[Part 3] Woman in My Dream (1) - Ayu

10 2 0
                                    

Adit bertanya-tanya tentang isi surat itu. Seandainya dia tidak terbangun saat itu, mungkin dia akan tahu jawaban perasaannya terhadap Ayu. Tersadar akan hal itu, Adit segera menghubungi Ayu, dia mengirim pesan singkat bahwa dia telah bermimpi perempuan itu. Tak lama kemudian balasan dari Ayu muncul, meminta Adit bertemu dengannya di tempat biasa.

Sesuai janji, mereka bertemu di tempat biasa. Adit terkejut, karena pakaian yang dipakai Ayu sesuai dengan apa yang dipakai oleh perempuan dalam mimpi itu, mulai dari pakaian putih berkerah, dan rok abu-abu, sampai bagaimana dia membawa jaket abu-abu yang biasa dipakai, jaketnya dilipat di tangan kirinya.

"Hai, bengong aja," Ayu menepuk pundak Adit yang sudah lama bengong.

Adit terkejut, dan meminta maaf. Adit pun menceritakan mengapa dia bisa terbengong-bengong seperti itu.

"Yuk, kemarin aku ada kirim pesan kamu harus berpakaian seperti apa?" Adit bertanya sambil mencoba mengingat kembali pesan yang dikirimnya.

"Enggak, enggak ada, tuh," jawab Ayu. "Ada apa memangnya?"

"Lagi, lagi pakaianmu sesuai dengan perempuan yang ku mimpikan."

"Benarkah?" tanya Ayu sambil memperhatikan pakaiannya sendiri.

"Iya, dan jangan bilang di kantong pakaianmu, kamu memiliki sepucuk surat," Adit melanjutkan. "Karena perempuan itu memberiku sepucuk surat, tapi aku belum sempat membacanya."

Ayu yang setengah percaya mengambil sepucuk surat dari kantong pakaiannya. Mereka berdua menjadi semakin bingung.

"Su, surat itu berisi tentang apa, Yuk?" tanya adit memecah kebingungan mereka.

"Surat ini berisi tentang jawaban atas pernyataan perasaanmu padaku seminggu yang lalu," Ayu berhenti sejenak. "Dan sebenarnya aku sudah menulisnya sehari setelah hari itu."

Adit yang masih belum percaya dan sedikit kebingungan, mencoba meyakinkan dirinya, dia pun mencubit pipi dan menepuk-nepuk pipinya dilakukannya berulang kali, Sakit! Ayu bingung dengan perilaku Adit, dan bertanya apa yang dilakukannya.

"Aku hanya mencoba meyakinkan diriku, bahwa ini bukan mimpi," jawab Adit.

"Hahaha, dasar kamu, bisa saja" goda Ayu sambil tertawa lepas. "Kamu tidak sedang bermimpi."

Baru kali ini Adit melihat Ayu tertawa terlihat begitu bahagia, seperti beban di pundaknya lepas begitu saja. Ayu tertawa sampai air matanya keluar.

"Ma, maafkan aku," kata Ayu sambil mengusap air matanya. "Habisnya, tingkahmu konyol."

Adit tersenyum melihat Ayu tertawa lepas. Sambil tetap mengusap air matanya, Ayu memberikan surat itu kepada Adit. Namun saat Adit hendak membuka surat itu, Ayu menutup matanya, dan kemudian berbisik, "Bukanya nanti saja, kita jalan-jalan dulu sudah lama aku tidak jalan-jalan."

Adit mengiyakan permintaan Ayu. Mereka berdua berjalan-jalan sambil berbincang-bincang tentang perempuan dalam mimpi Adit. Adit terlihat lebih banyak melamun, memikirkan isi surat itu, Ayu hanya tersenyum melihatnya. Mereka mengobrol hingga petang.

"Sudah mulai gelap, yuk pulang," ajak Ayu.

"Ah, iya, enggak terasa," sahut Adit. "Perlu diantar?"

"Enggak, Enggak perlu."

Adit memandangi kepergian Ayu, yang mulai menghilang di balik gerbang taman. Adit pun berjalan pulang, sambil memagang saku di dadanya.

Sesampainya di rumah, Adit bergegas membuka surat dari Ayu, namun disaat yang bersaamaan handphone Adit berbunyi. Adit melihat handphone-nya yang ternyata pesan singkat dari Ayu.

