Chapter 12: Samar-samar

11 2 0
                                    

Cinta itu bukan perihal untuk memiliki, namun cinta itu bagaimana kita bisa melihat dia dengan tersenyum lebar walaupun tersenyun bersama orang lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
This
.
.
.
.
is
.
.
.
.
.
.
Luka
.
.
.
.
.
.
Bel istirahat berbunyi menandakan pelajaran super membosankan berakhir, anak-anak bersorak gembira saat bell itu berdering. Dengan cepat mereka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah mengamuk minta diisi, meninggalkan Nisel beserta tatapan kosongnya.

"Sel lu kenapa si? dari tadi bengang-bengong kaya ayam mau dipotong." Tanya Metha heran.

"Nggg-ngak papa kok." jawab Nisel gagap.

"Kamu pasti mikirin masalah aku dan william kan?" Jawab Willin tepat sasaran.

"Ngg-nggak k-kook, santai ajja." Jawab Nisel kembali gagap karena ketauan.

"Udah ngaku aja, ngeles mulu kaya bajaj, dari tadi kan muka lu murung abis ngeliat william di lorong tadi." Kata Metha ceplas-ceplos.

"Sok tau lu kaya dukun." Jawab Nisel.

"Emm, gusy. Sebenernya--"

"Sebenernya gue laper lin, yuk ah ke kantin, lama bet lu pada, gak denger apa perut gue udah demo minta diisi." Kata Metha memotong ucapan Willin, membuat mereka bertiga akhirnya pergi ke kantin untuk memenuhi rasa lapar mereka.
.
.
.
.
.
.
Kantin Sekolah

Mereka duduk diantara anak-anak yang ramai sekali, mereka bertiga duduk dimeja panjang dan Metha seperti biasa yang membelikan sahabatnya makanan namun bedanya kali ini Willin ikut serta bersama Metha membeli makanan.

"Tumben William ngak ngapel lu Sel?" Tanya Metha yang sudah membawa makanan mereka kepada Nisel yang sedang termenung di meja kantin.

"Sel." Intrupsi Metha namun tidak mendapatkan jawaban dari Nisel.

Metha memberi tatapan bingung kepada Willin, namun dibalas angkatan bahu seperti Menggambarkan Willin 'Gak tau'.

"Woy."

"Woy!"

"Sel ada William Sel." Teriak Metha sambinl menggoyang-goyangkan badan Nisel yang membuat Nisel terkejut sekaligus bingung mencari keberadaan sang empu yang dikatakan oleh Metha.

"Hah mana?" Tanya Nisel bingung.

"Cie nyariin, Cie...." Goda Metha.

"Apaan si mabok micin lu yak?" Kata Nisel lalu melanjutkan acara makan mereka dengan sunyi senyap.

SKIP

Mereka masuk kelas dan melanjutkan pelajarannya, tak terasa pelajaran hari ini sudah selesai ditandai dengan bunyi bel yang berdering tanda pelajaran bu Denisa sudah usai.

Murid-murid yang lain berhamburan ke luar saat bu Denisa keluar kelas, namun Nisel, Metha, dan Willin belum beranjak dari mejanya karena masih berkutat dengan barang-barangnya yang masih berantakan di mejanya.

"Sel hari ini lu balik sama William gak?" Tanya Metha karena tak melihat tanda-tanda adanya William di depan kelas seperti biasanya.

"Ngak tau Meth." Jawab Nisel.

"Lu deket sama William?" Tanya Willin.

"Beh bukan deken lagi lin mereka kan udah klop banget deh, satu sekolah udah tau sama mereka yang kaya romeo and juliet." Kata Metha.

"Dih apaan si lu Meth, pitnah aje." Kata Nisel.

Tak lama setelah itu ada seorang siswa yang mengintrupsi mereka bertiga memberitahu bahwa supir Metha sudah sampai dan menunggu di depan, membuat Metha meninggalkan ruang kelas dan beranjak pulang ke rumah meninggalkan Nisel dan Willin yang diam membisu.

"Sel, gue boleh ikut ke rumah lu gak? aku bosen dirumah mama dan papa lagi gak dirumah." Tanya Willin.

"Boleh Lin, yaudah yuk kita pulang." Kata Nisel lalu pergi meninggalkan ruang kelas, namun tepat saat mereka di depan kelas William datang dengan tergesa-gesa.

"Maaf ya telat tadi pak budi kasih tugas dulu soalnya." Kata William kepada Nisel dengan nafas terengah.

"Yaudah yuk pulang, udah sore." Kata Willin dibalas anggukan dari Nisel.

Mereka berjalan beriringan lebih tepatnya Nisel dan William, entah mengapa William enggan untuk menatap Willin apalagi saat di dalam bus.

Skip

Mereka sampai di persimpangan jalan yang membuat arah mereka terpecah, karena rumah william di blok samping rumah Nisel, dan tak lama Nisel dan Willin sampai di rumah Nisel.

"Yuk masuk lin." Kata Nisel kepada Willin yang sedang memperhatikan sekitar dibalas anggukan Willin dan dia pun mengekori Nisel masuke ke dalam rumah Nisel yang sepi.

"Mama gue lagi arisan dan adek ikut jadi sepi." Kata Nisel dibalas ber'o' ria oleh Willin.

Nisel membuka kulkas dan menuang air dingin ke dalam gelas yang dia ambil menaruhnya di meja makan di depan Willin.

"Makasih." Kata Willin dibalas anggukan oleh Nisel.

Nisel pun ikut duduk di meja makan dan memulai percakapan dengan Willin.

"Emang bokap nyokap kemana lin?" Tanya Nisel kepada Willin.

"Lagi ngurusin cabang gitu deh pokoknya jadi super duper ribet dan mereka jarang banget di rumah apalagi pas gue tinggal di Surabaya." Jawab Willin dibalas oh oleh Nisel.

"Sebenernya gue kurang nyaman deket sama William." Tiba-tiba Willin bersuara ditengah keheningab yang terjadi.

"Hah kenapa? dia baik kok, emang keliatannya aja judes kaya ibu kos tapi aslinya dia baik kok gak gigit." Kata Nisel sambil tertawa.

"Sebenernya William benci sama gue."

"Hah kok bisa? lu kan baru aja pindah masa tau-tau dibenci aja kan gak lucu." Jawab Nisel bingung.

"Seb.....seb.... sebenernya...."

"Sebenernya apaan si? Lu ngomong patah-patah kaya goyangan Dewi Persik aja." Kata Nisel.

"Sebenernya kita...."

"Sebenernya kita...."


"Sebenernya.."

...
...
....
....
...
....
....
....
....
....
....
....
...
...
...
...
...
...
...
...
...
....
...

"Sbenernya William itu, mantan gue."

"Hah?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To Be Continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This is LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang