~Chapter 2~

41 5 1
                                    

Nb:Gambar disini bukan milik author, credit sepenuhnya saya berikan terhadap artist

*Ting Tong*

Bel sekolah berbunyi, memandakan waktu bersekolah telah usai. Gadis bersurai hitam itu mengemasi barang-barang miliknya sambil menahan tawa. Namun, usahanya sia-sia ketika melihat Tea yang dihukum membersihkan kaca jendela.

"Gitu kamu ya, orang susah diketawain."
"Hahaha, maaf-maaf. Semangat ya!"
"Hei!!"
Gadis bernama Neo itu pergi meninggalkan temannya yang sedang menderita sendirian dalam diam. Ia berencana pulang bersama Mira. Namun apalah daya, Ia lupa bahwa Mira adalah salah satu keluarga "Tajir" di kota yang bernama Aurum. Sepeeti namanya, Aurum, yang berarti emas. Kota ini begitu berkilauan! Ya bagi Neo.

Sepanjang perjalanan ke rumah terasa sepi tanpa gurauan dari Tea. Neo tertawa kecil ketika mengingat lelucon yang pernah disampaikan oleh Tea. Neo berusaha menghibur dirinya yang kesepian dengan semangat meluap-luap untuk menjadi Magical Girl.

Ketika telah seperempat perjalanan, Neo melihat anak kecil yang terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Ia berjalan kesana kemari tanpa arah.
"Ha! Target untuk dibantu!"

Neo berlari cepat mengejar anak kecil itu. Anak kecil yang sepertinya menyadari keadaan Neo lantas berlari terbirit-birit menuju arah gang sempit. Anak kecil mana coba yang ga takut kalo dikejar oleh orang yang ga dikenal? -_- Menyerah menghadapi kenyataan bahwa Neo telah kehilangan jejak anak itu, Neo memasang ekspresi cemberut lalu kembali pulang.

"Hahahaha, Neo Neo.. Ingin sekali membantu orang ya?"
Suara yang tidak asing lagi terdengar ditelinga Neo.
"Ha! Ne-Nenek lihat?!"
Neo gelagapan, mukanya merah karena tak kuasa menahan malu.
"Hahahaha, dasar anak muda ya~"
"Nenek, ada yang mau dibantu?"
Neo yang tidak ingin membuang kesempatan emas pun dengan cekatan menanyakan hal yang sangat ingin Ia lakukan.

Wanita yang berambut putih keemasan dengan mukanya yang sudah keriput termakan usia itu tersenyum kecil, senyumannya membuat keriputnya makin terlihat.
"Tidak ada. Neo sebaiknya pulang sekarang. Hari sudah semakin malam lo."
"A! B-baik Nek! Terimakasih waktunya! Dada Nenek!"
Neo berlari dengan amat cepatke rumahnya yang berjarak hanya sebatas kurang lebih 100 meter.

"Aku pulang!"
Hening, tidak ada jawaban. Di situlah Neo menyadari bahwa Ia sendirian di rumah. Neo melihat ke arah papan kecil berwarna putih yang digantung di dinding dapur untuk memastikan.

Ayah: Banyak orang membutuhkan pertolonganku!
Ibu: Menonton drama Kazuki
Kazuki: Ibu sudah menulisnya duluan
Neo: Kerjaanmu apa, cuci piring sana

Neo mengelus dada melihat kalimat yang tertulis pada jadwal kegiatan keluarganya.
"Yang nulis punyaku kakak pasti"
Neo kembali memasang muka cemberut. Neo melihat jadwal kegiatan untuk kedua kalinya.
"Ayah banyak kegiatan ya?"
Neo bergumam.
"Ayah kan dokter."

Ayah Neo, Hoshino Fujisaki adalah seorang dokter. Neo sangat mengagumi Ayahnya. Di mata Neo, Ayahnya adalah seorang Magical Girl panutannya. (LAH MAKSUDNYA CEWE GITU?)

"Hm, aku harus apa sekarang? Ah cuci piring!" Neo berlari (seperti biasa) ke wastafel. Neo tidak menghiraukan dirinya yang hampir terjatuh karena tersandung karpet merah kesayangan Ibunya.

"Hiya! Aku adalah Magical Girl, Bubbles! Aku akan membasmi kotoran kotoran yang menempel di piring ini!"

Cklek

"Aku pula-"

Cklek

Kazuki yang telah pulang mungkin sangat kagum akan motivasi Adiknya yang begitu tinggi untuk menjadi Magical Girl! Karena itu Ia tak bisa berkata-kata karena melihat Adiknya itu, Kazuki kembali menutup pintu lalu bergegas menuju kamarnya tanpa sepatah katapun.

"Nikmatilah hidupmu wahai Adikku"

"KAK GA GITU!"

Neo merasakan rasa malu yang luar biasa.

"Uhuhuhu~"
Neo memaksa dirinya agar tersenyum.

"Ibu pulang."
"Ah! Ibu pulang!"

Ibu Neo adalah Ibu rumah tangga biasa, namun Ibu Neo adalah Ibu yang begitu cekatan, baik dan ramah. Ayah Neo pernah bilang kalau Ibu Neo adalah orang yang sangat berani. Ibu Neo adalah orang yang menurut Neo adalah pasangan yang baik untuk Ayahnya sendiri.

Ya hari itu, waktu demi waktu berlalu, kehidupan keluarga biasa. Ibu rumah tangga yang baik, Ayah yang sibuk, Kakak yang "normal". Kehidupan biasa. Benarkah hanya kehidupan biasa?

Seperti yang kita tau, Neo adalah gadis yang terobsesi untuk menjadi Magical Girl. Namun, apa alasan Neo ingin menjadi Magical Girl? Hanya demi menolong orang? Sungguh mulia, tapi bukankah itu adalah alasan yang kurang wajar?

"Hari ini mungkin belum, tapi mungkin suatu hari nanti bisa kugapai cita-citaku!"

Kobaran semangat yang meluap-luap. Tapi, bukankah seharusnya Neo tau jika hal tersebut mustahil? Ya, hal-hal aneh tentu terjadi di cerita Fantasi. Tapi, akankah keajaiban yang dimimpikan itu terwujud?

"Magical girl... Huh? Hahaha"

Neo yang terbaring di tempat tidurnya menutup matanya menggunakan lengannya, Ia memang tau kenyataannya.

"Semuanya mustahil, semuanya hanya terjadi pada cerita Fantasi."

"Kadang aku memikirkan. Akankah hidupku seindah hidup di cerita dongeng? Cerita yang indah, berakhir bahagia"

Neo teringat akan dongeng Cinderella yabg selalu Ia baca dulu ketika masih kecil.

"Bagaimana apabila kisah Cinderella itu disesuaikan dengan kehidupan nyata? Tentunya Cinderella akan terus menderita sepanjang hidupnya. Sepatu kaca indah hanyalah imajinasi biasa, yang tidak akan nyata apabila cerita itu disesuaikan dengan dunia nyata."

Keadaan kamar Neo yang hening, menambah sunyi suana Neo. Air mata yang tak kuasa Neo tahan jatuh membasahi pipi kanannya.

"Tetapi kisahku akan berbeda. Jika aku hanyalah seorang karakter cerita Fantasi yang tidak nyata."

~Bersambung...?~

Hi Hi!! Author(?) disini setelah sekian lama ku tak update, dikala kemalasan melanda. Mohon maaf, ku tak bisa update karena padatnya jadwal sekolah (kalau sudah libur semester, tar lebih rajin upnya hehe)
Bye Bye!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MaJi WONDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang