02.

170 11 2
                                    

Iqbaal baru saja selesai mengerjakan tugas remedial di perpustakaan. Sekarang, dia sedang berjalan menuju kelas. Namun, ...

"E-eh," ucap Iqbaal sambil menahan langkahnya. Ia hampir saja menabrak seorang siswi yang sedang memainkan jari di atas layar ponsel. Siswi itu juga menghentikan langkahnya ketika sadar beberapa sentimeter lagi ia akan menabrak seseorang.

"Maaf, maaf," ucap siswi itu sambil menoleh kepada Iqbaal. "Eh, Iqbaal?"

"Lah? Temen duet Nandos?" Iqbaal cukup kaget bahwa siswi itu adalah Zidny.

"Nama gue Zidny," ucap siswi yang ternyata adalah Zidny dengan mimik wajah datar.

"Males gue manggil pake nama lo, kependekan."

"Dih. Aneh," kata Zidny dengan muka tanpa ekspresi. Namun, tak lama kemudian, tawanya kembali terdengar nyaring.

"Kalo ketawa jangan telat, tar dihukum pak kesiswaan." Kali ini, Iqbaal yang memasang wajah non-ekspresi.

Mendengar perkataan Iqbaal, lagi-lagi Zidny tertawa. "Lo ikutan stand up comedy sono!"

"Yang ada gue dilempar pake sampah kalo ikutan acara gituan. Garing."

"Nething. Gue aja ketawa, kok."

"Itu mah lo-nya aja yang receh," kata Iqbaal terus terang.

Zidny mengerucutkan bibirnya.

"Oh ya, Zid! Gue baru inget. Kejadian kemarin harus gue bayar pake apa?"

"Oh, iya. Eh, tapi nggak apa-apa kok, Baal. Gue ikhlas. Nggak usah dibayar."

"Jangan gitu, lo kan udah ngomong kemarin. Btw, hp lo sekarang di mana?"

"Lagi diservis. Untungnya, gue bisa pake garansi."

"Syukur, deh. Jadi, gue harus ngapain, nih?"

"Ngapain, yah?" Zidny pun terlihat serius berpikir. "Oh, gue inget! Pulang sekolah, gue sama Nandos mau makan bakso yang baru launching kemaren-kemaren itu, loh. Gue lupa nama tempatnya tapi kata orang, tempat makan itu reccomend banget! Kalo lo punya duit banyak, lo ikut kita terus traktir HEHE. Kalo lo lagi bokek, sih, nggak usah maksain."

"Kapan, sih, Iqbaal bokek," ucap Iqbaal sambil bergaya sok cool. "Oke, gue bakal ikut kalian pas pulang sekolah."

"Najis banget gayanya. Ya udah, ntar lo bilang sendiri aja ke Nandos. Sekelas, kan?"

Iqbaal mengacungkan kedua jempolnya. "Sip. Gue ke kelas, ya, Zid."

"Iya. Gue juga mau ke kelas. Bye!"

Iqbaal pun berjalan berlawanan arah dengan Zidny karena kelas mereka yang memang berbeda gedung. Baru beberapa langkah ia berjalan, bel masuk setelah istirahat ke dua berbunyi. Alhasil, Iqbaal berlari secepat yang ia bisa karena dia hampir lupa bahwa guru yang akan mengajar di kelasnya pada saat itu adalah guru yang selalu datang ke kelas tepat waktu--malah lebih cepat lima menit sebelum bel--dan tidak segan-segan menghukum muridnya yang terlambat masuk kelas, bahkan telat satu menit pun.

***

"AKHIRNYA BERES JUGA!" teriak Iqbaal, kira-kira lima menit setelah Aldi berpamitan dengannya.

Kamu [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang