Happy Reading...
.
.
.Pagi ini hari begitu terang, matahari tampak semangat mengguyur bumi. Tapi tidak dengan Rean, wajahnya begitu mendung dan tertekuk sembari mengoceh tidak jelas. Bukan tanpa alasan kelakuannya itu didasari karena ibunya yang baru pulang dari luar negeri langsung mengajaknya berbelanja ke supermarket, ingin mengisi keperluan dapur katanya. Padahal hari masih pagi dan weekend pula, seharusnya yang dilakukan Rean sekarang adalah meringkuk di kasur sambil berpelukan dengan bantal guling hingga tengah hari nanti.
"Jangan ngedumel terus gitu si dek," ucap seorang wanita, yang diketahui sebagai ibunya Rean.
"Dak dek dak dek. Aku bukan dedek emes ihh mamih," jawab Rean ketus.
"Lagian apaan deh mamih pagi pagi, ngebangunin paksa Rean suruh anterin belanja. Biasanya juga mbok suci yang belanja. Ganggu aja orang lagi tidur sama istri." wanita yang sedang sibuk mengorek tas jinjing itu menoleh, menatap tajam ke arah Rean. Yang dipandang hanya menghela napas tidak peduli.
"Ni anak emang minta dikawinin ya. Nggak bisa bedain bantal guling sama istri."
"Nikah dulu baru kawin," penuturan Rean sontak membuat wanita yang dipanggil 'mamih' itu mau tak mau menjewer telinga anaknya yang memiliki kebiasaan berbicara tanpa disaring terlebih dahulu. Rean hanya meringis sambil meminta pengampunan ibunya.
"Yaudah sana ambil troli belanja dulu nanti kalo sudah, nyusul mama di bagian buah buahan ya."
***
Rean berjalan tenang tanpa mempedulikan tatapan kagum dari sekelilingnya. Bisa dibilang Rean adalah cowok ganteng yang sempurna, tingginya ideal, wajah rupawan dengan alis dan bulu mata tebal serta senyum manis yang menjadi ciri khasnya dan dengan gaya yang santai. Siapa yang bisa menolak pesonanya?
Rean mendecih mendapati kini semakin banyak pengunjung supermarket memandang ke arahnya.
Cewek kalo ada yang seger dikit mah lirik langsung. Gue juga sih sebenernya.
Tanpa sadar kakinya sudah berada di tempat yang ibunya tadi katakan. Tangannya meraih pegangan pada troli siap menariknya. Namun tanpa diketahuinya, pada sisi pegangan yang lain kini ada sebuah tangan yang akan menarik troli tersebut.
Rean terlihat mengernyit mendapati benda incarannya ditarik paksa ke arah yang berlawanan dari tempatnya berdiri.
Sejenak terjadi adu tarik menarik diantara keduanya.
Mau tak mau kini Rean memandang seseorang yang semumuran berdiri di depannya.
Apaan nih?. Cewek? Nggak mungkin cowok, tapi wajahnya cewek banget manis pula terus agak tembem gitu. Iyaa tapi rambutnya cepak banget di potong model ala cowok. Lagian dia make jeans selutut sama sweater ala cowok. Iyaa pasti ini cowok yang kayak cewek alias LADYBOY. Tangannya mulus banget! Nggak ada otot ototnya terus ngga punya jakun nih. Ampun deh nih orang setengah mateng? Kelamin belum di tentuin udah merojol aja dari perut!.
Batinnya terus memberi penilaian sambil menatap seseorang di depannya yang dia yakini adalah seorang cowok.
"Tayaya!!!" jeritan itu sontak membuat keduanya menoleh. Seorang balita kira kira berusia dua tahun sedang berlari kepayahan menuju ke arah mereka.
"Jiana kenapa ke sini? Tunggu aja sama Ta Ta yang lain yaa," suara itu membuat Rean mengernyit suaranya jelas suara cewek. Aktingnya bagus bener nih orang, beneran mau jadi cewek.
"Astagaaa! Bapak maaf saya nggak tau, harusnya saya tadi yang ngalah." Rean berujar sehisteris mungkin.
Kini seseorang di depannya memandang Rean tak suka, wajahnya merah padam tanda marah.
"Siapa yang lo panggil bapak."
"Ampun, ternyata bukan bapak bapak yaa, tapi itukan bawa anak."
"Tayaya, nek keta," (translate: Tayaya, naik kereta) balita itu kini berada di gendongan seorang yang dia panggil Tayaya.
"Bocah ngomong bahasa hewan bukan, bahasa alien bukan, mana ada yang tau ngomong apaan. tengil amat. Resek." Rean yang notabene amat tidak menyukai anak anak berujar gamblang. Padahal dia saat balita bahkan lebih tengil dan usil.
Balita di depannya kini malah tertawa memperlihatkan kedua gigi kelincinya yang baru tumbuh
"Esek, heheheh." (translate ; resek,hehehehe.")
Rean terkikik geli. "Dia ngatain bapaknya sendiri pesek, dasar anak nggak tau diuntung," masih dengan kekehan Rean menatap seseorang yang dari tadi diabaikannya. Wajahnya begitu horor lebih horor dari kamarnya yang selalu berantakan.
"Siapa yang lo panggil bapak?" tangannya menarik pegangan troli mengetahui Rean sedang lengah.
"Nggak usah ngajarin anak kecil yang nggak nggak. Dan lagi gue bukan om om gue cewek tulen!" jabarnya penuh penekanan.
Rupanya Rean tak mau kalah ditariknya lagi pegangan troli tersebut.
"Apa peduli lo! mending lo lepasin, karna gue duluan yang ngambil. Dan urusin sono anak lo yang resek itu!"
"Nggak bakal gue lepasin, lo ngambil yang lain dan sono pergi dari sini." Matanya memandang Rean tajam dan berkilat penuh permusuhan.
Keduanya berpandangan. Seperti menabuh genderang perang, kedua mata mereka mengisaratkan hal yang sama
'Lepas! Atau mampus lo. Ini punya gue'Melihat perdebatan itu Jiana menangis tersedu sedu. Kuciran rambut tepat di ubun-ubunnya bergoyang.
"Huhuhuhuhu Tayaya, ga leh antem." (translate: Tayaya nggak boleh berantem) kepalanya menggeleng geleng dan badannya menggeliat tak nyaman.
Tangisnya semakin menjadi, bahkan sekarang banyak pengunjung menatap keduanya. Ada yang dengan marah, ada yang merasa terganggu bahkan ada yang berujar
"Romantis banget ya pasutri itu" "pengantin baru kayaknya"
"Lucu deh apa lagi anaknya nangis. Paling dedeknya di ganggu Bapaknya."
"Bapaknya galak banget."
"Suami kok kasar banget"Kurang lebih seperti itulah bisikan bisikan yang membuat telinga Rean panas.
"Apa liat liat pergi sono. Muka gue nggak setua itu di samaain sama bapak bapak." Rean semakin panas. Dia merasa kalah, dan apa apaan ini dia juga dipermalukan di depan banyak orang oleh cewek setengah cowok.
Dengan tampang yang semakin tertekuk Rean menunjuk ke arah cewek di depannya ini.
"Dan lo! Ini belum berakhir. Kalo aja bayi lo nggak cengeng gue bakal menang," ujar Rean sambil berlalu.
Jiana yang mendengar itu semakin menangis menjadi jadi "Udah Jiana jangan nangis sini naik kereta," Jiana didudukan di troli yang berhasil direbut dari Rean dan segera sang cewek mendorongnya.
Ia berbalik menatap Rean yang kini sedang balik menatapnya. Tatapan tajamnya yang khas seolah berkata
'ini baru permulaan!'
.
.
.
.Holla...
Cerita pertama anum nih gaess, gimana? Boleh dong kesan dan pesannya, jangan lupa vote juga. Hehehehe /ngarep/.
Buat part ini apa kepanjangan? Mungkin bisa mati kebosanan soalnya emang si anum nulis alurnya lambat. Jadi mohon reviewnya yaa gaes...Makaciii^^/pelukciumpelukcium/
Okedeh, next nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Troubles
Teen FictionOlivia cewek cantik, mandiri dan tegas. Cewek yang berusaha memperbaiki hidupnya. Cewek yang mati matian jauh dari kata populer, jauh dari kata masalah. Semua rencananya berjalan mulus, tidak setelah Rean playboy 'cap kaki seribu' sekaligus pentolan...