Bagian 9: Tanda tanya

43 10 1
                                    

Pagi hari yang agak mendung menyambut hari Nisel. Hari ini ia naik buss setelah ngotot dengan pendiriannya untuk naik buss setelah kakinya agak sembuh sehabis di urut oleh mbah ijah (tukang urut langganan Fani) dan merasa kini kakinya lebih baik.

Setelah beberapa menit kemudian buss yang di tumpangi Nisel sampai di halte yang tak jauh dari sekolahnya. Nisel turun sambil mendengarkan musik kesukaannya yaitu 'Everytime- Chen(exo) ft Punch'.

Rasanya bagai di drama korea yang sering di tonton Nisel, Nisel turun dari buss dengan wajah menunduk dan menabrak dada bidang seseorang. Nisel seperti mengetahui sang pemilik sepatu dan seketika nisel mengangkat kepalanya dan.

deg deg deg deg deg

Jantung nya berpacu menjadi cepat, pipinya memerah merona, dan ternyata yang ia lihat adalah William Jhonson dengan jarak beberapa senti saja dari wajahnya, ditambah lagi senyum tipisnya yang membuat wajah Nisel semakin memanas.

"Nisel lu gak apa-apa?" Intrupsi william yang membuat khayalan Nisel buyar seketika.

"Hah?" jawab nisel masih belum sadar dan itu membuat William gemas, William pun mencubit pipi nisel sambil ketawa-ketiwi.

"Ihhh sakittt tauuu." Kata Nisel sambil melepaskan cubitan tangan William di pipinya dan itu membuat William makin gemas.

"Abisnya lucu banget si, bengang-bengong kaya sapi pengen di potong." Jawab William sambil cekikikan.

JEDERRR

Guntur berbunyi dari langit membuat William yang sedang cekikikan berhenti dan memandang langit yang kini mengeluarkan tetesan airnya yang perlahan menjadi besar.

William membuka almetnya dan menyampirkannya ke kepala Nisel dan kepala nya sendiri lalu seperti memberi kode dengan menganggukan kepalanya mereka berdua berlari menerobos hujan yang kian deras. Sebenarnya Almamater itu tak sepenuhnya menutupi kepala William, ia hanya menutupi kepalanya sedikit yang membuat kepalanya basah.

Mereka sampai di depan gerbang dan berteduh di pos satpam karena hujan yang kini sungguh deras.

"Will lu gimana si, kepala lu kenapa gak ditutupin si, kan jadi basah. Nanti kalo sakit gimana?" Tegur Nisel yang membuat William tersenyum tipis.

Nisel mengambil saputangannya dan mengeingkan kepala William yang basah.

"E-cie cieeee uhuy ada yang lagi berduaan nih. Awas lohh yang ketiga setan." Kaya pak Imron nimbrung.

"Iya yang ketiga setan, elu dong setannya pak hahaha." Jawab Nisel sambil tertawa heboh.

"Bisa aje lu kutil Zebra. Nih gue pinjemin payung, tapi balikin ye. jangan gak dibalikin gue gaplok muka lu kalo gak dibalikin." Kata pak Imron sambil memberikan payung kepada Nisel.

"Iye, makasih ye pak Imron, tumben lu baik sama gue. Udah ya pak, udah masuk nih kayanya." Kata Nisel lalu mereka pun menerobos hujan kembali bersama payung pak Imron yang bisa dibilang kecil ini karena payung ini membuat Nisel dan William agak berdempetan.

*********

Setelah sampai di kelas Nisel, William pun pergi ke kelasnya. Hari ini Metha tak masuk karena katanya kurang sehat, padahal Nisel mau mengajak Mwtha belajar bareng di rumah William namun gagal.

Hari ini pengumuman hasil ulangan matematika. Semua murid berdebar menantikan nilai siapa yang tertinggi.

"Ya anak-anak ibu ingin membagikan ulangan matematika yang kemarin kalian laksanakan. Namun ibu ada yang ibu sampaikan, bahwa lomba matematika tidak jadi kita ikuti dikarenakan guru-guru sedang mengurus kelas 12 yang sebentar lagi akan ujian, kepala sekolah takut yang mengikuti lomba tidak bisa di ajari secara rutin dan malah membuat nama sekolah jelek saja. Untuk itu lomba matematika yang akan kita ikuti dengan berat hati kita tidak jadi mengikutinya." Ujar bu Joyec membuat beberapa anak bernafas lega.

This is LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang