(3)

32.5K 547 16
                                    

"Kamu udah tahu akar masalahnya kan, Ga?"aku menunduk, tak berani menatap Dirga di hadapanku. Kakiku mengayun pelan, sama sepertinya. Kami sedang berada diatas ayunan taman kota, tepat sehari sebelum pertunanganku dengan kakaknya.

"Dirga...aku nggak bisa menghindar dari perjodohan ini. Aku nggak mau kakakmu berbuat yang aneh-aneh kalau aku menolaknya, terutama menyakitimu. Tolong Ga, kamu bisa kan bayangin posisiku sekarang?"lanjutku.

Sedari tadi ia tak banyak bicara, membuatku serba salah. Dirga bukan tipikal lelaki yang irit bicara jika dengan orang-orang terdekatnya. Justru jika ia diam begini, akulah yang merasa asing.

"Kenapa, Clar?"lirihnya.

Aku menengadah, menatapnya yang kini menatapku tajam. Aku mengernyit, tidak mengerti apa yang dipikirkannya.

"KENAPA SELALU REVAN YANG REBUT CEWEK GUE?!!"

Mataku melebar, mulutku terbuka sedikit, entah ingin berbicara apa. Dirga mengepalkan kedua tangan. Matanya berkilat emosi, bahkan dia memanggil Revan tanpa embel-embel 'kak'.

"Maksud kamu apa...Ga?"tanyaku takut-takut.

Dirga menarik napas panjang. "Dulu Raisa, dia mantanku sebelum Renata. Aku pacaran sama dia udah empat tahun, dan putus karena Revan berhasil pedekatein Raisa sampe mereka jadian."

Aku menutup mulutku, shock. Cewe seperti apa Raisa, sampai Revan bisa jatuh hati dan merebut gadis itu dari adik kandungnya sendiri? Pasti dia cantik banget.

"Terus...dimana Raisa sekarang?"

Dirga terdiam. Cukup lama sampai akhirnya ia mengatakan dua kata yang membuatku terkejut lagi-lagi.

"Raisa meninggal."

"Ma-maaf Ga..."

Lelaki itu tersenyum tipis, mengacak rambutku. "It's okay, aku sekarang cintanya kamu, bukan Raisa."

Wajahku memanas, "Apaan sih, gombal."aku menjulurkan lidah, senyumku pun terbit.

Dirga beralih duduk di sebelahku, menimbulkan decitan ayunan. Ia memelukku, menunduk lalu berbisik,

"Aku nggak akan ngelepasin kamu segampang itu, Clar. Tetep anggep aku rumah kamu, tempat kamu berlindung. Kalau ada masalah sama kak Revan, kamu bisa cari aku. Aku adiknya, aku yang paling tahu sifat buruk kak Revan."

Aku mengangguk cepat. Pasti, Ga! Sekuat-kuatnya aku tampak tegar di depan Revan, tetap saja akting ku ada batasnya.

"Aku masih nggak rela kamu tinggal sama Revan tau nggak!"Dirga mengacak rambutnya frustasi, membuatku terkekeh dan merapikan rambutnya.

"Yah, mau gimana lagi. Tapi masih ada satu cara Ga, agar pernikahanku dengan Revan tidak terjadi. Dia tidak akan tahan dengan kelemahanku. Dia selalu bersikap kasar."

Aku menatap Dirga penuh arti. Dalam hati aku membatin, akankah Dirga juga enggan menikahiku setelah tahu masa laluku? Kurasa tidak, karena dia mencintaiku.

Flashback on

"Clar, bawakan tehnya untuk ayah di teras depan ya."mama memberiku nampan berisikan secangkir teh. Aku yang masih memakai piyama bergambar hello kitty itu mengangguk.

Sesaat setelah melewati pintu utama, mataku terbelalak. Nampan di tanganku terjatuh, menyisakan teh panas yang sebagian tumpah mengenai punggung kakiku. Pemandangan yang tidak seharusnya disaksikan gadis kecil berusia 10 tahun.

Ayah memagut bibir wanita lain, di depan rumah kami.

"Ayah!"panggilku lirih. Keduanya menoleh karena suara nampanku yang terjatuh. Terutama ayah, matanya menatapku tajam seolah kehadiranku sangat menganggunya.

My Possessive FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang