_Dia yang memulai, tetapi dia pula yang mengakhiri. Sungguh, apa yang diinginkan oleh anak itu?_
Bagaimana aku harus menutupi perasaan ku yang membara, saat tubuhku seperti sedang terbakar dengan tanaman api Ibuki.
"Celaka" pikirnya. Lelaki bermata hitam pekat itu telah kalah dengan anak laki-laki yang selalu mencemooh dirinya. Ingin sekali ia memberitahu perasaan yang ada pada hatinya. Hatinya sangat sesak dengan perasaan yang telah membuatnya menyesal, tetapi ia tak tahu bagaimana agar anak itu merasakan apa yang dirasakan olehnya.
Setetes air mata mengalir pelan setelah mata yang memerah menahan air mata yang mendanau di kelopak mata anak itu. Senyuman kecil terukir di wajahnya. Ia tahu bahwa kenangan yang ia buat sangatlah berharga, tetapi ia masih enggan untuk meneruskannya. Senyuman itu terlepas dari genggamannya. Terlihat anak itu berbalik badan dengan rambutnya yang berkibaran kacau tertiup angin.
"Senang bertemu denganmu lagi"
Pria itu berlari sekencang - kencangnya. Tak peduli dengan penampilannya yang kacau tertiup angin dan wajahnya yang sudah basah oleh peluh dirinya. Laki-laki yang ia selalu ingin lindungi berada tepat di depan hatinya mengetuk untuk masuk. Tentu saja ia membuka pintunya lebar dan mempersilahkan laki-laki itu tinggal di hatinya.
"Me too Sicheng, me too."
-----------------------------------------------------
First serious story :)
Vomment pls ㅋㅋㅋㅋ
KAMU SEDANG MEMBACA
Departures
Fanfiction"Jika kebahagiaan adalah sebuah pilihan, mengapa aku masih merasakan kesedihan." Ucap Winwin murung. Setelah sekian lama memendung semua bagian dari perasaannya, Winwin tetap tak ingin membuka hatinya kepada pria yang menatap manik Winwin yang sayu...