don't forget me

2.5K 511 79
                                    

——————————

DONGPACA

-12-
don't forget me

——————————

ingin sekali rasanya donghyun menangis, berteriak dan mengamuk. hatinya serasa akan meledak karena tak kuasa menahan rasa sedih, kecewa dan sakit secara bersamaan. beberapa kali ia menyeka matanya, menepis air yang mendesak untuk keluar. namun itu tak menyurutkan tekadnya untuk terus membuat kedua kakinya berlari.

donghyun berharap seseorang menamparnya kuat-kuat, berharap ia terbangun di kasurnya dan mendapati semua ini hanya mimpi. mimpi yang benar-benar buruk. namun ia tahu itu tidak mungkin terjadi. karena semua rasa sakit pada hatinya benar-benar terasa nyata. apa yang sewoon katakan bukanlah bunga tidur donghyun semata.

sewoon tidak suka bercanda, begitu pula ketika ia mengatakan bahwa youngmin telah pergi. karena jika ia memang main-main dengan donghyun soal itu, sudah pasti donghyun sendirilah yang akan menghajarnya.

"ia segera pergi ke stasiun setelah menerima telepon tentang ayahnya yang sakit,"

"ia menitip pesan untukmu... ia minta maaf,"

"bodoh!" desis donghyun pelan dengan suara bergetar seiring potongan kata-kata sewoon terlintas di kepalanya.

tidak bisa dipercaya memang, namun begitulah keadaannya. saat donghyun sedang di kota, youngmin menerima telepon dari keluarganya yang mengatakan bahwa ayahnya harus segera dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya yang tiba-tiba kambuh sejak sekian lama. itu memaksanya untuk segera pulang ke busan, yang mana berarti ia harus batal ikut tes perguruan tinggi sekaligus meninggalkan donghyun lebih awal.

donghyun tak pernah merasa sesakit ini. ia tahu youngmin akan segera meninggalkannya. namun ia tak pernah berharap itu akan terjadi secepat ini. tidak dengan cara seperti ini. dan tidak di waktu ini ㅡdi waktu donghyun bertekad untuk menyatakan perasaannya.

sewoon mengatakan youngmin belum pergi begitu lama. dan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, di sinilah donghyun, di stasiun yang sewoon sebut setelah berlari dengan kecepatan penuh dari asrama. ia ingin bertemu youngmin. sekali lagi saja. sebelum akhirnya mereka akan benar-benar berpisah.

kedua mata donghyun menyisir stasiun yang tidak sepi itu dengan haus. ia bahkan melihat ke dalam gerbong-gerbong kereta, berharap youngmin ada di salah satunya. namun sosok jangkung itu tidak kunjung ia temukan.

peringatan bahwa kereta akan segera berangkat berbunyi dan orang-orang yang masih berada di luar kereta buru-buru masuk ke dalam. donghyun memperhatikan setiap orang itu, masih berharap youngmin adalah salah satunya. namun lagi-lagi sosok youngmin tak terlihat, bahkan setelah pintu kereta tertutup dan roda-rodanya mulai berjalan.

pupus sudah harapan donghyun. youngmin benar-benar sudah pergi. tak akan ada lagi debaran dada antusias atau kupu-kupu di perut yang bahagia. hanya akan ada hati yang terluka diamuk kekecewaan dan penyesalan. dan donghyun tak dapat melakukan apa-apa lagi. selain membiarkan air matanya mengalir turun membasahi pipinya.






















"dongdong?"

donghyun terpaku. apakah ini mimpi? begitu pikirnya. namun suara itu terasa begitu nyata di telinganya. suara yang benar-benar ingin ia dengar. suara yang ia rindukan walau ia terakhir mendengarnya pagi ini. suara yang ingin ia simpan untuk dirinya sendiri.

donghyun menoleh. dan ia kembali terpaku. tidak ada yang bisa ia lakukan selain menatap sosok jangkung dengan rambut keriting itu dalam ketidakpercayaan. donghyun dapat melihat mata youngmin yang juga sembab serta raut wajahnya yang menunjukkan betapa hancur dirinya.

"apa yang kau lakukan di sinㅡ"

donghyun memeluknya erat-erat, bahkan sebelum youngmin menyelesaikan kata-katanya. youngmin tidak menolak. pelukan donghyun justru membuat tangisnya kembali timbul. kini ia menangis sejadi-jadinya sambil membenamkan wajahnya pada leher donghyun.

"maafkan aku. maaf aku tidak bisa menepati janji kita untuk pergi bersama-sama ke perguruan tinggi itu. maafkan aku, dongdongie. maaf. ayahku memang tak pernah setuju jika aku melanjutkan studiku. ia selalu ingin aku tinggal bersamanya di rumah dan meneruskan perkebunannya. tapi aku tidak pernah mendengarkannya. aku seharusnya menuruti permintaannya. aku tidak seharusnya memaksakan keinginanku," isak youngmin.

hati donghyun kembali teriris. kali ini bukan hanya karena fakta bahwa ia tidak akan bertemu di perguruan tinggi yang sama dengan youngmin lagi. namun juga karena kenyataan bahwa orang yang ia cintai saat ini juga tengah hancur hatinya. tak pernah terbayang dirinya melihat youngmin dalam keadaan semenyedihkan ini.

"hyung, kau tak perlu menyalahkan dirimu. ini semua terjadi di luar kemampuanmu. ini semua bukan salahmu," ujar donghyun.

youngmin melonggarkan pelukannya. ia menatap donghyun untuk melihat lelaki itu kini tengah tersenyum padanya.

"pergilah, hyung. pulanglah. aku yakin ayahmu akan baik-baik saja setelah melihat kedatanganmu,"

youngmin menatap donghyun sedih. "aku... tetap merasa bersalah padamu," katanya lirih.

donghyun menggelengkan kepalanya. ia lalu mengeluarkan sebuah paper bag kecil yang telah lusuh dari dalam saku celananya. ia mengambil sebuah gelang berwarna silver dari dalam tas kertas itu lalu memberikannya pada youngmin.

youngmin menerimanya dengan bingung. ia memperhatikan gelang dengan tulisan berukir itu, bertuliskan 'dongpaca'. ia kembali melempar donghyun dengan tatapan sedih.

"kau bahkan mempersiapkan ini...," katanya sedih. "maafkan aku...,"

donghyun tersenyum. "aku memaafkanmu, hyung," ujarnya. "dengan satu syarat...,"










"... jangan lupakan aku,"

——————————




+ bonus

+ bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


dongpacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang