pernyataan cinta Ghivar

24 4 1
                                    

"Div..ada dua siswa di kelasmu yang sudah sebulan belum mengembalikan buku." Kata bu Yuni sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Siapa, bu?" Diva menoleh ,menutup buku yang ia baca.

"Hmmmm.. Putri dan Ghivar." Jawab bu Yuni.

"Ghivar? Duhh,kenapa nama itu jadi begitu menggangu ya?" Keluh batin Diva.

"Baik Bu ,nanti saya akan bicarakan sama mereka."

"Tolong ya Diva, sekolah memang tidak menerapkan sistem denda. Bila buku itu terlambat dikembalikan. Tapi banyak siswa lainnya sulit mendapatkan buku-buku itu." Bu Yuni mendesah pelan.

"Ghivar! Uh! Benar-benar bikin jengkel. Tadi pagi pun dia sudah bikin gue jengkel. Lagi-lagi datang jemput gue. Untungnya Rifath lebih dulu tiba. Tapi payahnya ,Rifath malah nyuruh gue naik ke motor Ghivar." Batin Diva. Diva mengerti maksud Rifath. Pasti dia tidak mau membuat Ghivar tersinggung bila gue bersamanya.

"Kenapa, Diva?" Tanya bu Yuni heran melihat wajah Diva cemberut.

"Oh ,eh..tidak, Bu tidak apa apa."

"Tolong ya. Kalau sampe besok mereka tidak mengembalikan, terpaksa Ibu akan memanggil mereka ke sini." Dengan nada memohon.

"I..iya ,bu Yuni. Saya akan berusaha agar mereka mengembalikan buku yang mereka pinjam besok." Dengan wajah cemas.

Urusan Putri bisa di selesaikan dengan mudah. Gadis yang rambutnya selalu di kuncir itu terkejut ketika Diva bilang kalau dia belum mengembalikan buku yang di pinjamnya dari perpustakaan.

"Ya Allah! Kok aku bisa lupa ,ya?" Putri mengeryitkan dahi.

"Makanya ,lain kali diingat-ingat, Put. Soalnya, apapun yang kita pinjam harus dikembalikan."

Putri tertawa. Rambut panjangnya berlompatan. "Iyaa...iya.. besok ya , Div!"

"Gue memang mengharapkan besok lo ngembaliinnya. Jangan lupa ya!"

"Sekarang tinggal Ghivar. Huh! Bila tidak ingat amanat bu Yuni ,mana sudi gue ngomong sama Ghivar. Jangan-jangan Ghivar menganggapnya sebagai sebuah kesempatan. Tapi mau tak mau memang harus di lakukan." Batin Diva.

Ketika bel usai sekola terdengar. Diva langsung membereskan buku-bukunya dan Rifath sudah berdiri di sisinya. Diva buru-buru mengangkat wajahnya.

"Lo shalat duluan deh ,Fat." Ujar Diva.

"Oke!" Jawab Rifath singkat.

"Ah Rifath! Dia bahkan tidak menanyakan kenapa?meskipun ia seorang sahabat , Rifath tidak banyak berusaha mencampuri urusan pribadi!" Batin Diva.

Rifath pun melangkah keluar dan sudah tertawa-tawa dengan murid-murid lainnya. Seperti biasa, kelas ramai. Teriakan ,canda, jeritan terdengar sebelum semuanya berbondong-bondong keluar.

Diva melihat Ghivar sedang menunggunya di depan pintu. Bagus tidak perlu repot-repot mengejarnya.

"O.. buku yang ku pinjam ya." Ghivar tertawa ketika Diva meyampaikan pesan Bu Yuni.

"Sorry, aku gak bawa."

"Harusnya lo inget dong! Batas waktu pengembaliannya." Tegas Diva.

"Sebenernya aku ingat." Kata Ghivar santai.

"Nah kenapa belum lo kembaliin ke perpus?" Tanya Diva.

"Bukan belum dikembalikan ,tapi aku menunggu."

"Menunggu?nunggu apaan.?" Diva keheranan.

"Menunggu agar kamu yang mengambilnya di rumahku." Jelas Ghivar.

heartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang