Chapter 2
Yuri meneliti kembali isi kantung belanja yang baru saja ia beli. Beberapa bahan makanan sudah habis di kulkas. Jadilah ia harus berbelanja untuk bahan makanan di rumah. Siapa lagi yang bisa diandalkan selain dirinya? Kakaknya sangat sibuk, baru sampai rumah lalu pergi lagi ke tempat kerja. Kalau menunggu Kento beraksi, itu artinya Yuri harus siap menahan lapar seharian. Siapa juga yang mau.
"Sepertinya tadi aku lupa membeli selai. Bisa gawat, onii-chan tidak akan bisa makan roti tanpa selai. Manja sekali orang itu," keluh Yuri seraya merapikan kembali kantung belanjaannya.
"Maaf saja ya kalau aku manja,"
Yuri terkejut, Kento sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan ke dada. Wajahnya Kento tampak kesal.Yuri hanya menutupi rasa terkejutnya dengan batuk kecil. Sebenarnya tenggorokannya dalam keadaan baik. Akting sangat diperlukan saat ini.
"Kenapa bisa ada disini?" tanya Yuri.
Kento mengangkat alisnya, "menurutmu?" sedetik kemudian raut wajah Kento berubah.
"Ah, apakah ini yang dinamakan kekuatan batin adik dan kakak? Oh, mengharukan," ucap Kento dramatis seraya berpura menghapus air mata khayalan di pipinya.
Yuri memutar matanya malas, mulai lagi kelakuan aneh kakaknya. Hanya di depan Yuri seorang Kento bertingkah idiot.Yuri bergeming, tanpa menjawab apapun dia berbalik. Lalu, meninggalkan kantung penuh belanjanya pada Kento. Yuri kembali masuk ke dalam mini market, diam-diam dia melirik ke arah belakang tepat dimana Kento berdiri. Sudut bibir Yuri terangkat melihat kakaknya terus menggerutu seraya mengangkat kantung belanja satu persatu. Yuri berjalan menuju tempat selai coklat kesukaan Kento. Ingatan Yuri berputar pada masa lalu. Ia dan Kento sering sekali bertengkar masalah selai. Yuri selalu menganggap selai strawberry yang terbaik, dan Kento selalu beranggapan coklat yang terenak. Mereka bisa bertengkar karena hal sepele seperti itu.
Mata Yuri memandang sedih ke arah luar pintu, tidak... Masa itu tak akan terulang. Sesuatu yang besar ingin meluap dalam dada Yuri. Tidak bisa. Mana mungkin bisa.
"Nona, ini kantung belanjamu,"
Yuri tersadar dari lamunannya. Ia bergegas mengeluarkan uang dari kantung seragamnya. Selepas keluar dari mini market, sikap Yuri kembali seperti semula. Kento menatap punggung adiknya yang berjalan mendahuluinya. Sangat rapuh, masih sama. Tapi kenapa punggung itu seakan begitu jauh, dan seakan tangan Kento tak dapat meraihnya? Benak Kento bertanya, seketika ia menatap telapak tangannya. Memang jauh dan sukar diraih.Setelah mandi, Yuri segera bersiap memasak untuk ia dan kakaknya. Yuri meraih ponselnya, dengan cepat mengetik pesan untuk kakaknya.
'Makan apa malam ini?'
Dering ponsel berbunyi, dengan malas Kento meraihnya. Lalu, ia hanya menghela napas lemah. Lagi-lagi lewat pesan elektronik? Mereka itu keluarga. Memang tidak bisa berkomunikasi secara normal?
Kento keluar dari kamarnya, ia segera menghampiri Yuri yang berada di dapur. Tampak Yuri tengah memasang celemek seraya melihat ke arah ponsel miliknya.
"Terserah makan apa. Yang pasti aku akan memakannya. Memang tidak bisa kalau berkomunikasi secara langsung? Kau kenapa? Tenggorokanmu sakit? Kau aneh belakangan ini."Terkejut, Yuri berbalik dan hampir menjatuhkan celemeknya. Kento berjalan mendekat ke arahnya. Dengan tatapan tajam, Kento semakin memotong jarak antara mereka berdua.
"Kenapa kau berubah? Sejak masuk SMA, tidak... Sejak hari kelulusanku di SMP. Kau menjauh, bahkan kau ingin masuk sekolah asrama perempuan. Kenapa?"
Yuri menggigit bibir bawahnya. Ia tak mampu membalas tatapan Kento. Tapi, kesadarannya lebih kuat, ia berbalik memunggungi Kento.
"Bukan urusanmu. Aku memang sudah bosan selalu menjadi adikmu. Aku ingin keluar dari rumah ini. Aku ingin sendiri. Tanpa perlindunganmu."Gigi kento gemeretak, kesal melihat tingkah 'pura-pura' adiknya. Seketika dia membalik tubuh Yuri menghadap ke arahnya, menatap gadis rapuh di hadapannya. Ia menghela napas pelan.
"Kau tahu? Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi adik kecilku. Tak akan ku serahkan kau pada siapapun. Mengerti?"
Wajah Kento yang hanya beberapa inchi dari wajah Yuri membuat pipi gadis itu memanas.
Kenapa kakaknya selalu saja menjeratnya pada perasaan semu terlarang ini? Memang harusnya Yuri bertindak cepat sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi ga kanau basho
Hayran Kurgu" Dare mo mina mune ni oshibana no you na Setiap orang selalu melupakan suatu tempat. Kesshin wo dokoka ni wasureteiru keputusan yang mereka pilih, seperti bunga di dalam hati." Yamazaki bersaudara dengan kepribadian bertolak belakang saling menjal...