'Enggak usah buru-buru buka suratnya, itu surat biasa kok'

Adit merasa diawasi oleh ayu, dia sempat terkejut, namun segera mengabaikan pikiran itu, dan kembali pada surat yang diberikan oleh Ayu.

"Adit, terima kasih atas waktu nya selama ini.
Saat awal bertemu, aku pikir kamu itu orang yang aneh,
ceritain tentang mimpi-mimpimu mengenai perempuan yang mirip denganku,
semakin hari, setiap bertemu, ternyata kamu orang yang menyenangkan, baik,
ya meskipun terkadang terlihat bodoh dengan kelakuanmu,
aku tahu, kamu melakukannya pastinya itu untuk menghiburku kan?
Aku sangat menghargai itu, aku berterima kasih padamu.
Berkatmu juga aku dapat melupakan kesedihanku. 

Maaf juga jika aku belum mampu terbuka kepadamu, bukannya aku enggak percaya padamu, hanya saja aku belum bisa untuk benar-benar terbuka padamu, aku harap kamu bisa memakluminya.
Bila tiba waktunya dan aku sudah siap, aku pasti akan terbuka kepadamu, ini hanya masalah waktu. Jika belum ada saling keterbukaan satu sama lain akan terasa berat menjalankan sebuah hubungan.
Jika kamu tidak masalah dengan hal itu, temui aku besok di tempat biasa, jam 3 sore, aku akan menunggumu 30 menit, jika kamu tidak datang, maka aku anggap kamu keberatan. 

- Ayu"


Setelah membaca surat itu, Adit berpikir tentang tulisan pada bagian akhir surat, 'Jika belum ada saling keterbukaan satu sama lain akan terasa berat menjalankan sebuah hubungan.' Menjalin sebuah hubungan tanpa adanya rasa saling terbuka akan menghambat suatu hubungan, akan menjadi semakin sulit untuk saling percaya satu sama lain. Adit bingung dengan hal itu. Dia memutuskan untuk memikirkannya besok, masih ada waktu sebelum jam 3, dan saat bekerja. Dia bergegas untuk mandi dan beristirahat.



Malam hari, saat Adit tidur, dia kembali bermimpi tentang perempuan itu. Mimpinya kali ini terasa berbeda, dimana biasanya Adit melihat perempuan itu tersenyum dan suasana sekelilingnya begitu terang, kini terasa seperti mendung, kelabu, kelam. Rumput di taman tempat dia berjumpa dengan perempuan itu yang biasanya tertutup dengan kabut putih tipis dan basah, terlihat seperti kering. Ini pertama kalinya Adit melihat perempuan itu murung. Adit mendekatinya, pikirannya terus bertanya-tanya, mengapa perempuan itu murung, terlihat sangat sedih? Adakah hubungannya dengan surat yang diberikan padanya? Semakin dia menerka-nerka semakin banyak pertanyaan yang muncul. Adit pun memberanikan diri untuk bertanya.

"H, Hei, ada apa?" tanya Adit. "Kenapa wajahmu murung?"

Perempuan itu terdiam, tak sepatah katapun yang terucap dari bibir perempuan itu.

"Ada masalah kah?" Adit kembali bertanya. "Apa ini ada hubungannya dengan surat yang kamu berikan?"

Perempuan itu tetap membisu. Adit kemudian duduk disebelahnya, dan kembali menanyakan apayang membuatnya terlihat murung. Perempuan itu tetap diam, kemudian memelukAdit. Adit sempat terkejut dan mengangkat kedua tangannya. Pelukannya terasabegitu hangat, kehangatan pelukan itu seperti mengalir di seluruh tubuh Adit.Bersamaan dengan itu, tiba-tiba Adit merasakan rasa sedih, tapi dia tak tahuapa itu, dia tak tahu apa yang membuatnya ikut merasa sedih. Adit yang ikut merasasedih, kemudian membelai rambut perempuan yang memeluknya. Rambutnya begituhalus dan lembut. Adit merasakan pelukannya semakin erat, dan kesedihan yangdirasakan semakin kuat pula. Adit tak tahu apa yang sedang terjadi, kemudianterbangun.

[R3D] Dream StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang