01: 'Expelled'

44 1 0
                                    

Adeline Leonie Divanti.

Leoni membaca badge namanya pada jas almamater hitam khas sekolah barunya. Ia menghembuskan napas panjang, seketika melemas mengingat seragam SMA lamanya yang sudah disimpan di gudang oleh Mama. Gadis itu lalu melirik seragam atasan putih baru yang tergantung di sebelah almamater. Di bagian lengan seragam itu, terdapat sebuah pita melingkar berwarna abu-abu.

Tipikal sekolah swasta.

"Ya Allah, apa salah Leoni?" gumam gadis itu seraya menutup pintu lemarinya.

Gadis itu berjalan menuju tempat tidur dan menghempaskan badannya di atas kasur. Leoni menatap langit-langit kamarnya yang ber-relief kuno. Meski Leoni mencoba menyibukkan pikirannya pada relief itu, tetap saja pikirannya melayang ke betapa buruk nasibnya saat ini.

Karena suatu alasan, Leoni beserta keempat teman dekatnya dikeluarkan dari sekolah lamanya.

Leoni jadi ingat perkataan kepala sekolah lamanya di hadapan kedua orangtua Leoni juga orangtua-orangtua teman-teman Leoni. Kejadian itu baru minggu lalu, sehingga ingatan itu masih segar di kepala Leoni.

"Saya harap para orangtua yang hadir mengerti. Dan untuk kenyamanan kita bersama, sebaiknya anak-anak kita didaftarkan ke sekolah baru yang berbeda-beda."

Waktu itu, salah satu teman Leoni, Raka langsung berdiri dari kursinya dan menentang kepala sekolah mereka. "Bapak gak bisa gitu, dong!" sungutnya kesal.

Kedua orangtua Raka langsung menarik kembali putra mereka untuk duduk. "Raka!" seru ayahnya sambil melotot. "Kamu jangan gak tahu diri, ya. Sudah dikeluarkan dari sekolah, bukannya malu, malah ngelawan lagi."

Kemudian, Leoni menatap kepala sekolahnya yang berkumis tebal itu dan ikut menimpali, "Raka bener. Bapak gak punya hak buat nentuin dimana kita bakal sekolah setelah ini."

"Memang, saya tidak punya hak," jawab kepala sekolah bernama Hasan itu. "Tapi saya tahu kemana kalian akan pergi setelah ini: SMA swasta. Jadi, SMA swasta di Jakarta itu kan banyak. Menurut saya, kalian harus dipisah agar tidak membuat onar lagi."

"Kita gak pernah buat onar," kata Raka lagi. Cowok itu memandang ketiga temannya yang lain, yang dari tadi hanya diam. Setelah sadar ia tidak mendapat dukungan untuk menentang, Raka hanya berkata, "Bapak doang yang gak percaya."

"Oh, ya?" Pak Hasan mengangkat kedua alisnya. "Aksi vandalisme tiga hari yang lalu bukan ulah kalian?"

TRIING

Leoni tersentak begitu ponselnya berdering dengan keras, membuat ingatan itu seolah musnah begitu saja. Gadis itu meraih ponselnya yang ada di samping bantal dan membaca notifikasi.

Baru saja diingat, Raka sudah memberi pesan singkat di grup LINE mereka yang berisi 5 orang.

Raka: Woi nntn spiderman kuy

Raka: Btw nama grup kita yg baru super bgt kan

Raka: READ DONG WOI BERASA JOMBLO GUAH

Leoni tersenyum begitu sadar bahwa Raka baru saja mengganti nama grup mereka menjadi "ANAK-ANAK BARU". Gadis itu lalu mengetik balasan.

Leoni Divanti: lah kan emg jomb :)

Raka: dsr lu lele jeleq

Leoni: y rak..sepatu :)

Marsha: kuy nntn

Raka: si arya lagi off nih ntar gue jemput aja dia

Raka: jam 4 sore harus udah dsn ya semua

EndgameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang