Hal baru

30 8 1
                                    

Diva duduk di boncengan sepeda Rifath yang mulai mengayuhnya. Udara cukup panas hari ini. Tidak seperti di Bandung ,pikir Diva. Kota yang berudara masih cukup sejuk, masih banyak pepohonan yang tumbuh di sana sini, menambah keasrian kota kembang yang di cintai Diva.

"Fat! ayo dong lo cepat sedikit ngayuh sepeda nya. Panas nih." Ujar Diva dengan nada sedikit meninggi.

"Sabar dong, lo berat sih jadi gue lama ngayuh nya." Sahut Rifath sambil terkekeh.

"Nyebelin banget sih lo!"

Enam bulan yang lalu Diva sekeluarga pindah ke Jakarta ketika bapaknya di pindah tugaskan dari kantor cabang sebuah perusahaan ke kantor pusat.

Kehadiran Diva di SMP Bunga Bangsa khususnya di kelas 8B cukup mengejutkan siswa-siswa yang berada di sana. Terutama para cowok yang kelihatan tidak sabar berkenalan dengannya.

Sebulan kemudian ,Diva sudah menjadi idola para cowok. Bahkan cowok dari kelas lain pun mulai berdatangan ke kelas nya. Ada yang berkenalan, ada yang ingin berdekatan bahasa gaul nya sih "PDKT" ,pokoknya macem macem deh.

Terutama Ghivar yang selalu berusaha mencari perhatiannya.

"Hai Diva ku. Bidadari ku yang jatuh dari surga." Goda Ghivar ke Diva.

"Idihhhh!!! Najis banget lo ngomong kayak gitu ke gue." Dengan nada ketus. Diva meninggalkan Ghivar.

"Heii mau pergi kemana kamu Diva ku!" Teriak Ghivar memanggil Diva.

"Pergi jauhhh dari lo!" Teriak Diva sebal.

Bukan hanya itu saja ,Ghivar juga sering menggangu siapa saja.Dia juga tidak segan-segan berbuat onar.Malah dia hampir di DO dari sekolah.

Bel masuk pun berbunyi.Para siswa segera masuk ke ruang kelasnya masing-masing.

"Eh Diva! Kita ketemu lagi. Kan aku bilang mau kamu pergi jauh sampai ke Eropa pun, kamu gak bakal jauh dari aku! Karena hati kita di takdirkan untuk bersatu." Sambil memegang dagu Diva.

"Butuh banyak istigfar gue ngadepin lo!" Dengan tatapan jijik menepis tangan Ghivar.

Ghivar juga sering berbuat onar di kelas, bahkan dia sering masuk BK. Karena sering berkelahi dengan Hendri. Yang lebih menjengkelkan nya lagi, dia tidak segan segan menarik rambut kepang Vani, mendorong Elsa, atau sengaja memukul Abduh. Bocah culun yang sering di bully.

Rasanya memang hanya Rifath yang tidak diganggunya secara berlebihan. Atau belum?

Bel pulang telah berbunyi. Diva pulang tidak bersama Rifath lagi dia di jemput ayahnya.

Diva menunggu di pintu gerbang sekolah cukup lama. Dan akhirnya dia juga harus berhadapan lagi dengan Ghivar.

"Hai Diva ku, mau gak pulang sama aku aja?" Ajak Ghivar.

"Gausah!makasih." Sahut Diva judes.

Tiba-tiba mobil ayahnya Diva muncul.

Dengan mengklakson mobil. "Divaaaa ,ayo cepat naik." Teriak ayahnya sambil menatap Diva.

"Bye!" Dengan wajah yang menjengkelkan menegok ke arah Ghivar.

Akhirnya mobil itu pun melaju dan perlahan meninggalkan sekolah.

"Huftt, susah juga dapetin tuh cewek, gak kayak cewe lain ,sekali gue gombalin langsung nempel." Batin Ghivar.

Tidak sengaja Ghivar bertemu dengan Rifath di depan gerbang sekolah.

"Ehhh! Lo Rifath!" Dengan tatapan sinis.

Rifath berhenti mengayuh sepedanya." Ada apa?" Sahut Rifath.

"Lo kenapa bisa sih sampe sedeket itu sama Diva! Punya modal apa lo?sekolah naek sepeda. Tampang biasa aja ,terus kenapa lo bisa sedekat itu sama Diva?" Tanya Ghivar keheranan.

"Mungkin hanya kebetulan saja." Jawab Rifath santai. Dan segera mengayuh lagi sepeda nya meninggalkan Ghivar.

"Dari semua cowok di sekolah hanya seorang yang kelihatan bersikap acuh tak acuh. Dialah Rifath. Entah kenapa gue jadi seneng di bonceng Rifath setiap berangkat sekolah. Di banding diantarkan ayah." Batin Diva.

Awalnya pun tidak sengaja ,saat itu Diva baru keluar dari rumahnya untuk berangkat sekolah , tiba-tiba melihat Rifath sedang melintas dengan sepedanya. Dipanggilnyalah Rifath yang lalu menghentikan sepeda nya dan sesaat kaget melihat Diva.
Flasback on.

"Kursi belakang kosong , Fat?"
"Sebentar lagi terisi."
"Oh!"
"Kenapa kaget?"
"Nggak kok..."
"Maksudku..kalau kamu mau menumpang kan jadi terisi."

Diva tertawa. Tanpa permisi lagi dia langsung duduk di boncengan sepeda Rifath.

"Kamu  kok lewat di depan rumahku, Fat? Rumahmu dekat-dekat sini ya?"

Rifat hanya tertawa.
"Kalau tidak bisa bayar tumpangan nggak usah basa-basi, deh."
Ganti Diva yang tertawa.

Sejak saat itulah Rifath selalu menjemput untuk berangkat sekolah. Dan entah kenapa gue selalu senang pada Rifath yang periang dan suka bergurau itu.

Okee!!! gengs next part yaa🤗👌
Jangan lupa vote comment😘✌







heartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang