Karena mulut akan selalu mengikuti kata hatinya
~
Rapat OSIS telah selesai menyita 2 jam pelajaran kimia. Saat aku keluar ruangan, bel tanda istirahat berbunyi. Aku melangkahkan kaki terburu-buru supaya tidak berdesakan dengan siswa lain.
"Renata!!"
Aku menoleh. Ternyata Ian yang memanggilku.
"Ada apa, Ian?" tanyaku.
"Jadi kapan kita mengadakan pertemuan?" aku dan Ian berjalan sambil berbicara. Kebetulan arah kelas Ian sama denganku, kelasnya berada di ujung lorong dekat perpustakaan.
"Terserah lo aja. Lo yang atur jadwal, biar gua yang ngehubungi perwakilan ekskul," jawabku.
"Okedeh. Gua minta nomer HP lo tar gua kabarin secepatnya." Aku lalu memberikan nomor HP ku kepada Ian.
"Gua duluan, ya," sapaku ketika kelasku sudah dekat.
"Sip," jawab Ian singkat.
Sepi. Saat aku memasuki kelas keadaan sangat sepi. Aku duduk di luar kelas menyaksikan aktivitas para siswa. Dari jauh ku lihat Arka berjalan menuju kelas dengan teman-temannya. Di sana pula ku lihat Laras menyambut kedatangan Arka di depan kelasnya.
Tiba-tiba aku terbayang akan kegiatan olahraga tengah semester mendatang. Arka pasti akan lewat depan kelasku untuk menuju ke kelasnya, dan aku harus memberitahu dia bahwa akan ada rapat. Tetapi di sana ada Laras. Aku tak mungkin mendekati Arka ketika ada Laras bisa-bisa aku kena bully.
Aku melihat Arka berjalan semakin mendekat. Badanku gemetar hebat.
'Masa bodoh. Ini tugas sekolah dan aku harus menyelesaikannya segera,' batinku.
Ku lihat Arka sudah di sebelah kelasku bersama Laras dan teman-temannya. Aku berdiri dengan lututku yang lemas. Entah apa yang akan terjadi setelah aku mendekati Arka di depan mata Laras. Aku hanya pasrah.
"Ehm... Arka," ucapku dengan nada yang nyaris tak terdengar.
Arka menoleh sedangkan Laras spontan melotot ke arahku.
"Iya?" jawabnya ramah.
"Ah maaf gua ganggu. Sebenernya sekolah mau ngadain kegiatan olahraga, dan gua-"
"Udah ayo, bae, keburu masuk nih." Tiba-tiba saja Laras memotong pembicaraanku dengan Arka. Wajah Arka terlihat tidak nyaman, tetapi yang di katakan Laras ada benarnya juga.
"Mm.. yaudah gua kasih nomor gua aja ya."
Deggg
'What? Arka kasih gua nomor HP-nya?'
Dengan tangan gemetar aku menekan tombol angka di handphone-ku. Arka terlihat sangat terburu-buru dengan tangan Laras yang masih memegang lengannya.
"Thank's, Arka," ucapku yang sepertinya tak di dengar oleh Arka.
"Ntar lo hubungi gua ke nomor itu, ya," ucapnya singkat sambil berlalu dengan tangan Laras mencengkeram erat lengannya. Aku melihat kepergian Arka sambil tertawa kecil. Aku masih tak percaya dia memberi nomor handphone-nya ke padaku di depan Laras.
"Woy! Ngapain lu senyum-senyum sendiri?" lima orang anak melihatku dengan tatapan aneh. Ya, mereka adalah Agni and the gengs.
"Ah.. ee.. engga kok." Nampaknya wajahku mulai memerah karena malu tertangkap basah sedang tertawa sendiri di depan kelas. Mereka berlima masih menatapku aneh, sedangkan aku langsung berlari ke kelas.
"Gita! Ih gua seneng banget hari ini," ucapku kepada teman sebangku ku, Gita.
"Ada apa, Ren, tumben banget sih? Eh btw jangan bicara keras-keras juga kali," ucap Gita.
"Tadi kan Arka lewat, kebetulan gua ada perlu sama dia. Nah waktu gua lagi ngomong, tiba-tiba si Laras maen potong-potong gitu terus Arka ngasih nomor HP-nya ke gua. Sumpah gua speechless." Aku berbicara dengan nada yang meledak-ledak karena sangat senang.
"Wah enak banget sih lu, gua juga mau kali." Gita berbicara dengan nada memelas.
"Ehem.. Uhuk-Uhuk, duh tenggoran sakit banget sih. Eh, Ren, gua minta air dong." Tiba-tiba saja Lusi memotong pembicaraanku dengan Gita. Tanpa basa-basi aku memberikan minumku kepada Lusi agar dapat melanjutkan ceritaku. Setelah meneguk beberapa kali, Lusi menyodorkan begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih. Aku paham betul sifat Lusi yang seperti ini.
"Eh, Ren, lu gak takut gitu?" tiba-tiba saja Gita bertanya kepadaku dengan suara yang hampir tidak ku dengar.
"Takut apa sih, Git?" tanyaku dengan nada kesal.
"Ah engga dah, ga ada apa-apa." Gita bersikap aneh. Tetapi raut wajah Gita seakan dapat mengatakan semuanya.
'aku harus berhati-hati,' batinku.
Welcome August!!
Yeayy setelah kalian lama menunggu akhirnya saya update juga kan ehe
Hope u like it. Sampaikan keluh kesah kalian di comment yay.
^abekz.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
Teen FictionAku bertindak seakan aku tidak peduli. Namun sejujurnya, ini sangat menyakitkan