Pagi-pagi Cara sudah berangkat dari rumah. ia meninggalkan Zara yang masih memeluk gulingnya dengan air liur yang masih menetes.
Hanya butuh waktu 15menit untuk sampai di sekolah. karena masih pagi dan sedikit kendaraan yang berlalu lalang.
Cara turun dengan angkuhnya. hanya ada sedikit murid yang sudah datang. tapi Cara melihat Cella dan Monic yang berdiri di koridor.
Cara berjalan menghampiri mereka. tanpa basa-basi Cara memberikan ponselnya kepada Cella dan Monic. mereka yang terkjut pun langsung melihat ponsel Cara.
"sial" umpat Cella setelah melihat isi ponsel Cara.
"maksudnya Denilla dia jahat?" tanya Monic dengan ragu.
Cara mengangguk sekali. hanya sekali. dan dengan anggukan sekali itu Monic mengerti segalanya. sangat langkah otak Monic bisa bekerja secepat itu.
"argh" Cella menggepal tangannya lalu berjalan pergi.
"Cella!" teriak Cara untuk mencegat Cella.
"stop Cella!" teriak Cara final membuat Cella berhenti tapi tidak menoleh.
"dia licik, tapi kita harus lebih licik" ucap Cara.
"Gita dimana?" tanya Monic.
"shit" kini Cara yang mengumpat. ia berjalan ke parkiran. Cella dan Monic langsung menyusulinya. tepat mereka membuka pintu mobil, Zara turun dan menghampiri mereka.
"lo kok tinggalin gue sih?" tanya Zara ke Cara. Cara tidak menghiraukannya dan langsung memasuki mobilnya.
Cella dan Monic pun ikut masuk ke mobil masing-masing. sebelumnya Cella juga memberi kode ke Zara agar mengikuti mereka. dan untungnya Zara mengerti kode dari Cella.
Cara membawa mobil seperti kesurupan. Cella, Monic dan Zara sedikit kesusahan menyusuli mobil Cara.
Cara menelepon seseorang. "bajingan lo ya!" maki Cara saat telepon itu tersambung.
"udah tau kan siapa yang menang?" ucap orang dari sebrang telepon.
"mana Tamara?" tanya Cara dingin.
"h..halo?" itu suara Tamara.
"sialan lo ya" ucap Cara.
"sorry" suara Tamara bergetar. Cara langsung mematikan telponnya. dan menyambungkan telepon ke Cella, Monic dan Zara.
"Monic, berhenti sekarang. cek lokasi mereka. kalau udah tau share lokasinya ke gue" ucap Cara sambil melirik spion. ia melihat mobil Monic mulai berhenti di pinggir jalan. itu artinya otak Monic berjalan.
"Cella lo tetap ikut gue. Zara lo tetap ready ya" setelah itu Cara menutup sambungan teleponnya. tak lama kemudian ia mendapatkan lokasi Denilla dari Monic.
Cara tau Monic bisa diandalkan dalam hal darurat. Cara sampai dilokasi yang dikirim Monic. Cella dan Zara pun sampai. itu sebuah rumah tua.
Cara, Cella dan Zara berjalan masuk ke dalam. dengan langkah tidak ragu-ragu.
Cella mendobrak pintu rumah itu. terbuka, tapi rumah itu seperti tak berpenghuni.
"pencar" pinta Cella.
"jangan" interupsi Cara membuat Cella dan Zara berhenti.
"jangan pencar, dia licik" ucap Cara. Cella dan Zara setuju dengan Cara.
mereka bertiga berjalan mengelilingi gedung tua itu. tidak ada siapapun. rumah ini benar-benar seperti rumah kosong. sampai mereka melihat pintu berwarna coklat tua, kusam.
"dobrak?" tanya Cella. Cara dan Zara mengangguk.
Cella mendobrak pintu itu. terbuka, telihat Gita diikat, Denilla duduk disebelah Gita dengan pistol ditangannya, dua orang berbadan besar berdiri tegap di sisi kanan dan kiri ruangan itu, Tamara berdiri dibelakang Denilla dengan kepala menunduk.
"you're smart Cara but not at all" ucap Denilla.
"damn it" umpat Cara saat ingat dengan Monic.
"lepasin Gita!" ucap Zara.
"okay, setelah pistol ini gue tembakkan ke kepalanya. gue lepasin" ucap Denilla.
"Tamara.." ucap Cella membuat Tamara menaikkan kepalanya. ia menatap Cella sendu.
"lo sama jahatnya dengan Denilla. awalnya lo kira lo berdua sahabat gue. gue kira kita udah kayak keluarga.." lanjut Cella.
"diam!" bentak Denilla memotong kata-kata Cella.
Denilla berdiri, mendekati Cella. jarak mereka hanya 3centi.
"itu dulu, sebelum Leo mati" ucap Denilla dengan suara halus membuat semua orang diruangan itu terkejut. bahkan Tamara pun sama terkejutnya.
"ngak ada hubungannya sama Leo Denilla!" bentak Cella.
plak.
Denilla menampar Cella. Cella diam, tidak ingin membalasnya. Cella masih tidak bisa percaya semua ini nyata.
"lo bukan Denilla yang gue kenal" bisik Cella.
"INI SEMUA KARENA DIA!"
DOR.
Bukan Gita yang tertembak. Tamara yang tertembak. ia menyelamatkan Gita. Zara, Cella, Cara, Gita bahkan Denilla masih belum percaya Tamara menyelamatkan Gita.
"Tamara!" sampai suara Dave terdengar barulah mereka sadar dan menghampiri Tamara.
bukan hanya Dave yang datang. Monic, The Boys dan polisi datang. Denilla dan dua orang berbadan besar ditahan oleh polisi. The Boys melepaskan ikatan Gita dan ada yang menelepon ambulans. Dave dan The Preman menghampiri Tamara.
"sorry guys, i love you all" ucap Tamara lemas.
"Tamara" Gita memeluk Tamara. darah Tamara bercucuran.
"sorry Git, gue jahat" ucap Tamara terbata.
"lo kuat Tam lo kuat" Gita menangis. Zara, Monic, Cella bahkan Cara pun menangis. Dave juga.
"gue ngak ku.....at" detik itu juga Tamara menutup mata. The Preman meneriaki nama Tamara. The Boys panik. Dave menendang kursi.
"Tamara!" semuanya menangis.
"detak nadi berhenti" ucap Cara yang mengecek nadinnya.
"shit" teriak Dave.
heyo
wkwkwkwkw
udah lama ngak update
akhirnya update
vote comment ya
ayay thankyou:*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Preman Tobat #Wattys2018
Teen FictionThe Preman. terdiri dari 6orang. mereka adalah troublemaker. walaupun begitu, mereka mengenal arti persahabatan yang sesungguhnya. tapi, bagaimana jika 6 troublemaker disekolah tobat mendadak? troublemaker yang selalu melanggar seluruh peraturan ya...