna dan rambut cokelat yang mengingatkanku pada cokelat batangan yang meleleh.

EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang