× Amy ×
Luke mengajakku ke festival malam, padahal aku punya tugas (lagi-lagi) hafalan Bahasa Inggris lima paragraf yang harus diselesaikan besok juga. Dia memang menyebalkan dan memang benar lagi kalau ia memaksaku. Tapi bodohnya, aku mau-mau saja.
Kesalahkanku juga, baiklah.
"Lihat, kau mau menaiki itu?" Suaranya membuyarkan pikiranku, "Tidak, kau mau? Aku menunggumu saja." Dia menghela napas pasrah, "Ayolah, aku kesini, kan, niatnya bersenang-senang bersamamu." Aku memukul lengannya dengan pelan, "Bagaimana mau bersenang-senang, Luke. Aku masih memikirkan--"
"Ayo, jalan. Aku akan membeli permen gulali."
"Kau adalah pacar yang buruk," Sambil bergandengan tangan, kami berjalan menuju tenda tempat permen gulali tersebut dijual. "Mengapa kau mau padaku, kalau aku buruk?" Dia bertanya dengan wajahnya yang mengejek. Menggemaskan sekali.
"Itu karena aku menyukaimu sebelum semuanya terjadi. Eh, itu karena aku baik. Kan, perbedaan itu saling melengkapkan satu sama lain."
Dia tertawa mendengar perkataanku. Lalu mencubit pipi kananku dengan tangan kanannya. "Aku tidak setuju dimana bagian kalau karena kau baik. Kita buruk, Zenith." Baiklah, aku juga tidak pernah merasa kalau aku baik. "Yang besar saja, untuk dua orang." Aku memesan permen gulali langsung saat kami sudah sampai.
"Romantis juga,"
"Ini," Lalu aku mengambil permen gulalinya, sementara Luke memberi uangnya. Kami akhirnya memutuskan menghabiskan gulali dulu sambil duduk dibangku yang telah disediakan. Setelah itu, Luke ingin mengajakku berkeliling lagi, katanya.
"Am," Ia memanggil, aku menyahut. Ia tidak membalas, malah menguyah gulali yang tinggal sedikit.
"Amy," Ia memanggil lagi, untuk kedua kalinya aku menyahut. "Am," Dengan tidak jelasnya, ia memanggil lagi. "Apa? Bicaralah," Kataku sambil mengunyah gulali. Ia tertawa mengejek, lalu mengunyah gulali lagi. Ia tidak berkata apa-apa lagi-- "Amy," Oh, baiklah. Dia memang benar-benar pacar yang sangatlah buruk.
Aku tidak menyahut, masih asyik memakan gulali yang terakhir. "Gulalinya sudah habis," Kataku, ia tidak merespon apa-apa.
Aku membersihkan tanganku dengan tisu yang diberikan oleh Luke. "Am," Lagi dan lagi, ia memanggil. "Amy!" Dia membuat emosiku bergejolak. "Aku sudah menyahut berapa kali, Luke? Tapi kau masih saja diam! Lalu, apa? Begini, love, jangan membuatku kesal. Kau sudah membatalkan rencanaku untuk mengerjakan tugas--"
"Kau sangat menggemaskan sekali saat marah."
"Tidak lucu, Luke!"
"Bagiku kau sangat lucu, Zenith. Jangan marah, aku hanya bercanda. Sedari tadi wajahmu sangat murung, kau tahu? Aku hanya memperbaikinya."
Yaampun, apakah aku benar dulu menyukainya? Dia sangat-sangat... Oke, lebih baik aku diam saja. "Kau memperbaiki apa? Kau memperburuk, Hemmings." Dia tertawa sambil mengelus-elus rambutku.
"Aku memperbaik, percayalah."
Yang benar saja, setelah aku mendengar ia menjawab perkataanku, aku tersenyum karena entahlah, dia benar. Aku merasa lebih baik. "Nah, benar, kan? Lalu sekarang, mau mencoba wahana apa? Kita sudah dua kali menaiki komidi putar,"
Lagi, aku tersenyum. Berdiri, lalu menyeret Luke langsung berjalan. Entahlah, aku juga tidak tahu ingin kemana. "Apakah kau mau aku seperti difilm-film?" Aku menatapnya heran, "Seperti-- yah, bermain melempar sesuatu sampai targetnya dapat. Lalu aku mendapatkan hadiah seperti boneka yang besar dan aku akan memberikannya kepadamu?" Nada akhir dari jawabannya seperti bertanya. Aku tertawa, "Aneh, aku tidak ingin. Berkeliling saja aku sudah senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
home :: l.h
FanfictionAku tak akan kemana-mana lagi (mungkin, ini baru sebagian dari rencana) dan aku akan menceritakan kehidupan gilaku bersama seorang pacarku yang mungkin saja kejiwaannya sudah pudar, Luke Hemmings. Dan, bersama kawanan idiotku yang menghiasi hari-har...