Aku, mama, papa, dan Kak Alan lengkap berkumpul di rumah kakek malam ini. Semua pria disini berkemeja rapi lengkap dengan jas. Aku curiga, jangan-jangan ini dinner resmi.
Mama juga tampak anggun dengan balutan dress putih dan make up. Kurasa, sebelum kesini mama mampir ke salon. Aku semakin yakin, malam ini bukan dinner biasa.
"Kak, katanya ada keluarga koleganya kakek. Emang ada apaan sih?"
Kak Alan, lelaki yang lahir 5 menit lebih dulu dariku itu mengernyit, "Aku gatau apa-apa, Clar. Mama dan papa hanya menelpon dan memberitahu ada makan malam. Padahal sebenarnya, aku ada operasi malam ini."
Ternyata kak Alan sama tidak tahunya denganku. Kembaranku itu seorang dokter ortopedi. Cita-citanya sangat kuat mengejar profesi dokter, didukung otak encernya yang sama sepertiku. Hanya saja, aku lebih memilih bekerja kantoran dan memulai dari bawah.
Aku tidak mau yang serba instan, walaupun aku bisa mendapatkan jabatan Direktur dengan mudah.
Hingga setelah 4 tahun aku berhasil menduduki jabatan manager keuangan, dan jatuh hati pada atasanku, general manager tempatku bekerja. Menjalin hubungan dengan Dirga 2 tahun ini.
Aku belajar banyak hal selama 4 tahun. Bila saatnya kakek sudah lelah memimpin perusahaannya, barulah aku mengundurkan diri dari kantorku dan mengambil alih perusahaan kakek. Papa sama seperti kak Alan, tidak tertarik dengan dunia bisnis dan menjadi seorang jaksa.
Ting tong...
"Sepertinya mereka sudah datang. Biar mama saja yang membukakan pintu."mama tampak sumringah, membuatku sangat-sangat curiga.
Mungkinkah ada perjodohan bisnis? Ini sering terjadi, dan aku dengan senang hati menolak siapa saja kolega bisnis kakek yang menawarkan putra atau cucu laki-lakinya untuk menikahiku. Akhirnya kak Alan lah, yang sering menjadi korban.
Tapi aku senang kakakku yang satu itu selalu memutuskan hubungannya di tengah jalan. Tidak sampai ke jenjang yang serius.
"Wah, ini toh cucu perempuan kamu, Pram."
Aku menoleh, tersenyum menatap seorang pria seumuran kakekku dan beranjak mencium tangannya. Kak Alan pun melakukan hal yang sama. Oh, jadi ternyata cuma satu orang.
Ekspetasiku terlalu berlebihan memang.
"Silakan masuk, Kek."aku menyambutnya ramah.
"Cucuku masih di mobil. Ah, itu dia."
Aku ikut menoleh ke belakang, saat tamu kakek ini berbalik. Mulutku menganga, begitupun lelaki yang dimaksud cucu dari kakek ini.
"Elo?"
"Kamu?"
Pantas saja dia menyetujui penawaranku mengundur dinner kami. Ternyata dia diundang kesini.
"Kalian sudah saling kenal?"mama menatap kami bergantian."Sudah Ma. Nggak sengaja ketemu di jalan waktu itu."jawabku enteng.
Revan menatapku tajam, wajahnya datar. Ia berlalu melewatiku begitu saja, dan malah berbincang dengan kakek urusan bisnis. Oke, lihat saja.
Es dibalas dengan es.
"Maaf, cucuku yang satunya tidak bisa hadir. Dia sedang sakit."
"Ah, adiknya Revan?"tanya papa. Oh, jadi orang ini punya adik. Semoga saja adiknya tidak semenyebalkan kakaknya.
"Iya, Om. Biasalah, patah hati."jawab Revan enteng.
Kasihan sekali adiknya. Nasibnya sama denganku. "Adik lo cewek?"aku mencoba berbasa-basi.
![](https://img.wattpad.com/cover/114947092-288-k177304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Fiance
Roman d'amour[18+] harap bijak memilih cerita. Cukup banyak adegan dewasa. Cerita klise. Tentang perjodohan dan pertunangan. Tentang kejadian satu malam yang mengawali segalanya. Bagaimana rasanya jika mantan dan tunanganmu menjadi satu kantor denganmu? Aku ma...