Jantungku berdegup dengan kencang saat Daddy mengatakan kalimat itu beberapa detik lalu.
"Sudah diputuskan, pertunangannya akan dilakukan satu minggu dari sekarang, Daddy ingin kamu menyiapkan diri kamu mulai sekarang"
Ya! Aku akan bertunangan, terhitung tujuh hari sejak hari ini. Bertunangan dengan lelaki yang paling aku cintai dalam sejarah kehidupanku, setelah keluargaku tentu saja. Sekaligus orang terakhir yang paling ingin aku jadikan pasanganku di masa depan.
Sahabatku. Andrew Xaquille Leonidas.
Orang terdekatku, yang selalu ada untukku, bahkan aku lebih banyak menghabiskan detik demi detik di hidupku bersamanya daripada bersama keluargaku.
Drew.. panggilan kesayanganku untuk lelaki yang tercipta dengan pahatan terbaik dari sekian banyak mahluk ciptaan tuhan yang pernah aku lihat. Mata tajamnya selalu menjadi pertama dari list favorit-ku. Bibir menjadi yang kedua, lalu alis tebalnya yang semakin membuat tatapannya melelehkan setiap kaki wanita yang menatapnya. Tak terkecuali rahang tegasnya, sedikit rambut halus di sisi sepanjang rahangnya. Semuanya menjadi favorit-ku sejak 5 tahun lalu. Waktu yang cukup lama untuk mencintainya dalam diam. Selalu ada bersamanya dengan kedok hubungan yang disebut 'Sahabat' yang selalu kami agung-agungkan.
Lalu apakah dia mencintaiku?
Jawabannya adalah... tentu saja tidak. Ia hanya menyayangiku sebagaimana seharusnya perasaan itu ada diantara kami, perasaan sayang sebagai 'Sahabat'. Dan tentu saja aku cukup sadar diri untuk tidak berharap menjadi pasangannya, aku dibandingkan dengan wanita yang selama ini ada di sekitarnya, bagaikan lilin kecil dihamparan gurun pasir dengan cahaya matahari disetiap jengkalnya. Dan tentu saja cahayaku akan dikalahkan oleh cahaya sang surya, sang matahari, wanita yang sempurna berada disisi Drew.
Masih terngiang jelas di ingatanku disaat wanita itu datang. Cahayanya menyilaukan semua orang, tak terkecuali aku. Dan betapa beruntungnya karna Drew mencintainya. Aku bahkan sudah kalah pada detik pertama ia menunjukkan matanya yang hidup bersama senyuman cantiknya.
"Alena... Apa yang kau pikirkan, Sayang?"
Suara itu menarikku dari bayangan itu. Aku bersyukur tidak jatuh terlalu dalam lagi.
"Tidak ada, Dad. Hanya saja apakah pertunangannya tidak terlalu cepat? Aku masih terlalu sibuk, dan tentu saja Drew juga"
"Tidak Sweetheart. Drew pasti akan setuju mengingat dia sangat menyayangimu. Dia pasti akan sangat senang dan excited baby" mata berbinar Dad membuatku tak mampu mengungapkan kebenaran yang ada. Lidahku kelu, tidak bisa mengucapkan satu patah katapun selain "baiklah"
"Aku harus ke butik. Love you, Dad"
"Hati-hati Sayang, jangan ngebut!!" Ucap Dad cepat setelah mencium pipiku. Aku langsung melesat menuju mobilku. Bergegas membelah rutinitas jalanan kota yang melelahkan.
Sesaat aku membuka kaca mobilku saat lampu didepanku berubah menjadi merah. Membiarkan angin membelai rambut panjangku dengan perlahan, menyapu sedikit beban dalam pikiranku. Aku menikmatinya, menolehkan wajah ke kaca mobilku mengijinkan semilirnya membelai ringan wajahku. Dan disitu aku melihatnya. Dia disana.
Tak terasa mataku memanas, siap meluncurkan setiap tetes kesedihan yang menyesakkan. Dia mengangkat pandangannya kearahku seakan mengejek-ku dengan tatapannya. Mata kami bertemu. Bahkan disaat seperti ini aku masih mengaguminya -mata indahnya. Aku mencoba menahan bongkahan dalam dada-ku. Mengalihkan pandanganku dari hal itu.
Dia...
Drew.. Sedang berciuman dengan wanita itu...
Bukan cerita pertama yang aku tulis. Tapi baru kali ini aku berani nyoba buat ngepost. Hope you read, enjoy and like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belong To You
RomanceKetika kau mencintai sahabatmu, selalu ada untuknya, dan berhasil menikah dengannya. Namun, semua berubah, sifatnya, sikapnya, dan hatinya. Akankah kau bertahan? Atau melepaskan? Bertahan dengan semestamu bersama hujan badai dan guntur menghujam...