Saat aku hendak mengambil buku yang terjatuh....
"Eh ini, tadi bukunya jatuh."
"Oh iya, terima kasih." Aku mengucapkan terima kasih tanpa memerhatikan siapa yang mengambilkan buku itu.
Aku melanjutkan berjalan dengan membawa tumpukan buku yang tinggi. Aku melewati siswa-yang baru ku ketahui namanya Mita- dan hendak menyapanya. Saat mata kami bertemu, aku mengurungkan niat untuk menyapanya karena sepasang mata miliknya kini menatap tajam ke arahku. Aku menundukkan pandangan dan berjalan menuju meja penjaga perpustakaan.
"Baik, Pak, terima kasih." Aku dan Gita membagi rata tumpukan buku Ekonomi dan kembali menuju kelas.
Pelajaran ekonomi telah usai dibarengi dengan bel panjang tanda jam pelajaran berakhir. Aku dan Gita dengan susah payah membawa buku ekonomi kembali ke perpustakaan. Tak jarang aku bertabrakan dengan siswa siswa yang berlari berhamburan keluar kelas.
Setelah selesai mengembalikan buku, aku bergegas pulang ke rumah.
= = = = = = = =
Malam ini sangat sunyi. Angin berhembus kencang masuk ke dalam kamarku. Aku meletakkan pensil dan menutup buku sejenak karena lelah sedari tadi belajar. Tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi dan aku melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor tak di ketahui.
'Jangan coba-coba dekati Arka, atau lo akan bernasib sama dengan temen-temen lo!!'
Aku mengernyitkan dahi heran. Ada nada mengancam di dalam pesan tersebut. Aku tak membalas pesan tersebut dan langsung mematikan ponselku untuk melanjutkan belajar.
Jam dinding menunjukkan angka 11.30 tetapi aku masih bergelut dengan rumus-rumus kimia yang tak kumengerti. Aku berusaha agar dapat menyelesaikan PR ini dengan segera.
Dua minggu lagi akan ada ujian yang di adakan tiap tengah semester. Aku mempersiapkan diri sebaik mungkin agar nilaiku tetap naik. Sedikit informasi bahwa setiap siswa yang mendapat peringkat tertinggi saat ujian di kelas akan di umumkan di mading. Dan itu berarti seisi sekolah akan melihatnya. Dua tahun ini aku bersyukur karena namaku selalu ada di sana bersanding dengan nama Arka di kelas IPA 4.
= = = = = = = = = = =
"Eh Ren, Ren!! Renataa!!" ucap Lusi dengan menggoyang-goyangkan pundakku. Aku yang sedang mendengarkan lagu-pun terpaksa melepas earphone.
"Apa?" tanyaku singkat.
"Pinjem PR kimia lo dong, hehe," ucap Lusi sambil cengar-cengir.
"Hmm," jawabku sambil menyodorkan buku Pr kimia yang kukerjakan tadi malam.
"Dasar anak ayam tuh si Lusi. PR kimia udah seminggu yang lalu kok ga di kerjain." Gita menggerutu pelan kepadaku.
"Udah biarin aja,Git, itung-itung pahala." Jawabku singkat.
Cukup lama Lusi meminjam buku kimia milikku hingga tepat saat ia menyodorkan kembali bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi.
"Thank's, Ren," ucap Lusi dengan ekspresi datar.
Tak sampai 5 menit guru kimia yang dikenal killer akhirnya datang. Guru berbadan gempal itu selalu membawa satu buku tebal untuk di gunakan sebagai bahan ajar.
Baru saja guru itu akan berbicara....
Tok... Tok.. Tok..
"Assalamualaikum."
"Masuk," ucap guru itu. Ternyata siswa yang berdiri di depan pintu itu adalah ketua OSIS di dampingi dengan sekretaris-nya.
Ian, nama ketua OSIS itu. Ia mengutarakan niatnya kepada guru kimia di depan kelas. Hingga akhirnya...
"Renata." Ia mengucap namaku.
"Ada rapat OSIS mendadak," ucapnya tegas. Langsung saja aku menyerahkan buku PR ku dan berpamitan kepada guru kimia itu. Untunglah, tanpa menanyakan sesuatu lagi ia mengizinkan.
Aku sudah mengikuti organisasi yang paling populer di sekolah ini sudah 2 tahun dan mungkin tahun ini masa jabatanku sebagai ketua seksi olahraga akan berakhir.
Aku berjalan mengekor di belakang Ian.
'Rapat mendadak? Untuk acara apa?' batinku.
Saat sudah sampai di ruang OSIS kulihat banyak anggota OSIS lainnya sudah berkumpul di sana. Aku langsung saja memasuki ruangan karena di dalamnya sudah ada Pembina OSIS yang duduk manis.
"Kalian semua saya kumpulkan karena ada pengumuman penting," ucap pembina OSIS.
"Akan ada Kegiatan Tengah Semester dan Pekan Olahraga Sekolah 2 minggu lagi, jadi saya minta kepada Renata, selaku ketua seksi olahraga untuk berunding dengan Ketua OSIS." Aku tercengang mendengar kata-kata barusan. Dua minggu kurang akan ada ujian tengah semester dan tugas sekolah ini harus secepatnya ku selesaikan.
thank's for reading, vote, and comment. maafkan karena membuat kalian menunggu ;''
don't be silent reader ^^
-abekaze

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
Teen FictionAku bertindak seakan aku tidak peduli. Namun sejujurnya, ini sangat menyakitkan