Hujan.

380 64 14
                                    

Minggu, 01:30 PM.

Hari ini Wonwoo dan Eunwoo datang untuk main ps dirumah Mingyu. Tapi tidak ada makanan dirumah, orangtuanya juga sedang tidak ada. Akhirnya mereka memutuskan bahwa Wonwoo dan Eunwoo akan menunggu selagi Mingyu pergi ke supermarket yang tidak jauh dari rumahnya, ia akan membeli beberapa camilan. Camilan yang sangat ia suka.

Setelah beli beberapa camilan dan minuman, Mingyu memutuskan untuk kembali cepat ke rumah, karena pasti kedua sahabatnya sudah menunggu lama.

Hujan tiba-tiba turun dengan deras, awan gelap dengan gemuruh muncul disertai angin. Mingyu berlari untuk berteduh dan berhenti di sebuah halte. Untung saja ia memakai jaket tebal yang anti air, jadi air tidak membuat badannya basah kuyup.

Mingyu celingak-celinguk mencari kendaraan untuk pulang, ya walaupun dari sini lumayan dekat dengan rumahnya.

Pandangannya terhenti saat melihat perempuan berperawakan tinggi terlihat sedang menunggu seseorang. Mingyu mempertajam penglihatannya.

Itu Doyeon.

Doyeon terlihat sedang menunggu, ia menggigil kedinginan dengan baju panjang namun tidak hangat itu. Mingyu segera melepas jaketnya dan mendekat kearah Doyeon. Lalu ia memakaikannya jaket.

Doyeon terkejut siapa yang memakaikan jaket untuknya, lalu ia menoleh, "Mingyu?"

Mingyu tersenyum manis, "Ini musim hujan, kalau mau pergi seengganya pake baju yang lebih tebel."

Doyeon mengangguk, "Kalau jaket lo gue pake, terus lo gimana?"

Mingyu duduk di sebelah Doyeon,  "Gapapa pake aja,"

Hening.

"Kemarin lo sama Kyulkyung beli buku apa?" Tanya Doyeon memecahkan keheningan.

"Novel genre thiller, gue yang beli sih. Soalnya Kyulkyung bilang sama gue kalau dia lebih suka genre romance sedangkan buku novel genre romance belum ada yang baru." Jawab Mingyu.

"Ohhh."

Doyeon tersenyum tipis. Ia mengangkat tangannya kedepan membiarkan hujan membasahi tangannya. Sesekali ia tersenyum.

Mingyu yang melihat itu tersenyum lalu melakukan hal yang sama, "Lo suka hujan yeon?"

"Banget."

"Kenapa?"

"Karena, hujan itu mau balik lagi setelah tau rasanya jatuh berkali-kali."

"Itu quotes novel ya yeon?" Mingyu tertawa.

Doyeon ikut tertawa, "Salah gue ngomong ini sama lo, lo kan suka baca novel."

"Ada alasan lain?"

Doyeon tetap menjawab tapi tidak mengalihkan pandangannya dari hujan.

"Penyembunyi kesedihan," Doyeon berhenti memainkan air hujan, "Hujan itu sering banget turun disaat gue lagi sedih, tapi gue seneng karena berkat hujan tangisan gue gak pernah keliatan sama orang. Ibarat rumah, hujan itu sebagai pintu sama atap nutupin semua yang ada di dalam rumah."

Doyeon menghela nafas sebelum melanjutkan, "Hujan bagi gue itu pengantar kebahagiaan, karena setelah hujan akan ada pelangi yang muncul entah dimana. Karena disaat pelangi muncul, gue nemuin solusi buat masalah gue."

Tiba-tiba Mingyu memeluk Doyeon. Doyeon sangat terkejut.

Doyeon tidak bisa memikirkan apapun lagi selain debaran jantungnya yang semakin cepat. Ia tidak tahu alasan mengapa ia dipeluk Mingyu, bahkan ia tidak tahu bahwa sekarang ia membalas pelukan itu.

"Lo lagi sedih kan yeon."

Mata Doyeon menjadi berkaca-kaca, masalahnya saat ini adalah tentang hatinya, tentang hati yang kini tengah memeluknya erat. Ia tidak ingin menangis di depan Mingyu, ia ingin segera berlari dari sini, tapi hatinya memilihnya bertahan dalam posisi ini.

"Jangan pernah takut sendiri, karena ada gue dan temen-temen lo." Ucapan Mingyu membuat Doyeon ingin tambah menangis.

Mingyu melepaskan pelukannya begitu juga Doyeon walaupun ia tidak ingin melepaskan pelukan hangat dari orang yang ia sukai.

"Sekarang lo senyum."

Doyeon tersenyum tipis.

"Ayo lebih lebar."

Doyeon lalu tersenyum lebar dan sangat manis.

"Nah gitu dong. Oh iya gue lupa!" Mingyu tiba-tiba teringat kedua sahabatnya yang menunggunya, "Gue lupa kalau Wonwo sama Eunwo lagi nunggu dirumah, gue duluan ya yeon."

"Ehh tapi entar lo basah, jaket lo kan ada di gue." Doyeon melepas jaket Mingyu.

"Lo mau kemana yeon? " Tanya Mingyu.

"Gue mau pulang aja, habis ini hujan deres,"

"Emang lo gak ada janji?"

"Engga kok,"

"Yaudah gimana kalau kita kesananya bareng aja! Rumah lo searah kan?" Mingyu memakaikan jaket itu diatas kepalanya dan Doyeon. Doyeon mengangguk.

"Jaketnya kita pake berdua aja, lumayanlah gak buat badan terlalu basah."

"Yaudah yuk," Mingyu memegang satu sisi jaket dan sisi lain jaket oleh Doyeon.

Mereka berdua akhirnya pergi bersama dibawah hujan deras dengan jaket sebagai pelindungnya.

Mereka berdua tidak tahu bahwa ada yang berdiri tidak jauh dari mereka, dibawah hujan deras yang sedang turun. Memperhatikan mereka saat Mingyu menghampiri Doyeon hingga Mingyu dan Doyeon dibawah jaket yang sama untuk pulang.

Dia Sohye. Perempuan yang memiliki janji dengan Doyeon. Perempuan yang ditunggu olehnya di halte, tapi malah Doyeon sendiri lupa dan meninggalkannya. Hati Sohye teriris melihat pemandangan yang membuatnya menangis dibawah hujan deras.

Bahunya bergetar. Matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata, dan tangannya mengepal menahan sakit dalam hatinya.

Sohye terdiam sebentar, ia merasa bahwa air hujan tidak mengguyur lagi tubuhnya, ia lalu melihat keatas, ia melihat payung yang melindunginya dari hujan. Segera ia membalikan badannya untuk melihat siapa pemegang payung itu.

Dia Wonwoo, dia yang membawa payung itu,  payung yang melindungi tubuh mereka berdua dari hujan. Wonwoo berniat menyusul Mingyu karena sudah lama ia menunggu, tapi pandangannya teralih pada seorang perempuan yang terdiam dibawah hujan sambil menyaksikan sesuatu didepannya, ia melihat Doyeon.

Wonwoo menatap hangat perempuan yang ada di depannya.

"Hiks."

Sohye tiba-tiba memeluk Wonwoo, dan Wonwoo membalasnya. Payung yang ia pegang tadi sudah jatuh, ia membiarkan tubuh mereka berdua di guyur hujan dalam posisi seperti ini.

Sohye menangis dalam pelukan Wonwoo. Wonwoo semakin mempererat pelukannya. Ia tidak mau orang yang ia sayang tersakiti oleh temannya dengan cara seperti ini.

"Lo tenang ada gue disini."

-o0o-

Choose © 2018

Bagaimana?

CHOOSE || Kim Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang