Lembaran Baru

8.4K 1.1K 164
                                    

Kafka.

Gini ya rasanya setiap bangun tidur disuguhi penampilan acak - acakan Kanaya, mini bini gue, yang kadang bangun dalam keadaan polos. Yep, sepolos bayi baru lahir. Juga kadang menggunakan kaos atau kemeja gue yang kebesaran di tubuh kecilnya : adeeeemmmm, bray.

Walaupun kadang delikkan matanya terlihat lengket karena belek - belek kurang ajar yang memenuhinya, tetap saja begitu terbuka, ciuman gue pasti mendarat disana, terus turun ke hidungnya yang bangir terus ke bibirnya yang eerrgghh tebal mengerucut lucu setiap lihat gue nyerang dia begitu.

Seperti hari ini, begitu gue serang dia dengan ciuman di seluruh mukanya, dengan pelan didorongnya dada gue.

"Subuhan dulu ih, kamu suka bikin betah di kasur." Katanya.

Catet bray, BETAH DI KASUR!

Masih meragukan kemampuan KJ?

Terus dia bangun dari kasur dengan kaos oblong Men-2 gue, dibaliknya cuma kain segitiga tipis saja yang gue tahu dipakainya. Berlenggak lenggok menggoda KJ dengan kurang ajar. Dia tahu banget kelemahan gue, setiap ngelihat dia jalan - jalan manja di sekitar gue dengan minim bahan dan pakaian begitu, KJ pasti tegak berdiri menantang langit.

Nikmatnya menikah. Tahu gini, udah gue nikahin lo dari dulu Nay! Tapi gak apa - apa lah, better late than never.

Yihaaa.

Hari ini setelah kepulangan dari bulan madu dan umroh, kita masih tinggal di Apartemen dengan alasan, rumah yang di BSD kejauhan. Hihihi, padahal gue yang pilih daerah sana karena meskipun terbilang Big City, BSD masih melestarikan pohon - pohon yang mana membuat jiwa ke-monyet-an gue betah.

Iyalah, lagipula hidup di Jakarta segalanya serba kompetitif. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, kalau lo santai dikit saja, akan tergilas bersama pergerakan kehidupan Ibukota yang menggila.

Ngomong apa sih lo Kaf? Ck!

Sebuah pesan masuk di aplikasi whatsapp membuat gue agak terheran - heran, dari nomor asing dan nama yang asing buat gue.

+628139853**** : Selamat utk pernikahannya double K. Kubilang apa? Km sdh menemukannya. Salam, Alleandra.

Alleandra.

Alleandra.

Rasa - rasanya pernah dengar. Ooh Naya pernah nyebut nama ini saat gue baru keluar dari rumah sakit. Nama yang gue yakin kenal tapi gak ketemu satupun wajah yang cocok dengan nama itu.

Sambil menunggu Naya mandi dan sholat, gue meluncur membuka instagram. Barangkali ada sesuatu yang membuat gue ingat tentang nama Alleandra.

Sialan Agnosia, buat gue jadi anak TK yang harus mengulang menghapal beberapa benda yang gak tahu kenapa gue lupa namanya. Sekarang nama, Alleandra, siapapun dia pasti dia salah satu circle penting dalam hidup gue.

Oke waktunya menjelajah.

Sebuah foto perempuan yang sedang minum-apa-gitu dari mug yang dipegangnya, dan gue itu yang foto dari luar. Bayangan muka gue yang sumringah terpantul dari kaca yang membatasi cewek itu dan gue. Caption IG yang agak alay tentang senyum dia yang menjadi favorit gue, cukup membuat gue bergidik.

Sejak kapan gue mengagumi orang lain selain Kanaya Maulie, mini bini gue?

Semua terjadi tiba - tiba saat gue mencoba mengenali wajahnya. Ingatan - ingatan yang sudah lama gue singkirkan, sekarang bermunculan. Membuat kepala gue sedikit sakit dan..

Mengulang beberapa adegan.

Siang itu, di bengkel Mamet tetangga kost gue saat masih tinggal di Setiabudi. Pertama kali pertemuan gue dengan cewek yang senyumnya gue favoritkan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Carpe DiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang