Satu

125 25 41
                                    

Hari pertama memasuki sekolah setelah sekian lama belajar di rumah sangatlah berbeda. Iya, aku adalah siswi kelas XI IPA di SMA Tri Sakti. Berbeda dengan tahun lalu, aku yang dulu menyandang predikat 'siswa baru' sekarang menjadi kakak kelas.

Sekolah tempatku menuntut ilmu terbilang cukup terkenal. Siswa-siswa yang bersekolah di sini adalah anak 'famous' dengan harta yang serba berkecukupan. Namun aku bukanlah salah satu dari mereka. Aku lebih senang bergaul dengan satu atau dua teman saja.

Halaman sekolah yang tidaklah luas penuh dengan mobil mewah siswa-siswa yang terparkir rapi di halaman depan seolah enggan bersentuhan dengan kendaraan bermotor milik siswa lainnya.

Terlihat dari kejauhan mobil pajero sport yang mengkilat memasuki halaman. Pengendara mobil tersebut menempatkan mobilnya di antara mobil-mobil mewah lainnya.

Nampak seorang lelaki tampan keluar dari mobil dan diikuti gadis cantik di kursi sebelah kemudi. Aku mengamati obrolan mereka dari kejauhan. Meskipun aku sangat jauh tetapi terdengar jelas suara perempuan itu dengat logat manja-nya.

"Georgio Arkananta dan Abigail Larasati." Di hadapan mereka berdiri Pak Herman, guru kesiswaan yang terkenal killer di kalangan siswa. Pak Herman manggut-manggut dan menatap tajam sepasang remaja di depannya.

"Mampus gue," ucap Laras dengan nada lirih.

"Apa yang barusan kamu ucapkan?" Pak Herman mulai menaikkan nada bicaranya.

"Ti.. tidak, pak, bukan apa-apa," jawab Laras setengah gagap.

"Kalian sudah terlambat berapa kali? Jawab!"

"Tiga kali, Pak." Laras menjawab dengan menundukkan kepala.

"Dan itu artinya kalian berdua harus mengepel lantai koridor," ucap Pak Herman dengan tatapan tajam, "ta... tapi, pak.." Laras mencoba membela dirinya sendiri.

"Baiklah, Pak akan saya lakukan." Laki-laki di sebelah Laras akhirnya berbicara.

Georgio Arkananta, ia biasa dipanggil Arka. Arka dan Laras adalah sepasang kekasih yang terkenal di SMA Tri Sakti. Bahkan, banyak siswa merasa iri dengan mereka berdua karena menganggap mereka adalah 'relationship goals'. Sayangnya Laras memanfaatkan momen tersebut untuk berbuat semena-mena. Ia dan gengnya terkenal sombong dan angkuh. Tak jarang ia suka mem-bully atau memusuhi siswa yang berani mendekati kekasihnya.

Berbeda dengan Laras, Arka adalah cowok yang tak banyak bicara. Yang membuatnya banyak dikagumi cewek-cewek di sekolah selain tampan, ia juga ketua ekskul basket yang terbilang ekskul paling keren.

Masih dari jarak sekitar satu meter aku mengamati mereka. Bukannya aku ingin ikut campur, tetapi aku sangat penasaran dengan pasangan yang menyandang 'relationship goals' di sekolah itu. Mata-mataku terhenti ketika kulihat guru Kimia berjalan kearah kelasku. Aku langsung saja berlari mendahului guru tersebut dan melesat masuk ke dalam kelas.

===== Di lain waktu =====

"Ih apaan sih kamu tadi nerima gitu aja hukuman Pak Herman? Kan jadi kotor semua bajuku." Laras terus saja ngomel tidak jelas dengan logat manja yang dibuat-buat.

"Kalo nggak mau ngepel, taruh aja pel nya," sahut Arka singkat, "Lah, nanti kamu siapa yang bantuin? Mmm tapi... nanti badan aku bau keringat."

"Aku bilang taruh aja kalo nggak mau kotor," ucap Arka sekali lagi dengan nada menegaskan.

"Ihh, bukannya perhatian malah jutek. Gak seru ah kamu." Omel Laras untuk kesekian kalinya.

"Bodo." Jawab Arka dingin, sedingin es batu yang ditaruh di freezer berhari-hari.

Akhirnya Laras dengan terpaksa mengepel koridor dengan terus mengomel tiada henti. Arka yang sama sekali tak menggubris Laras membuat wajah Laras semakin menekuk berlapis-lapis.

Rupanya hukuman mengepel yang mereka lakukan memakan waktu berjam-jam hingga bel istirahat berbunyi. Itu dikarenakan Laras yang beberapa menit sekali istirahat.


















.

thank's for reading. don't forget to vote and comment.

terima kasih karena vomments kalian memberiku semangat.

^abekaze.

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang