Happy Reading Minna-san. 😘
---
"Moshi-moshi, ada apa Sakura?"
***
"Bagaimana presentasi pelatihanmu?"
Sakura bertanya setelah terdiam. Beberapa puluh menit yang lalu, gadis bersurai bak permen kapas itu mengajak sahabat indigonya untuk makan siang sekaligus berbicara ringan mengenai pekerjaan mereka.
Mereka memang tak lagi memusingkan hal mengenai kuliah atau lain sebagainya yang membuat mereka jatuh bangun selama ini, namun yang membuat mereka saat ini tak kalah pusingnya dari kuliah kedokteran ataupun bimbingan skripsi dengan dosen killer adalah pekerjaan mereka, hal yang selama ini mereka idam-idamkan untuk mendapat gelar berharga itu. Dan terlepas dari gelar berharga tersebut, mereka tahu, bahwa ada kewajiban dan tanggung jawab besar yang harus mereka junjung tinggi untuk menjadi seorang dokter profesional.
Terlebih pada gadis berambut indigo itu yang baru saja menyelesaikan presentasinya, menunjukkan hasil pelatihannya selama ini pada dokter-dokter senior terlebih pada dokter kepala bagian E.R (UGD) yang ada dirumah sakit tersebut. Menunjukkan kemampuannya, bahwa dirinya layak untuk menjadi bagian dari tenaga medis di rumah sakit elite Jepang tersebut dan bisa mendapatkan lisensi dokternya, sehingga cita-citanya sebagai dokter profesional bisa terwujud.
"Aku....," Ujar Hinata pelan setelah terdiam cukup lama, gadis itu kemudian menundukkan kepalanya, menatap kaki-kaki jenjang miliknya yang terbalut sepatu jenis stiletto lima senti.
"Ada apa Hinata?" Tanya Sakura tak sabaran. Air mukanya berubah ketika mendapati sahabat indigo didepannya itu menundukkan kepalanya dalam.
"Ak-aku...,"
"Hinata cepatlah, jangan buat aku takut!" Suara dokter residen tahun pertama bagian N.S (neurosurgery) atau bedah saraf yang juga merangkak membantu dokter E.R dalam keadan penting itu mengeras, tak tahan dengan tingkah sahabat indigonya yang terlihat sedang menguji kesabarannya saat ini.
"Aku..., aku berhasil Sakura-chan!" Teriaknya kegirangan, jangan lupakan tubuhnya yang kini telah memeluk tubuh sahabat pinky-nya itu erat.
"Aku berhasil." Ulangnya.
"Benarkah? Aaahh selamat Hinata, aku ikut bahagia."
Sakura dengan perasaan membuncah miliknya tersenyum lebar kala mendengar kabar bahagia dari sahabat seperjuangannya itu, dan membalas pelukan Hinata tak kalah eratnya. Baginya pribadi melihat teman yang bersamanya saat susah itu tertawa bahagia karena pencapaiannya adalah suatu hal yang sangat membahagiakan untuknya.
"Jadi bagaimana reaksi dokter-dokter senior yang mengujimu? Apa mereka galak? Apa mereka memiliki banyak pertanyaan yang membuatmu susah?" Desak Sakura yang kembali membuat Hinata menggelengkan kepalanya pelan. Sifat kepo dari sahabat merah mudanya itu memang tak akan pernah hilang sedikitpun.
"Tidak, mereka cukup baik padaku, dan masalah mereka memiliki banyak pertanyaan, sepertinya itu hal yang wajar apalagi jika mereka berperan sebagai penguji bukan? Dan syukurlah tak ada pertanyaan yang membuatku susah." Jawab Hinata yang hanya mendapat anggukan kepala dari Sakura. Membenarkan ucapan sahabat indigonya itu, yah sepertinya memang benar, banyak bertanya adalah kewajiban para dokter-dokter penguji.
"Lalu bagaiman denganmu? Menjadi bagian dari bidang N.S tidaklah mudah, dan sangat melelahkan." Tanya Hinata bertanya balik akan kondisi sahabatnya itu, menjadi dokter residen tahun pertama memang sangat sulit, terlebih dirinya tahu bahwa sahabat merah mudanya memilih berada di bagian neurosurgery atau bedah saraf, bagian pelatihan yang tak kalah melelahkannya dari dokter bagian emergency room sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband [On Going]
FanfictionDisclaimer : Masashi Kishimoto Pair : NaruHina (Always) ............................ Naruto Namikaze seorang Hot Daddy yang berprofesi sebagai Arsitek ternama Jepang, selain merancang bangunan-bangunan hebat di Jepang, dia juga ingin merancang dan m...