Diva menepuk tasnya. Lalu berteriak keluar karena terdengar bel rumah berbunyi lagi.
"Iya,iyaa! Sebentar, Fat! Diva jalan ya yah! Bu! Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam."
Diva bergegas keluar. Mulutnya langsung berbunyi seraya membuka pintu. "Tumben pakai...oh!"
Orang yang berdiri dihadapannya tersenyum.
"Kenapa kaget?"
Sesaat Diva menjadi kagok. Tadi disangkanya Rifath ternyata Ghivar. Tanpa sadar Diva melongokan kepala keluar. "Tak ada Rifath disana ,tapi hanya motor yang berdiri dekat pintu pagar." Kata Diva pelan, namun terdengar oleh Ghivar.
"Nungguin si cupu itu?" Tanya Ghivar menatap Diva.
"Ngapain lo kesini?" Diva mengernyitkan dahi dan menatap keheranan.
"Aku datang ke sini khusus untuk menjemputmu."
"Gak! Gue gamau!" Tolak Diva.
"Sekali-sekali kan tidak apa-apa. Lagipula ,apa sih enaknya duduk di boncengan sepeda?bikin pegal. Pantat juga sakit. Lebih baik naik motorku. Lebih cepat dan jok nya pun empuk." Ujar Ghivar dengan senyum sinis.
"Lo emang udah punya SIM?"
"SIM gampang. Kalau di tilang ,kasih aja dua puluh ribu. Beres ,kan?"
"Astagfirr.. Ghivar! Kok menggampangkan segala sesuatu sih? Batin Diva.
"Ayo Div ,kita berangkat sekarang. Atau mau ngobrol dulu?" Tawar Ghivar.
Kepala Diva mendadak saja jadi terasa sakit. Duh, kemana sih si Rifath?kenapa belum muncul?biasanya jam segini sudah datang. Batin Diva.
Ghivar masih membujuknya. "Ayolah..kamu tidak ingin kita terlambat, kan?"
"Oh! Maaf var gue sebenarnya akan diantar ayah."
Wajah Ghivar berubah. Sorot matanya sesaat menyala. Tapi detik lain dia tersenyum. "Oke kalau begitu aku ,duluan ya?"
"Yaya." Sahut Diva terburu-buru, cukup lega.
Akhirnya Diva memutuskan diantar ayahnya saja. Karena kemungkinan kalau menunggu Rifath akan terlambat.
Sesampainya di sekolah Diva melihat Rifath di parkiran sepeda sekolah.
"Kenapa tadi tidak jemput gue,hah?!" Bentak Diva pada Rifath di pelantaran parkir sepeda.
"Lo tau gak, tadi gue harus ngadepin Ghivar dulu yang tiba-tiba mau jemput gue. Dan dengan susah payah gue berhasil ngindar." Timpal Diva lagi.
"Maaf Div! Tadi sebenarnya gue ngeliat Ghivar di depan rumah lo, gue pikir lo udah janjian kemarin, makanya gue duluan." Sahut Rifath.
Diva hanya mendengus pelan. "Oke gpp."
Saat jam istirahat tiba, Diva memutuskan untuk membaca buku saja di kelas di temani Rifath.
Sesaat kelas kosong. Dan hanya ada abduh si bocah culun itu memakan bekalnya. Tiba-tiba Ghivar datang dengan membawa cemilan ,ke meja Diva.
"Oh ya Div ,gue mau keluar dulu ya?" Rifath menyengir.
"Mau kemana lo? Tanya Diva.
"Kepo." Rifath tertawa kecil sambil berjalan ke luar kelas.
"Cieee...ketakutan banget kalo di tinggalin pacar!" Celetuk Ghivar.
"Rifath sama gue cumaa temen! Jangan so tau lo!" Sahut Diva dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
heartbreak
Teen FictionRifath Fauz Alwan dia pemuda tanggung yang periang.Namun sebenarnya tak ada sesuatu yang istimewa pada rifath.Dia termasuk pemuda yang biasa-biasa saja,tetapi mengapa dia begitu dipercayai oleh Divania Alya Rahma?cewek cantik yang jadi idola cowok d...