[Part 5] Woman in My Dream (1) - Ayu

18 2 0
                                    



Di dalam toilet terlihat dua orang pria sedang berusaha membuka sebuah pintu toilet. Melihat kedua pria itu kesulitan membuka pintu toilet, Adit segera membantunya. Karena pintu itu tidak mau terbuka sedikitpun, akhirnya Adit memutuskan untuk mendobraknya. Dia meminta kedua pria tadi untuk mundur kebelakang. Adit mulai ambil ancang-ancang untuk menendang bagian pegangan pintu. Adit menendang bagian pegangan berkali-kali, perlu sekitar lima kali tendangan hingga akhirnya pintu itu terbuka, namun pintu tersebut seperti ada yang mengganjal. Adit maju perlahan dan berusaha mengintip ke dalam ruangan kecil tersebut. Terlihat tubuh Ayu tengkurap dan mengganjal pintu.

"AYU!?" Adit teriak spontan.

Perasaan tidak keruan yang membuat Adit tidak nyaman sejak tadi, kini terjawab sudah. Adit meminta bantuan kepada kedua pria tadi untuk mendorong pintu toilet secara perlahan agar tidak melukai Ayu, dan dia bisa masuk ke dalam. Setelah berhasil masuk, Adit mendudukan Ayu di kloset duduk. Terlihat kepala Ayu berdarah, Adit berusaha tetap tenang dan membopong Ayu keluar dari toilet. Dia juga berusaha untuk membangunkan Ayu dengan menggoyangkan perlahan tubuhnya, dan memanggil Ayu. Keluar dari toilet, Adit meminta bantuan pada kerumunan orang untuk memanggil ambulan. Sambil tetap membopong Ayu, dia mencari bangku taman untuk merebahkan tubuh Ayu. Pakaian Ayu basah, wajahnya pucat, nafasnya begitu lemah. Adit melepas jaketnya dan menyelimuti Ayu agar tidak kedinginan karena pakaian basahnya. Dia menggenggam tangan Ayu yang dingin, kemudian mendekapkan pada dadanya berharap dapat menghangatkannya.

"Ayu, kenapa kamu tidak bilang padaku?" kata Adit lirih sambil mengusap pipi Ayu. "Biasanya kamu memberitahuku lewat mimpi."

Tak terasa air mata Adit menetes. Dia masih tetap mendekap tangan Ayu, tangannya begitu dingin. Adit kembali berusaha membangunkan Ayu, dia memanggil lirih nama Ayu. Merasa tak ada jawaban Adit mendekapkan tangan Ayu pada wajahnya dan mulai menangis.

"Adit," terdengar suara yang pelan.

"Adit," suara itu kembali dan lebih jelas dari sebelumnya.

Adit melihat ke arah Ayu. Adit terkejut melihat Ayu yang menoleh padanya, mata Ayu begitu redup. Adit menggenggam tangan Ayu lebih erat.

"Adit," kata Ayu lirih. "Adit jangan nangis. Ayu. Ayu enggak apa-apa."

"Iya, aku enggak akan nangis," sahut Adit. "Ayu istirahat ya, sebentar lagi ambulan datang."

"Janji ya," kata Ayu lagi. "Adit enggak boleh sedih."

"Iya Ayu, aku janji," jawab Adit sambil mengangguk. "Simpan tenagamu, nanti kita ngobrol lagi."

Ayu tersenyum kemudian mengangguk perlahan dan Ayu memejamkan matanya. Melihat hal itu air mata Adit kembali mengalir. Adit mengecup tangan Ayu, tangannya masih terasa dingin. Adit berulang kali mengucapkan kata 'bertahanlah' kepada Ayu. Ambulan tak juga kunjung datang. Dia bertanya pada kerumunan dibelakangnya, tentang ambulan yang tadi dimintanya. Seorang pria setengah baya mengenakan pakaian hijau lumut mengacungkan tangannya dan mengatakan bahwa dia sudah menelepon ambulan, dia juga berusaha menenagkan Adit.

Tak lama kemudian terdengar suara sirine ambulan. Terlihat tiga orang petugas ambulan datang menghampiri Ayu sambil membawa tandu ambulan. Para petugas memindahkan Ayu ke atas tandu ambulan dan memasangkan alat medis pada Ayu. Adit mengikuti para petugas menuju ambulan. Di dalam ambulan Adit kembali menggenggam tangan Ayu sambil mengucapkan kata 'bertahanlah'. Di perjalan menuju rumah sakit, sesekali Adit mengusap rambut Ayu.

Tiba di rumah sakit, para petugas segera membawa Ayu untuk diberikan penanganan medis. Adit langsung menuju bagian administrasi untuk mengurus keuangan. Setelah mengurus keuangan adit menuju ruang tunggu dan menunggu kabar dari dokter. Dua puluh menit telah berlalu berlum juga ada kabar dari pihak rumah sakit. Sepuluh menit kemudian seorang dokter datang menghampiri Adit yang sedang tertunduk lesu.

"Bapak Adit?" tanya dokter.

"Iya?!" Adit sedikit terkejut dan langsung berdiri. "Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan Ayu? Apa dia baik-baik saja?"

Adit yangmelihat dokter sedang berdiri dihadapannya, langsung menghujani dokter tersebutdengan pertanyaanya. Dokter menatap Adit cukup lama, dan dia menghela nafas panjang.    

[R3D] Dream StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang