리마

475 121 4
                                    

sw

Aku nggak tahu masalah Sejeong secara jelas, yang aku tahu dia putus namun masih sayang kepada laki-laki itu. Tahu alasan mereka putus pun tidak.

Sama halnya dengan beberapa hari yang lalu ketika Sejeong pergi dengan ekspresi wajahnya yang sulit untuk aku pahami. Aku tidak tahu apa-apa. Namun aku yakin ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Aku tidak tahu dan aku tidak berani bertanya padanya. Aku hanya bisa berharap suatu saat Sejeong akan bercerita padaku, berharap suatu saat aku bisa menjadi orang kepercayaan Sejeong. Berharap kalau suatu saat... aku bisa menjadi tempatnya berpulang.

Kebetulan, orang yang aku bicarakan tiba-tiba datang.

"Seperti biasa?" tanyaku.

Sejeong menggeleng.

"Ca-"

Sejeong kembali menggeleng.

"Lalu?"

"Temani aku jalan-jalan, kumohon," jawab Sejeong.

Aku menatapnya bingung.

"Tidak lama, mungkin satu atau dua jam," ucapnya. "Atau itu lama?"

"Aku tanya Taehyung du-"

Sejeong kembali memotong ucapanku, "Kalau kau diomeli, biar aku yang bertanggung jawab."

Aku akhirnya mengangguk. Setelah meminta waktu sebentar, aku melepaskan seragamku-celemek berwarna hitam dengan tulisan kedai harapan- barulah kembali menemui Sejeong.

"Mau pergi kemana, Nona?" tanyaku saat kami sudah berada di luar kedai.

"Terserah."

Aku menghela napas. Kata orang-orang, terserah bagi perempuan tidak memiliki makna sesungguhnya. Tidak tepat apa maksudnya, karena setiap perempuan memiliki pemikiran yang berbeda, karena perempuan itu sulit dimengerti.

"Benar-benar terserah?"

"Ya, asal kau membawaku jauh dari sini."

"Apapun keputusanku, kau tidak akan menolak?" tanyaku memastikan.

"Ya."

"Baiklah, kita ke pluto sekarang."

"Jangan bercanda, Seongwoo oppa," ucap Sejeong.

Aku terdiam, Sejeong jarang memanggilku seongwoo. Entah mendapat inspirasi darimana, ia memutuskan untuk memenggal nama belakangku -Onggerardo- menjadi Ong.

"Kau mau menonton film?" tawarku.

"Horror."

Kali ini aku salah memilih ajakan. Sejeong jelas tahu aku membenci horror, namun lebih baik aku mengalah. Sebagai kakak yang baik aku harus menuruti keinginannya.

Uh, terkadang aku benci menyebut diriku kakak untuk Sejeong. Namun memangnya apa yang pantas? Setidaknya, kakak sudah lebih dari teman.

Namun bukan berarti 'kakak' itu lebih baik dari teman, kan?

endless 5 end

[1.1] endless ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang