Hi all, bagian ini mulai diikutkan dalam 30 DWC (30 Days Writing Challenge: tantangan menulis selama 30 hari nonstop) doain lancar ya... Happy reading..
Mendung menyelimuti sore yang dingin itu.
"Nenek..., nenek dimana?" suara Nadya yang ceria menyeruak masuk dalam kesunyian kamarku.
Bukannya aku tidak mendengar suaranya. Tapi aku masih enggan. Aku termangu di tempat tidur dan masih tidah menyahut panggilan Nadya.
'Nenek..., Nadya sudah pulang nih." Kembali Nadya berteiak riang.
Gadis kecil yang cantik itu sudah ada di ambang pintu kamarku. Aku menoleh kepadanya dan melihat senyumnya yang selalu merekah. Ahh, Nadya. Kenapa kamu seolah-olah berusaha keras untuk menyembuhkan luka hati nenekmu ini. Bahkan aku sebenarnya bukan nenekmu, hanya istri kakekmu yang selalu dirundung sesal. Kenapa kamu hadir dan berusaha menghangatkan hatiku bagai mentari yang menghapus dinginnya hujan.
Dan demi nenek, kamu tidak ingin tinggal dengan ibumu, yang tidak pernah aku inginkan kehadirannya. Kamu lebih memilih disini, menemaniku yang sendirian dan kesepian.
Bukan salah kamu jika aku masih enggan. Dan bukan salah ibumu juga. Kalian hanya pelampiasan dari rasa marahku kepada kakekmu. Kamu seolah-olah mengerti ibumu dan kakekmu adalah penyebab luka hatiku. Dan kamu sangat pintar untuk mencari berbagai cara, agar aku tak lagi terluka.
"Nenek, apakah nenek sakit?" Nadya mendekat dan meraba keningku.
"Tidak Nadya, hanya saja Nenek ingin ke makam putri nenek." Aku segera menemukan alasan yang kurasa cukup masuk akal.
"O, baiklah mari saya antar, Nek. Ini kan musim hujan. Nanti nenek malah kehujanan sendirian." Nadya berkata lembut bagaikan seorang gadis dewasa.
Akupun bangkit menyingkirkan rasa enggan yang menyelimutiku. Kulilitkan syal di sekeliling leherku dan kusambut uluran tangan kecil Nadya yang segera menuntunku. Kami berjalan perlahan dalam diam di bawah mendung yang menggelayut di angkasa.
Tangan kecil itu terus membimbingku seolah-olah tidak ingin aku berjalan sendirian. Terima kasih Nadya, kamu mulai menawarkan kesejukan di hati Nenek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sejumput Rindu Buat Putriku
RandomSemua terjadi saat hujan. Aku kehilangan putriku ditengah derasnya guyuran hujan. Aku harus menerima putrimu di tengah guyuran hujan dan airmata. Aku menemukan kembali hidupku saat hujan membasuh semua luka hatiku. Ini bukan putriku tapi aku telah m...