chapter 6

2.9K 176 1
                                    

The Preman sedang berada di rumah Cella. mereka disuruh para orang tua untuk kumpul disana. mereka tidak tau apa yang akan dibicarakan oleh para orang tua.

"jadi..." John, papa Tamara membuka suara.

"kenapa kita dikumpulin sih? mau rapat apa? kenaikan uang jajan?" tanya Cella dengan mata berbinar.

"serius?" tanya Monic, Zara, Tamara, Gita dan Deni dengan mata berbinar.

"apaan sih? siapa yang uang jajannya mau naik?" tanya Stella.

"jadi? ngapain kita dikumpulin? kayak mau kampanye aja" ucap Tamara.

"kalau ngak penting kita ke kamar Cella aja" ucap Zara membuat Cella melotot.

"enak aja, kalau lu pada masuk kamar gue yang ada ancur tu kamar" gerutu Cella.

"ekhem" Kenneth, papa Monic berdehem.

"aduh, langsung bilang aja napa sih?" tanya Farah, mama Zara.

"hooh, bertele-tele amat" timpal Lisa, mama Denilla.

"jadi, kalian mulai besok harus bertobat. cat warna rambut kalian kembali seperti semula. sepatu kalian mulai besok udah harus warna hitam. harus bawa buku yang lengkap menurut pelajaran ke sekolah" ucap Hannah, mama Gita.

"tunggu-tunggu. ngak salah denger kan?" tanya Deni sambil megorek telinganya dengan jari.

"bercandanya jelek loh tan" ucap Tamara.

"hooh, bercandanya galucu" tambah Gita.

"siapa yang bercanda sih?" tanya Stella.

"lah terus?" tanya Cella.

"mulai besok kalian harus turuti peraturan sekolah. mama sama tante-tante semua udah sepakat. kalian bertobat atau mama masukin kalian ke pesantren selama 3tahun. ditambah kalian tinggal di rumah opah Baron selama 1tahun" ucap Stella final.

The Preman hanya mengangguk lesu. jika mereka masuk pesantren maka mereka tidak akan bebas lagi. dan jika mereka tinggal di rumah opah Baron, ayah angkat para orang tua The Preman. mereka akan nangis tujuh hari tujuh malam.

pasalnya opah Baron sangat tegas, disiplin dan bijaksana. jika ada kesalahan sedikit saja dimatanya maka siap-siap kena hukuman yang tak pernah terfikirkan. seperti bersihin toilet universitas milik opah Baron. atau ngebersihin selokan komplek. bahkan membersihkan genteng dengan sikat gigi.

The Preman tau dari sepupu Zara yang pernah tinggal di rumah opah Baron. sangat mengerikan.

"tapi kita belum beli sepatu, terus cat rambutnya... kita ke salon aja sekarang" ucap Gita membuat The Preman girang mendengar nama salon.

"ini sepatu kalian" entah darimana Stella mengeluarkan 6box sepatu. mereka mengambilnya dan melongo melihat sepatu itu.

"loh, itam semua. jelek banget, papa!" rengek Zara.

"huaa masa harus pake sepatu ginian sih? warna lain kek" Monic cemberut.

"tobatnya nanti aja kelas duabelas kayak yang dibilang Deni" ucap Tamara dengan wajah ditekuk.

"iya, tobatnya kelas duabelas aja" kompor Deni.

"ih, lagian kenapa sih tiba-tiba nyuruh tobat? kalian dapat pencerahan dari mana? papa, ngomong dong" rengek Cella.

"aduh Cella, papa juga ngak berani sama mama kamu" bisik Robert membuat Cella semakin cemberut.

"udah, pokoknya kalian ngak usah tau kami dapat pencerahan dimana. intinya harus taat peraturan sekolah dan bertobat" ucap Meilisa, mama Monic.

"yaudah, kita ke salon sek--" ucapan Cella terpotong.

"cat rambut kalian sendiri. ini cat rambutnya" Jane, mama Tamara memberikan sebuah kantung plastik yang berisi pewarna rambut.

"oke, bubar. kalian cat rambut kalian sampe selesai baru pulang" ucap Farah.

The Preman masuk ke kamar Cella dengan wajah ditekuk. rambut yang baru mereka ombre beberapa hari yang lalu terpaksa mereka cat lagi.

"noh" Monic membagikan cat rambutnya satu orang satu pack.

mereka mulai acara cat mengecat rambut mereka. mereka sudah mahir mengecat rambut sendiri. karena jika sedang malas ke salon atau ada acara mendadak mereka akan mengecat rambut mereka sendiri.

"kesel bet gue. nama baik The Preman mau taruh dimana?" tanya Gita dramatis.

"hooh, fix pasti para emak-emak habis ketemu pak ustad" ucap Deni.

"pasti itu" kompor Zara.

"tapi masa sih ketemu pak ustad? para emak-emak kan pergi salon bukan mesjid. masa iya sih pak ustad ke salon?" tanya Cella.

"bodoamat deh intinya besok aduh gatau lagi muka gue taruh dimana" ucap Tamara.

"fix genks kita harus ganti nama" ucap Monic.

"iya, kita harus ganti nama" tambah Gita.

"ganti nama jadi apa?" tanya Zara.

"The Alim?" tanya Tamara. mereka menggeleng.

"The Culun?" tanya Deni. mereka menggeleng dan menoyor jidat Deni.

"Preman Tobat?" tanya Cella. mereka semua menatap Cella lalu mengangguk.

"bagus namanya!" teriak Monic.

"keren sip" ucap Zara.

"siap Preman Tobat" ucap Tamara.

"boleh la" ucap Deni.

"ntaps jiwa" ucap Gita.

"Preman Tobat kita resmikan secara adil dan manusiawi. dan inilah kita sambut PREMAN TOBAT" teriak Cella dengan wajah diangkat ke atas.

"aaaa PREMAN TOBAT!!!!" teriak Deni, Gita, Zara, Monic dan Tamara seakan-akan mereka adalah fans dari The Preman eh maksudnya Preman Tobat.

"jeng jeng jeng jeng jeng jeng jeng jeng" Monic melontarkan lagu pernikahan. *kalian pasti tau la lagu pernikahan yang jengjengjeng*

"ini bukan kawinan pea" Tamara menoyor kepala Monic.

"lo pernah kelilipan kulkas kagak?" geram Deni.

"pen banget gue selekin lo meja" ucap Gita.

"jeng jeng jeng" Zara melontarkan lagu upin ipin yang mereka nyanyi untuk biji matahari mereka tumbuh. yang saran dari meimei. *okesip keluar naskah*

"jeng jeng jeng" semuanya ikutan menyanyikan lagu absturd upin-ipin itu.

dan berakhirlah dengan Preman Tobat yang menyanyikan lagu-lagu tidak jelas dengan kata-kata jeng jeng jeng.

TBC

HOHOHO

ingat Vote Commentnya

makasih:*

The Preman Tobat #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang