Thirteenth
|
Cinderella"Bagaimana dengan yang ini? Apakah cocok untukku?" Aku menunjukkan gaun hijauku kepada Shane. Ia memandang gaunku sejenak sebelum mengalihkan matanya ke wajahku.
"Kurasa, semua gaun di butik ini cocok untukmu, Michelle." ujarnya dengan nada jujur untuk kesekian kalinya. Dan kalaupun itu bukanlah kebenarannya, aku masih tetap akan percaya kepadanya.
"Kau mengatakan hal yang sama pada semua gaun yang kukenakan." ujarku.
"Memang terdengar klise, tapi aku benar-benar merasa semua gaun ini cocok untukmu." Dari ujung mataku, aku melihat dua asisten dari butik ini terpesona dengan kata-katanya.
Aku memutarkan mataku, seakan tidak bergeming pada kata-kata manisnya, meskipun sebenarnya itu menggoyahkan pendirianku untuk segera beranjak dari tempatku dan langsung memeluknya, pria yang dulu kubenci dengan segenap jiwaku.
"Kalau begitu, menurutmu, aku cocok dengan yang mana?" tanyaku. Ia mengayak sang manajer toko ke arahnya dan mengatakan sesuatu yang tidak terdengar begitu jelas karena jarak yang cukup jauh membatasi kita.
Ia berdiri dan menyuruhku memakai kembali pakaianku.
-
Saat aku pulang, aku cukup kecewa dengan fakta bahwa aku pulang dengan tangan kosong. Seharusnya, aku tidak bertingkah dan cukup memilih satu gaun. Namun, aku tak sanggup hati, karena aku tahu Shane pasti akan membayarnya untukku.
Dan aku tidak bisa menerima kemurahan hatinya lagi, sementang aku adalah kekasihnya. Ia sudah membeli kondo untukku, membantuku dalam masalah Jessica dan keluargaku. Aku sudah tidak sanggup menerimanya lagi.
Aku mendesah kesal pada diriku sendiri. Membuka lampu sambil melepaskan sepatuku, aku memasuki ruang tamu dan menemui sofa panjang di tengahnya dipenuhi dengan paper bag dari butik-butik bermode yang tadi kukunjungi.
Aku membuka isinya dan benar, isinya adalah segala hal yang kukenakan tadi. Dengan segera, aku mengeluarkan ponselku dari tas dan menghubungi Shane.
"Shane!" sapaku dengan nada tinggi.
Sebelum ia bisa memberikan balasan, aku kembali melanjutkannya dengan omelan dan ceramah. Setelah beberapa menit, aku pun berhenti.
"Er, jadi, aku cuma berpikir semuanya bagus dan aku tidak bisa memilih. Jadi--- beginilah." jelasnya. Aku menghela nafas.
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa aku senang, karena ia sebenarnya sedang menghadiahiku dengan gaun-gaun indah yang tidak mungkin kudapatkan dengan pendapatanku sendiri.
Namun, tidak benar juga untuk menghambur-hamburkannya seperti ini. Apalagi, hanya karena alasan 'Aku tidak bisa memilih'.
"Michelle..."
Aku diam sejenak sebelum memutuskan untuk mengatakan pada Shane bahwa kita membicarakan tentang ini besok.
-
Hal pertama yang dilakukan Shane untuk meluluhkan hatiku adalah dengan menunggu di depan rumahku. Dan yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa jam masih di bawah angka sembilan dan Shane sudah bangun.
Aku menyembunyikan senyum puasku karena sudah berhasil membangunkannya tanpa dipaksa.
Ia bersandar pada mobil hitam berlogokan maserati sambil berpose layaknya supermodel dengan kacamata hitam.
Rambut emasnya diterpa oleh sinar matahari pagi, yang membuatnya terlihat bahkan lebih menawan dari supermodel.
Ketika ia melihatku, ia langsung berjalan ke arahku tanpa ada sedikit pun sisa arogansinya di setiap postur dan langkah.
![](https://img.wattpad.com/cover/6585062-288-k653342.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Private Secretary
RomanceMichelle Kane adalah seorang sekretaris berkualifikasi di pagi hari dan seorang penari telanjang di malamnya. Ia selalu menopengi dirinya setiap kali mengerjakan pekerjaan gelapnya karena ia ingin mendapatkan hati rekan kerjanya, Albert Hall. Namun...