DFH-1

6.2K 399 95
                                    


Happy Reading Minna-san 😘

---

Hinata dengan terburu-buru berlari di koridor kampus Universitas tempatnya kuliah saat ini, mengabaikan rambutnya yang acak-acakan akibat angin, yang ada dipikirkannya saat ini hanyalah nasib dirinya jika terlambat mengikuti bimbingan. Yah takut terlambat mengikuti salah satu bimbingan dosen killer kelas kedokterannya pagi ini. Menjadi mahasiswa tingkat akhir memang adalah masa-masa paling sulit untuk seorang mahasiswa.

"Sakura-chan!" Teriaknya pada sang sahabat yang juga mengambil jurusan yang sama dengannya. Nafasnya terengah-engah karena berlarian ditengah koridor kampus.

"Ada apa Hinata? Kau terlihat seperti baru saja melihat hantu." Hinata tak menjawab, dirinya masih berusaha menetralkan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat karena berlari.

"Ap-apa Anko sensei sudah datang?" Tanyanya, dia buru-buru membongkar tas selempangnya, mengambil buku untuk bimbingannya hari ini.

"Jika saja seperti itu, aku sudah dari tadi di dalam kelas Hinata. Lagi pula Anko sensei sepertinya berhalangan datang hari ini." Ujar Sakura santai, Hinata hanya melongo tak percaya mendengar ucapan santai sahabatnya itu.

"Apa?!! Ya Tuhan." Menarik nafas dalam, Hinata memejamkan matanya sejenak, kepalanya pusing memikirkan tentang bimbingannya. Memang seperti itukan nasib seorang mahasiswa, dosen telat mahasiswa sabar menunggu, mahasiswa telat dosen sibuk menggugu.

***

"Maaf Naruto-sama, tuan Putri Ayuki tak ingin memakan makanannya, lagi."

Kembali membuang nafasnya pelan, lelaki berambut kuning itu sedikit memijit batang hidungnya, ucapan pelayan yang memberitahu tentang aksi mencari perhatian putrinya itu lagi-lagi membuat konsentrasinya pecah.

Anak semata wayangnya itu memang selalu berbuat hal-hal yang membuat ayah muda itu sedikit kewalahan, terkadang dirinya dibuat bingung akan tingkah anaknya sendiri. Semenjak perceraiannya dengan mantan istrinya, Anaknya itu menjadi sangat manja padanya.

"Papa.." Matanya melirik kearah pintu yang memperlihatkan sebagian wajah imut putrinya. Suara lirih yang terdengar sedikit takut itu membuat amarahnya yang muncul hilang begitu saja.

Dirinya berdiri dari kursi kebesarannya, sepertinya malam ini dia harus berhenti menggambar dan berhenti memikirkan konsep-konsep desain interior yang akan dibuatnya saat ini.

"Anak papa kenapa tak mau makan?" Tanyanya lembut pada sang anak, ia berlutut didepan tubuh putrinya untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya walau tetap saja mengharuskan tubuhnya membungkuk.

"Ayuki-chan mau makan sama papa." Cicitnya pelan, mengerjapkan beberapa kali mata bulat yang terlihat sedikit berair itu. Sangat menggemaskan.

Naruto yang tak tahan dengan kegemasan anaknya itu mengacak lembut rambut pirang sang anak. Tangannya dengan cepat menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya, memberikan ciuman berkali-kali dipipi tembem gadis kecil menggemaskan itu.

"Hihi sudah papa, Yuki-chan geli."
Tak memperdulikan ucapan sang putri, Naruto masih saja menciumi seluruh wajah putrinya yang dapat ia jangkau.

"Papa belhenti, hihii ampun."

"Papa akan berhenti, jika anak papa mau makan." Balasnya yang masih terus menciumi kedua pipi anaknya.

Dengan semangat 45, gadis mungil menggemaskan itu menganggukkan kepalanya. Membuat Naruto lagi-lagi tersenyum senang, dia kemudian berdiri dan menarik tangan putrinya untuk berjalan kearah meja makan.

Dear Future Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang