Prolog

66 10 0
                                    

Hembusan angin menyapu lembut poni rambut gadis mungil yang tengah terfokus pada buku kesukaannya. Entah sudah berapa hari ia terus mengulang cerita itu hingga ia sendiri sudah hapal dengan kata perkatanya. Suasana taman sekolah yang damai membuat ia senang berlama-lama menikmati kesendiriannya. Apalagi bunga sakura yang baru bermekaran semakin memanjakan mata. Musim semi sekolah baru saja tiba, meski udara masih terasa dingin.
"Yuri-chan, ayo main bersama!"
Yuri -gadis mungil- itu melirik ke arah suara itu berasal. Ah, ternyata hanya segerombol anak perempuan yang suka membicarakan hal aneh. Kira-kira itu yang ada dalam pikiran Yuri.
"Aku sibuk. Kalian main saja," balas Yuri acuh tak acuh.

Salah satu dari gerombolan anak perempuan itu maju lalu merampas buku yang tengah digenggaman Yuri.
"Buku apa ini? Cerita aneh, seperti kau aneh!" cibir gadis itu sambil melempar asal buku milik Yuri.
Yuri berdiri dari tempat duduknya, tangannya terkepal kesal. Sebelum ia hendak mengambil buku yang terjatuh, seseorang telah lebih dulu mengambilkannya untuk Yuri.
"Onii-chan?" gumam Yuri.

Kento menatap tajam segerombolan gadis itu, terutama kepada 'si pelaku' pelempar buku adiknya.
"Kento? Kami tidak bermaksud..."
"Apa yang kalian lakukan? Menganggu saja. Pergi sana!" umpat Kento tanpa ampun.
Dengan cepat ia meraih lengan Yuri lalu menariknya agar segera pergi dari tempat itu. Dari genggamannya, Yuri tahu kakaknya sedang marah.
"Ano, lenganku sakit,"
Kento tersadar, lalu melepas genggamannya. Langkah mereka terhenti bersamaan.
"Maaf, aku berlebihan."
"Tidak masalah. Aku juga yang membuat mereka marah."
Kento menggelengkan kepalanya dengan cepat, "bukan Yuri yang salah, tapi aku,"

Yuri menatap ujung sepatunya nanar, Kento selalu begitu. Menyalahkan dirinya sendiri saat Yuri diganggu anak lain.
"Onii-chan, aku..."
Tiba-tiba Kento menggenggam kedua tangan Yuri erat. Seakan tak mau terlepas.
"Nee, apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu. Aku yang akan menjagamu, sampai kapanpun. Aku berjanji. Selamanya."
Janji Kakak kepada adiknya, bagai ikatan benang merah tak terlihat segera teruntai. Di bawah bunga sakura yang bermekaran, sesuatu yang terucap telah membekas dalam hati.

Kimi ga kanau bashoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang