02: Menjadi Murid Baru

25 1 0
                                    

Menjadi murid baru bukan hal yang mudah bagi Leoni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjadi murid baru bukan hal yang mudah bagi Leoni. Pagi ini beberapa kesialan sudah menimpa dirinya. Mulai dari kesulitan mencari ruang kelasnya yang ternyata, setelah bertanya pada seorang guru, berada di gedung terdepan sekolah. Mencari teman baru? Lebih sulit lagi. Mencari tempat nongkrong yang baru? Duh, Leoni mau nongkrong dengan siapa kalau dia belum berteman?

Juga, dengan tampang pas-pasan seperti, pikir Leoni, mana mungkin ada yang mau berteman dengannya. Setidaknya, Leoni percaya dia tidak akan menjadi korban bully di sekolah barunya.

Bagaimana dengan cowok?

Leoni menggelengkan kepalanya. Mana ada cowok yang mau dengannya. Padahal biasanya cowok-cowok swasta ganteng-ganteng...

Gadis berambut hitam sebahu itu melihat-lihat sekelilingnya selama ia berjalan. Sekolah barunya sangat bagus. Bangunannya tinggi bertingkat tiga dan dicat dengan warna krem dan putih polos. Bangunan itu berdiri dengan kokoh seolah-olah mampu bertahan dari gempa dan tsunami sekaligus. Banyak pilar-pilar di gedung itu. Menurut Leoni, SMA barunya terlihat seperti bangunan Mahkamah Agung.

Ponselnya bergetar. Leoni menghentikan perjalanannya menuju kelas dan mengambil ponsel di sakunya. Ternyata itu Raka. Tapi kali ini Raka langsung mengirim pesan pribadi kepada Leoni.

Raka: gimana sekolah barunya? bagus?

Leoni mengangkat sebelah alisnya. Raka menjadi mencurigakan semenjak tadi malam. Cowok itu entah mengapa berubah menjadi lebih baik dari biasanya. Apa Raka sudah mendapatkan pelajaran dari hukumannya? Baguslah kalau begitu.

Baru saja Leoni akan mengetik balasan kepada Raka, seseorang menyenggol bahunya dari belakang sehingga ponselnya jatuh ke lantai koridor.

Kejadian itu terjadi begitu cepat.

Leoni terkejut bukan main. Jantungnya berdetak dengan cepat. Pasalnya, ponselnya itu baru saja dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahunnya bulan lalu. Bagaimana kalau ponsel itu hancur? Tamatlah Leoni.

"Waduh. Makanya jangan berhenti di tengah jalan, dong!" seru seseorang di belakang Leoni yang diyakini Leoni sebagai orang yang baru saja menyenggolnya.

Setelah memungut ponselnya dari lantai, gadis itu berdiri dan menghadap ke belakang untuk mengomeli cowok tidak tahu diri itu. Akan tetapi, Leoni sudah tidak melihat siapapun lagi. Gadis itu menoleh ke depan dan melihat seorang cowok sedang berlari kencang.

 Gadis itu menoleh ke depan dan melihat seorang cowok sedang berlari kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EndgameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang